Ceramah Master Cheng Yen: Mendengar dan Mempraktikkan Dharma dengan Tekad Pelatihan yang Teguh
“Terima kasih, Master memberi saya kesempatan untuk melakukan daur ulang sehingga saya menjadi lebih berguna. Saya semakin bersumbangsih semakin bersukacita. Begitu pula dengan suami saya. Dia melakukan daur ulang setahun penuh, termasuk hari pertama Tahun Baru Imlek,” kata You Liu Su-ying, seorang Relawan Tzu Chi.
“Nama saya adalah Lin De-wang. Saya berusia 85 tahun. Lima hari lagi, saya akan berusia 86 tahun. Di Tzu Chi, kini saya mengemban tanggung jawab sebagai relawan dokumentasi. Saat bertemu dengan orang lain, mereka berkata, “Kakak, bagaimana kamu merawat kesehatanmu? Mengapa tubuhmu bisa begitu tegap?” Setelah dipikir-pikir, jawabannya sangat sederhana. Karena saya merasa gembira setiap hari serta sering melatih tubuh dan otak saya. Master berkata bahwa kita harus lebih bersungguh hati. Jika tidak bersungguh hati, bagaimana bisa memperoleh hasil yang baik? Sebelumnya, saya tidak bisa menggunakan komputer. Setelah belajar, bahkan saya yang berusia 80-an tahun pun bisa menggunakan computer,” kata Lin De-wang yang juga Relawan Tzu Chi.
Kita bisa melihat para relawan berusia 70-an, 80-an, dan 90-an tahun. Pikiran mereka masih sangat jernih. Penuaan tidak bisa dihindari, tetapi fisik dan batin mereka sehat. Penyakit sulit dihindari pada usia lanjut, tetapi mereka lebih memprioritaskan misi Tzu Chi daripada kesehatan diri sendiri.
“Terkadang, saat saya keluar untuk mengumpulkan donasi, ada yang memberi tahu saya di mana ada orang yang ingin berdonasi. Saya berjalan kaki untuk mengumpulkan donasi dari rumah ke rumah. Saya melakukannya dengan sangat gembira dan dipenuhi sukacita dalam Dharma setiap hari. Saya melakukannya dengan sangat gembira dan dipenuhi sukacita dalam Dharma setiap hari. Suatu kali, karena sangat lapar dan cuaca sangat panas, saya membeli sebotol minuman seharga 5 dolar NT. Hanya satu kali itu saja,” kata Relawan Tzu Chi, Chen Bao-lian.
“Beberapa waktu yang lalu, bukankah Anda menderita nyeri punggung dan memeriksakan diri ke dokter? Karena Anda memiliki sebuah harapan, apa kalimat pertama yang Anda ucapkan saat bertemu dengan dokter?,” tanya Qiu Ming-sheng Relawan Tzu Chi.
“Dokter berkata pada saya, “Anda menderita nyeri punggung. Mengapa tidak mau menjalani operasi?” Saya berkata bahwa saya ingin menyumbangkan tubuh saya kepada Fakultas Kedokteran Universitas Tzu Chi. Jika saya menjalani operasi, pihak universitas tak akan menerima tubuh saya. Karena itu, saya berdoa setiap hari kepada Buddha dan Bodhisatwa semoga tubuh saya bisa disumbangkan,” ujar Ibu Kang.
Ibu Kang sungguh mengagumkan. Meski menderita nyeri punggung dan disarankan dokter untuk menjalani operasi, dia tetap menolak. Mengapa? Karena dia ingin menyumbangkan tubuhnya setelah meninggal dunia dan menjadi Silent Mentor. Dia ingin menjaga keutuhan tubuhnya dan menolak untuk menjalani operasi karena tidak ingin tercatat dalam rekam medisnya. Dia ingin menjaga keutuhan tubuhnya agar bisa menyumbangkannya. Dia sungguh mengagumkan.
Lihatlah para relawan daur ulang kita yang tidak menyerah melakukan daur ulang meski telah lanjut usia. Pikiran mereka penuh dengan kegiatan daur ulang.
“Saya menjalani cuci darah dan telah menjalani lima kali operasi. Operasi terakhir dijalani di bulan Juni tahun ini untuk mengangkat tumor di bagian kiri punggung saya serta tiga batang tulang rusuk dan bagian kanan hati saya. Di tengah kondisi seperti ini, asalkan kesehatan saya mendukung, saya pasti akan terus menapaki Jalan Tzu Chi dan tidak akan menyerah di Jalan Bodhisatwa. Jadi, saya berterima kasih kepada Master yang telah mendirikan Tzu Chi dan membabarkan Dharma sehingga saya bisa gigih menapaki jalan ini,” kata Ibu Kang.
Mendengar perkataannya, saya merasa sangat tersentuh. Dia menjalani cuci darah tiga kali dalam seminggu dan menggunakan empat hari lainnya untuk mengemban misi Tzu Chi. Dia telah mempraktikkan semangat Tzu Chi. Setiap kali mendengar ada masalah lansia di masyarakat, saya selalu merasa bahwa para relawan lansia di Tzu Chi sangat beruntung karena mereka selalu didampingi oleh saudara se-Dharma.
Saya memperhatikan murid-murid saya, tetapi tidak bisa menjangkau mereka satu per satu. Akan tetapi, para relawan kita bisa memperhatikan dan mendampingi satu sama lain. Keluarga besar Tzu Chi penuh kehangatan. Bodhisatwa sekalian, saya sangat bersyukur dan sangat tersentuh.
Mendengar isu-isu yang beredar tahun lalu, saya merasa sangat sedih. Meski saya kehilangan sebagian donatur, tetapi ada seorang donatur yang berkata, “Dharma Master Cheng Yen. Kakak, Master Cheng Yen tidak akan seperti ini. Saya tahu kalian sangat bekerja keras. Anda harus ingat, Master Cheng Yen bukan hanya guru kalian, tetapi juga guru warga Taiwan dan guru seluruh dunia,” kata Lin Hui-mei Relawan Tzu Chi.
“Mendengar perkataannya, saya pun menangis. Donatur saja berkata seperti itu, bolehkah saya putus asa dan menyerah? Saya harus lebih tegar dan bangkit kembali. Kemudian, saya terus mendampingi donatur saya. Meski kehilangan sebagian donatur, tetapi saya telah membina hubungan yang baik dengan donatur-donatur yang lain. Saat mengunjungi mereka, saya selalu mengobrol dengan mereka. Setelah berdonasi, mereka hanya menerima tanda terima kasih. Karena itu, saya juga berbagi ajaran Master dengan mereka. Setiap kali berkunjung, saya berbagi satu kalimat. Ini lebih bermakna bagi para donatur. Karena itu, kini para donatur saya sangat stabil,” sambung Lin Hui-mei.
Lihatlah, para donatur begitu yakin terhadap Tzu Chi dan saya. Saya selalu yakin bahwa diri saya tidak memiliki pamrih dan setiap orang memiliki cinta kasih. Yang dikatakan oleh relawan lansia kita tadi sungguh membuat saya sangat tersentuh. Donaturnya bahkan membantunya menginspirasi donatur baru. Inilah yang kita butuhkan di Taiwan.
Tzu Chi telah berdiri di Taiwan selama 51 tahun. Saya sering berkata bahwa Taiwan sangat dipenuhi berkah. Taiwan tidak memiliki permata apa pun selain kebajikan dan cinta kasih. Meski Taiwan hanya sebuah pulau kecil, tetapi insan Tzu Chi bisa menjangkau lebih dari 90 negara untuk menyalurkan bantuan bencana. Inilah cinta kasih dan kebajikan warga Taiwan. Saya bersyukur kepada seluruh insan Tzu Chi yang telah bersumbangsih dengan cinta kasih.
Bodhisatwa sekalian, kita semua adalah praktisi Buddhis. Kita mempraktikkan ajaran yang dibabarkan oleh Buddha. Semangat dan filosofi ajaran Buddha adalah bersumbangsih bagi semua makhluk yang menderita di seluruh dunia. Berhubung memiliki jalinan jodoh untuk mendalami ajaran Buddha, kita hendaknya menerapkan semangat dan filosofi ajaran Buddha dalam kehidupan sehari-hari.
Buddha dan isi Sutra mengajari kita untuk tidak melakukan kejahatan dan melakukan semua kebaikan. Tentu, Buddha memiliki berbagai metode untuk membabarkan Dharma. Selama 40-an tahun berdirinya Tzu Chi, saya berfokus demi semua makhluk. Setelah 45 tahun, saya berfokus demi ajaran Buddha. Saya harus membabarkan Dharma. Kini yang paling saya khawatirkan adalah bisakah saya membabarkan seluruh isi Sutra Bunga Teratai? (Master pasti bisa)
Buddha hidup hingga usia 80 tahun dan saya juga hampir berusia 80 tahun. Kondisi kesehatan saya tahun ini jauh lebih buruk dibanding tahun lalu. Namun, apa pun yang terjadi, saya tetap menggenggam waktu. Meski terkadang merasa tidak enak badan, saya juga menahannya dan menyelesaikan ceramah saya pada hari itu. Bodhisatwa sekalian, setiap hari, kalian harus bersungguh hati mendengar dan menyerap Dharma ke dalam hati.
Berusaha untuk melindungi bumi tanpa memedulikan kesehatan diri sendiri
Yakin bahwa diri sendiri tak mengharapkan pamrih dan menggalang cinta kasih banyak orang
Menggenggam waktu untuk mewariskan inti sari Dharma
Mendedikasikan diri dan mempraktikkan Dharma demi membimbing semua makhluk
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 30 Desember 2016
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina