Ceramah Master Cheng Yen: Mendengar dan Mempraktikkan Dharma dengan Penuh Kesadaran

Lihatlah kondisi dunia saat ini, sungguh dipenuhi penderitaan. Tiongkok saat ini tengah dilanda bencana banjir. Hujan turun berkepanjangan. Ada daerah yang sudah diguyur hujan selama sebulan, ada pula yang sudah setengah bulan lebih, dan kini hujan masih terus turun.

Kini teknologi informasi sudah sangat maju. Saat suatu daerah dilanda bencana, informasi segera tersebar. Lihatlah, informasi bencana cepat tersebar sehingga meski bencana terjadi di tempat yang jauh, semua orang dapat segera mengetahui dan melihat beritanya. Inilah kemajuan teknologi saat ini.

Kita juga melihat iklim mengalami perubahan besar. Hujan turun berkepanjangan dengan curah yang begitu tinggi. Hujan yang luar biasa besar ini terus turun dan membuat manusia panik. Ada seorang warga yang saat melihat relawan Tzu Chi, segera menumpahkan penderitaannya. Dia sangat menderita. Banjir kali ini benar-benar menghabiskan harta benda.

“Saya sungguh tidak ingin hidup lagi. Saya sangat sedih. Melihat kepedulian kalian, ini sangat luar biasa. Saya sangat berterima kasih,” kata Cai Changying, warga terdampak bencana.

Jangan kalah oleh kesulitan. Kesulitan hanya sementara. Asalkan ada keyakinan yang teguh, kita bisa melewati kesulitan ini bersama-sama. Insan Tzu Chi Chongqing senantiasa memiliki perasaan senasib sepenanggungan terhadap warga. Dia berbicara sambil menangis. Dia bagaikan menumpahkan isi hati kepada keluarga sendiri. Dia sungguh menderita.


Selain itu, di Filipina, wabah COVID-19 kali ini juga telah mendatangkan masalah selama beberapa bulan ini. Selama beberapa bulan ini, di berbagai negara, wabah ini terus meluas. Orang-orang di seluruh dunia merasa takut. Terlebih lagi, akibat wabah kali ini, aktivitas usaha juga tidak bisa berjalan sehingga banyak orang sulit bertahan hidup.

Di Filipina terdapat sarana angkutan kota yang disebut "Jeepney". Satu mobil Jeepney bisa mengangkut orang yang tidak sedikit. Selama pandemi, pemerintah melarangnya beroperasi. Jadi, banyak keluarga sopir Jeepney yang sulit bertahan hidup.

“Pemerintah menetapkan bahwa sebelum beroperasi, kendaraan Jeepney kami harus dimodifikasi dengan memasang pembatas transparan. Jika tidak memasang pembatas itu, kami akan didenda,” kata Michael Ferrera, seorang sopir Jeepney.

“Tidak ada pemasukan selama 4 bulan ini sehingga kami tak bisa membeli alat itu,” kata Jonathan Dela Torre, seorang sopir Jeepney.

“Selama masa penutupan wilayah, kita menyediakan beras bagi mereka. Namun, beras tentu akan habi dalam beberapa minggu. Jadi, lebih baik jika kita membantu mereka untuk dapat bekerja kembali sehingga dapat memiliki penghasilan. Dengan demikian, mereka dapat terus menghidupi keluarga mereka,” ujar Josephine Castaneda, relawan Tzu Chi.


Jadi, insan Tzu Chi membantu para sopir Jeepney ini dengan membagikan alat pembatas dengan membagikan alat pembatas agar para penumpang juga bisa menggunakan angkutan itu dengan aman. Melihat tayangan itu, saya merasa insan Tzu Chi sangat bijaksana dan penuh welas asih. Pembagian bantuan Tzu Chi di Filipina terus dilakukan demi membantu keluarga yang sulit bertahan hidup.

Para relawan membagikan makanan, seperti beras, minyak, garam, gula, dll. kepada puluhan ribu keluarga. Kini kita juga tengah berusaha untuk membantu orang-orang yang pekerjaannya terhenti agar mereka dapat tetap menjalankan usaha. Salah satunya, relawan membantu para sopir Jeepney ini untuk memasang alat pembatas. Dengan demikian, sopir dan penumpang sama-sama aman. Inilah cinta kasih insan Tzu Chi dalam membantu para pengguna angkutan umum agar tetap sehat.

Melihat informasi ini, saya juga sangat kagum. Di tengah pandemi yang tak kunjung usai ini, selama berbulan-bulan, relawan Tzu Chi terus bersumbangsih dengan welas asih dan kebijaksanaan. Ini sungguh luar biasa. Inilah cinta kasih. Saat semua makhluk menderita, Bodhisatwa memberikan cinta kasih.

Era saat ini disebut sebagai "era besar". Di era besar saat ini, selama pikiran kita benar dan lurus, kita bisa mengerahkan kekuatan cinta kasih sehingga banyak orang yang terbantu. Jadi, saya sangat tersentuh. Di tengah bencana alam ataupun di tengah penderitaan akibat pandemic seperti saat ini, kita hendaknya dapat menggenggam kesempatan dan jalinan jodoh untuk bersumbangsih baik dalam bentuk materi maupun yang lainnya.


Relawan Tzu Chi di Filipina telah bersumbangsih dengan sukacita, cinta kasih, welas asih, dan kebijaksanaan. Ini adalah hal baik yang berlandaskan cinta kasih berkesadaran. Inilah cinta kasih berkesadaran. Ini berarti mereka telah memahami kebenaran. Mereka telah mengikuti ajaran guru agung. Guru agung ini adalah Buddha, Yang Mahasadar. Orang-orang ini telah memahami kebenaran dan mempraktikannya guna melenyapkan penderitaan manusia.

Saat dibutuhkan kapan pun dan oleh siapa pun, kita hendaknya menggenggam kesempatan untuk bersumbangsih. Inilah kebijaksanaan agung. Kebijaksanaan agung ini didapat dari ajaran kebenaran. Ajaran kebenaran ini bersumber dari Yang Mahasadar. Jadi, hidup di era saat ini, kita memiliki jalinan jodoh dan kesempatan untuk membantu lebih banyak orang.

Kesempatan kita untuk bersumbangsih sangat banyak. Jadi, kita hendaknya segera menyimak Dharma, mempelajari, dan mempraktikkannya. Inilah makna sesungguhnya dari mendengar Dharma.

Menghibur orang yang menderita akibat bencana banjir
Membantu kehidupan warga di masa pandemi
Mempraktikkan cinta kasih berlandaskan welas asih dan kebijaksanaan
Mendengar dan Mempraktikkan Dharma dengan penuh kesadaran

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 10 Juli 2020      
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 12 Juli 2020
Berlombalah demi kebaikan di dalam kehidupan, manfaatkanlah setiap detik dengan sebaik-baiknya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -