Ceramah Master Cheng Yen: Mendedikasikan Kehidupan untuk Membawa Manfaat bagi Dunia
Lihatlah Nepal. Relawan Tzu Chi Malaysia dan Singapura telah berhimpun di sana. Mereka juga melakukan telekonferensi dengan saya. Saya telah melihat bagaimana relawan Tzu Chi mulai menjalankan misi di sana. Mereka telah menapakkan kaki di Nepal dan akan mengambil setiap langkah dengan mantap untuk membentangkan jalan di sana. Mereka akan menyebarkan kekuatan cinta kasih, semangat Tzu Chi, dan semangat ajaran Buddha di sana karena Nepal adalah tanah kelahiran Buddha. Jadi, para relawan telah kembali ke tanah kelahiran Buddha dan menelusuri jejak Buddha. Di sanalah tempat munculnya ajaran Buddha. Hendaklah kita mengambil setiap langkah dengan mantap. Seperti apa kehidupan di tanah kelahiran Buddha saat ini? Saya sungguh prihatin.
Lihatlah kemiskinan yang terjadi di sana. Tidak heran jika lebih dari 2.500 tahun yang lalu, Pangeran Siddhartha melihat penderitaan di sana dan melepaskan takhta-Nya. Untuk membimbing semua orang membangkitkan kebijaksanaan dan memperoleh kekayaan batin tak terbatas, Pangeran Siddhartha meninggalkan istana dan pergi melatih diri di hutan. Di sana pula, Beliau mencapai pencerahan di bawah cahaya bintang. Salah satu tempat-Nya membabarkan Dharma adalah Puncak Burung Nasar. Inilah jejak Buddha.
Selama beberapa hari ini, relawan Tzu Chi dari Malaysia dan Singapura telah mendedikasikan diri di Lumbini, Nepal. Beberapa relawan akan mulai melanjutkan misi di sana. Belasan relawan berpamitan kepada saya secara daring karena mereka akan pergi melanjutkan misi di sana. Saya sangat bersyukur karena semua relawan bekerja dengan kesatuan hati. Hal yang menyentuh ialah kekuatan cinta kasih dan sumbangsih tanpa pamrih.
Ada seorang pengusaha bernama Khoo Kean Yee. Saya pernah berkata bahwa ketika kita melepaskan sesuatu, kita akan mendapatkan sesuatu yang lebih besar. Kemudian, beliau mengambil keputusan untuk menutup bisnisnya.
“Ketika Kakak Swee Seh menanyakan kepada saya apakah saya bisa pergi ke Nepal untuk bersumbangsih, saya bertanya sumbangsih seperti apa yang dimaksud. Beliau bertanya apakah saya bisa tinggal di sana untuk jangka waktu yang lama. Hal pertama yang terlintas dalam benak saya ialah saya harus menutup bisnis saya yang telah berjalan selama 30 tahun. Ini bukanlah hal yang mudah. Hal kedua yang saya pikirkan ialah istri saya. Saya harus menghormatinya dan melihat bagaimana responsnya. Saya masih ingat bahwa saya memerlukan waktu sekitar satu minggu untuk berdiskusi dengannya sebanyak tujuh kali. Saya adalah satu-satunya pencari nafkah di keluarga. Setelah mendengar, dia tidak menyalahkan, tetapi juga sungguh merasa khawatir. Akhirnya, saya meminta Kakak Swee Seh untuk datang. Tidak sampai setengah jam, istri saya langsung setuju,” kata Khoo Kean Yee Ketua Tzu Chi Singapura.
Khoo Kean Yee meminta saya untuk tenang. Beliau meminta saya untuk tidak khawatir terhadap Nepal. Beliau akan pergi ke sana untuk menghimpun kekuatan besar dan membawa manfaat bagi Nepal. Semua anggota keluarganya mendukungnya.
“Semua ini karena dukungan istri saya. Hal yang mengejutkan ialah dia ingin pergi bersama saya. Ini membuat saya merasa lebih aman karena dia berada di samping saya sehingga saya tidak perlu mengkhawatirkannya. Saya tidak memiliki rencana atau memikirkan kapan saya akan kembali ke Singapura. Saat ini, saya hanya berharap untuk membeli tiket sekali jalan dan akan tinggal di sana dalam jangka waktu yang lama. Dengan demikian, saya bisa fokus dalam menjalankan misi,” kata Khoo Kean Yee Ketua Tzu Chi Singapura.
Pasangan itu akan menjalankan misi dengan satu hati. Ini membuat saya merasa tenang. Begitulah estafet cinta kasih. Saya sungguh berterima kasih kepada relawan dari Malaysia dan Singapura. Mereka semua penuh perhatian dan dekat di hati saya. Setiap kali saya menyampaikan ingin melakukan sesuatu, mereka akan mengingatnya di dalam hati. Tidak peduli apa yang ingin saya lakukan, mereka selalu mengambil langkah untuk menjalankannya. Inilah buah jalinan jodoh masa lalu.
Berkat teknologi saat ini, setiap seruan saya dapat didengar oleh insan Tzu Chi seluruh dunia. Ketika saya berbicara dengan ringan, mereka mendengarkan dengan serius dan bersedia memikul tanggung jawab itu. Rasa terima kasih saya tak akan pernah habis terucap kepada seluruh insan Tzu Chi.
Saat ini, mereka telah membantu saya untuk pergi ke tanah kelahiran Buddha dan membawa manfaat di sana. Saya sangat berterima kasih dan tersentuh. Saya tidak bisa pergi ke sana, tetapi mereka membantu saya untuk pergi ke tempat itu, yaitu tanah kelahiran Buddha dan tempat Buddha melatih diri. Orang-orang di sana masih hidup dalam kemiskinan dengan sumber daya yang langka. Sebagai insan Tzu Chi atau umat Buddha, jiwa kebijaksanaan kita berasal dari sana. Karena itu, kita semua hendaknya sepenuh hati bersumbangsih bagi tempat itu.
Dapat berada di Tzu Chi adalah suatu berkah. Kita harus bersyukur karena kita telah mendedikasikan kehidupan ini untuk membawa manfaat bagi dunia melalui misi-misi Tzu Chi, yaitu misi amal, kesehatan, pendidikan, dan budaya humanis. Berkat misi budaya humanis, ketika saya berbicara, kita dapat melihat tayangan berupa gambar. Selain itu, setiap hari, hanya dengan satu jari pada perangkat elektronik, kita bisa melihat apa yang terjadi di seluruh dunia. Melalui empat misi Tzu Chi, saya telah melakukan hal yang harus saya lakukan dan tidak pernah menyesal.
Banyak kisah yang dapat dibagikan, tetapi kebugaran fisik saya telah melemah dan waktu saya hampir habis. Hendaklah kita semua sepenuh hati untuk menciptakan berkah bagi dunia. Ketika menciptakan berkah bagi dunia, kita tidak akan pernah menyesal. Kita juga harus memanfaatkan waktu yang ada dan jangan pernah menyia-nyiakannya.
Hendaklah kita menumbuhkan berkah dan kebijaksanaan. Memilih menjalankan misi Tzu Chi adalah sebuah kebijaksanaan. Wujud kebijaksanaan kita semua ialah telah memilih menjalankan misi Tzu Chi. Banyak hal yang patut disyukuri dalam kehidupan ini. Hendaklah kita menjalankan misi bersama.
Kembali ke tanah kelahiran Buddha untuk membentangkan Jalan Bodhisattva
Membalas budi kepada sumber ajaran Buddha
Mendedikasikan kehidupan untuk membawa manfaat bagi dunia
Bersumbangsih dan menciptakan berkah bagi dunia tanpa penyesalan
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 17 Agustus 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Heryanto
Ditayangkan tanggal 19 Agustus 2022