Ceramah Master Cheng Yen: Mendengar dan Mempraktikkan Dharma demi Kebijaksanaan Tertinggi
Tahun lalu, selama beberapa bulan, Portugal terus dilanda kebakaran hutan yang menimbulkan dampak serius. Kemudian, perwakilan Kantor Ekonomi dan Budaya Taipei di Portugal meminta Tzu Chi untuk memberikan bantuan. Saat itu, Amerika Serikat diterjang badai. Kemudian, Meksiko diguncang gempa bumi dan California, AS dilanda kebakaran. Bencana besar terjadi silih berganti.
Para relawan yang menjalankan misi bantuan internasional sangat sibuk sehingga tidak bisa pergi ke Portugal. Jadi, hingga akhir tahun 2017, relawan kita baru pergi ke Portugal untuk menyurvei kondisi bencana. Mereka mendapati bahwa dampak bencana di sana sangat serius. Relawan dari mana yang pergi ke Portugal? Relawan dari berbagai negara.
Dalam gelombang pertama, ada relawan dari AS dan negara-negara Eropa. Mereka terlebih dahulu mencari tahu tentang kondisi di sana. Lalu, relawan yang pergi dalam gelombang kedua menentukan metode penyaluran bantuan. Setelah pulang dan mengadakan rapat, mereka memutuskan untuk mengadakan pembagian bantuan.
“Setelah menerima kupon belanja, barang-barang inilah yang ingin mereka beli. Tugasmu adalah memastikan yang datang ada di dalam daftar. Dia memiliki daftar namanya dan akan memberikannya padamu,” kata Chen Ji Hong, Relawan Tzu Chi Amerika Serikat.
Tentu saja, banyak kisah yang bisa dibagikan. Selain pembagian bantuan, kita juga memberikan pelayanan kesehatan. Kisah-kisah di dalamnya penuh kehangatan.
“Meski sedih, saya juga merasa bahagia karena ada yang masih mengingat kami. Tzu Chi datang untuk membantu kami. Bagi kami, inilah doa terbaik,” tutur Maria, korban bencana.
“Meski negara yang berbeda memiliki budaya dan agama yang berbeda, tetapi berkat Tzu Chi, kita bisa bertemu di sini serta saling memahami dan membantu,” ungkap Rui Ladeira, Wali kota Vouzela.
“Ini sangat menyentuh bagi saya. Jadi, saya beserta keluarga, termasuk anak-anak, berusaha membantu Tzu Chi semampu kami di kampung halaman kami,” Carlos, relawan.
Saat datang berobat, ada seorang nenek yang pandangannya kosong dan terlihat tidak bersemangat. Dokter lalu mengukur tekanan darahnya. Setelah mengukur tekanan darah, dokter berbicara dengan nenek itu dengan bantuan penerjemah. Dokter kita mengambil sebuah gantungan dengan huruf “an” (aman) dan menjelaskannya. Melihat nenek itu tidak tenang dan termenung, dokter kita menghiburnya dengan berkata, “Karena hati Anda sangat gelisah, maka tekanan darah Anda menjadi tinggi. Tekanan darah akan mengikuti suasana hati Anda. Tenanglah. Sekarang Anda sudah aman. Anda aman sekarang, juga akan aman di masa mendatang. Bahaya sudah berlalu. Sekarang Anda sudah aman. Inilah makna dari gantungan ini.”
Dokter kita menghiburnya dengan kata-kata hingga nenek yang semula tidak berekspresi dan pandangannya kosong itu bisa merespons. Nenek itu menggenggam tangan dokter. Perlahan-lahan, dia merangkul dokter dan tersenyum. Senyuman menghiasi wajahnya. Pemandangan itu sangat menyentuh. Nenek itu belum minum obat, tetapi dia seakan-akan sudah sembuh. Penerjemah juga sangat tersentuh.
“Obat terbaik di dunia ini bukanlah obat di apotek, melainkan curahan perhatian,” kata Kang Hui-qing, relawan Tzu Chi Belanda.
“Pertama kali dihubungi Tzu Chi, kami merasa curiga. Mengapa? Karena kami bertanya-tanya, mengapa orang-orang dari belahan dunia lain begitu memperhatikan masalah di sini,” ujar Miguel Torres, anggota dewan kota.
Para relawan kita tidak memiliki hubungan apa pun dengan negara tersebut. Namun, dengan kelembutan dan kekuatan cinta kasih, mereka menempuh perjalanan yang jauh demi memberi bantuan. Demikianlah cinta kasih Buddha. Apa hubungan relawan Tzu Chi dengan para korban kebakaran? Tidak ada. Namun, berkat adanya jalinan jodoh dengan korban kebakaran di Portugal, relawan kita bisa pergi ke sana. Setelah melakukan survei bencana, relawan kita memberikan bantuan yang paling dibutuhkan. Demikianlah Bodhisatwa.
Mengapa insan Tzu Chi melakukannya? Dari mana jalinan jodoh ini berasal? Dari cinta kasih. Kita menyerap kebenaran yang Buddha ajarkan. Di berbagai negara di seluruh dunia, relawan kita menyerap kebenaran yang sama untuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaan. Namun, dari semua prinsip kebenaran yang Buddha ajarkan, kita hanya bisa memahami dan mempraktikkan sedikit.
Buddha membagikan semua ajaran dan cinta kasih-Nya, tetapi yang bisa kita serap terbatas. Meski demikian, saat ada yang membutuhkan, kita bisa mengembangkan cinta kasih untuk menjangkau tempat yang jauh. Dengan naik pesawat dan mobil, relawan kita bersusah payah menjangkau lokasi bencana guna menolong orang-orang yang ketakutan serta rumah dan lahannya mengalami kerusakan. Ini membutuhkan waktu yang lama.
Relawan kita memberikan bantuan sesuai kebutuhan korban bencana. Dengan cinta kasih yang diajarkan Buddha, relawan kita terus menyalurkan bantuan internasional. Ini merupakan prinsip kebenaran yang menakjubkan. Jadi, Buddha Sakyamuni mengembangkan welas asih sekaligus kebijaksanaan. Kita harus mengembangkan welas asih.
Bagaimana dengan kebijaksanaan? Untuk mengembangkan kebijaksanaan, kita harus mendalami prinsip kebenaran dalam jangka panjang. Jadi, kita harus bersungguh hati mendengar Dharma. Jangan asal-asalan. Kita harus menyerap Dharma ke dalam hati untuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaan. Kita hendaknya mendengar Dharma dengan sikap seperti ini. Jadi, mari kita senantiasa bersungguh hati.
Mengatasi kesulitan di Portugal dengan pembagian bantuan
Tutur kata penuh cinta kasih dan perhatian sebagai resep paling mujarab
Menolong korban bencana dengan welas asih dan kebijaksanaan
Mendengar dan mempraktikkan Dharma demi kebijaksanaan tertinggi
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 26 Mei 2018
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Li Lie
Ditayangkan tanggal 25 Mei 2018