Ceramah Master Cheng Yen: Mendengar dan Memahami Dharma
”Dahulu, sebelum menjadi sopir taksi, saya merokok, meminum minuman keras, dan mengunyah pinang. Saya memiliki tiga kebiasaan ini. Saat itu, saya tak merasa bahwa ini adalah kebiasaan buruk. Orang yang memiliki kebiasaan buruk selalu mencari alasan. Jika tidak merokok, saya khawatir akan mengantuk saat mengemudi. Jika tidak mengunyah pinang, saya akan tidak bersemangat. Saya memiliki berbagai alasan untuk melanjutkan kebiasaan-kebiasaan itu. Setelah bergabung dengan Tzu Chi, saya merasa Master sangat hebat. Beliau menggunakan sila untuk melatih setiap muridnya,” kata Lai Wen-xian, relawan Tzu Chi.
”Untuk bergabung dengan Tzu Chi, kita harus mengubah semua kebiasaan buruk. Saya harus menjaga kebersihan mobil agar penumpang saya bisa merasa nyaman. Berhubung lebih banyak menghabiskan waktu di mobil, saya juga harus merasa nyaman. Dengan begitu, baru saya bisa bekerja dengan gembira. Saat tidak membawa penumpang, saya selalu mendengar ceramah Master. Saat membawa penumpang, saya juga tidak mematikannya agar penumpang saya juga dapat mendengar ajaran Master. Banyak penumpang yang merasa bahwa ajaran Master sangat baik dan dapat dipraktikkan dalam keseharian. Setelah mendengar ajaran Master, saya baru menyadari bahwa Sutra menunjukkan jalan dan jalan harus dipraktikkan. Setelah mendengar Dharma, kita harus mempraktikkannya dalam keseharian,” kata Relawan Lai yang sudah menjadi sopir taksi selama 31 tahun.
Ajaran Buddha tak terlepas dari keseharian. Kita harus sangat bersungguh hati untuk mendengar dan menerima Dharma. Kita harus senantiasa menerima Dharma. Kita harus menyerap Dharma ke dalam hati dan mempraktikkannya lewat tindakan. Saat berinteraksi dengan orang atau menangani suatu masalah, kita harus memiliki tindakan, ucapan, dan pikiran yang bajik. Inilah cara kita dalam menangani masalah. Untuk itu, kita harus senantiasa mengingat Dharma di dalam hati.
Dengan menyerap Dharma ke dalam hati, baru kita dapat senantiasa mempraktikkannya. Inilah cara tercepat untuk mendalami Dharma. Setelah menyerap Dharma ke dalam hati, kita harus senantiasa mengingatnya. Ini disebut melafalkan Dharma. Dengan menyimpan Dharma di dalam hati, tak peduli bertemu dengan kondisi apa pun, kita dapat langsung mengingat Dharma tersebut.
”Setelah bergabung dengan Tzu Chi, saya mendengar ajaran Master. Master berkata bahwa meski kita tidak bisa berbagi Dharma, tetapi kita memiliki banyak cara untuk bersumbangsih. Meski tidak dapat berbagi semua ajaran Master, tetapi saya dapat menempel poster Kata Renungan Jing Si di dalam kantor taksi,” tambah Lai Wen-xian.
Meski lewat cara ini mereka tidak dapat langsung mempraktikkannya, tetapi dengan menempel poster di sini, mereka dapat melihatnya setiap hari saat beristirahat. Lama-kelamaan, mereka pun dapat mengingatnya. Karena itu, kita harus “menangkap” ajaran yang telah dipelajari. Untuk menangkap sebuah pemandangan, kita membutuhkan kamera. Kita harus memfokuskan lensanya dan menekan tombol kamera. Dengan melakukan langkah-langkah itu maka pemandangan tersebut akan terekam oleh kamera. Jika kita tidak bersungguh hati untuk menangkap pemandangan itu maka setelah saat itu berlalu, pemandangannya pun hilang.
Ini adalah prinsip yang sama. Karena itu, kita harus bersungguh hati. Kita harus tekun bersumbangsih dan menumbuhkan kerelaan. Dalam mendalami Dharma dan menapaki Jalan Bodhisatwa, kita harus berdana, melakukan tindakan bermanfaat, bertutur kata penuh cinta kasih, dan membimbing sesama. Dalam berdana, kita harus memiliki kerelaan. Kita jangan hanya sekadar mengetahuinya. Kita harus tahu untuk bersumbangsih dan menumbuhkan keseimbangan batin.
Dalam kehidupan ini, kita harus tahu memanfaatkan waktu, memanfaatkan tubuh ini dengan baik, dan memanfaatkan semua sumber daya alam untuk berbagi dengan sesama. Karena itu, kita harus menumbuhkan kerelaan dan tekun berdana. Kita sendirilah yang menuai hasil dari perbuatan baik kita. Saat kita membiarkan orang lain melakukan kebaikan atas nama kita maka kita tidak memperoleh satu bagian pun dari sepuluh pahala. Karena itu, kita harus melakukannya sendiri agar dapat mengakumulasi pahala pada kehidupan ini.
Dengan memegang teguh sila, kita dapat menjaga kemurnian tubuh dan pikiran. Orang yang tahu memegang teguh sila dan bertindak sesuai Dharma, secara alami akan hidup tenang dan bebas dari kerisauan. Orang yang hidup bebas dari kekhawatiran akan selalu dipenuhi kedamaian. Kehidupan seperti itu sungguh bebas dan gembira.
Dalam perjalanan pelatihan diri, kita akan bertemu banyak hal yang harus direlakan dan dilakukan. Untuk merelakan dan melakukannya, kita juga harus memiliki kesabaran dan bersikap bersahabat. Saat mengemban misi di tengah masyarakat, bukanlah hal yang mudah untuk diakui oleh semua orang. Saat menghadapi mimik wajah dan nada bicara yang tidak bersahabat, kita harus bisa bersabar.
Saat berinteraksi dengan sesama, kita harus bersikap lemah lembutdan menyenangkan. Nada bicara dan tutur kata kita hendaknya lemah lembut dan bersahabat. Berhubung telah menerima Dharma, selama sesuatu itu benar, kita harus lebih bersungguh hati dan giat untuk melakukannya. Ini karena kita telah memahami kebenaran.
Setelah mendalami keyakinan, kita harus mempercepat langkah untuk menuju arah yang benar. Dengan begitu, baru kita bisa cepat mencapai tujuan. Kita harus senantiasa bersungguh hati dan tekun tanpa henti. Kita harus tekun dan bersemangat tanpa henti. Kita harus lebih bersungguh hati.
Bodhisatwa sekalian, dalam mendalami ajaran Buddha, yang terpenting adalah kita harus bersungguh hati. Dengan menyerap Dharma ke dalam hati, barulah kehidupan kita tak berlalu sia-sia. Kita harus mendengar Dharma, menerimanya, serta selalu mengingatnya di dalam hati. Kita harus lebih bersungguh hati.
Ajaran Buddha tak terlepas dari keseharian
Memahami dan menyadari prinsip kebenaran
Berdana dengan tulus dan mengembangkan kerelaan
Tekun dan bersemangat mendalami Dharma tanpa henti
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 23 Juni 2018
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Li Lie