Ceramah Master Cheng Yen: Mendengar Dharma untuk Menumbuhkan Berkah dan Kebijaksanaan

“Jika kita hanya bersantai-santai, maka hari demi hari akan berlalu begitu saja tanpa pencapaian apa pun. Master berkata bahwa nilai kehidupan dikembangkan dengan bersumbangsih. Jika kita tidak bersumbangsih,nilai kehidupan kita tidak akan berkembang. Berkah terbesar saya dalam hidup ini adalah dapat menjadi relawan Tzu Chi dan membimbing istri saya untuk bergabung,” ujar Li Ren-fu, relawan Tzu Chi yang aktif di kegiatan daur ulang.

Kita bisa melihat sepasang suami istri melatih diri bersama. Relawan Li Ren-fu bergabung dengan Tzu Chi terlebih dahulu. Lalu, dia sering berbagi dengan istrinya tentang kebaikan Tzu Chi dan menyemangatinya untuk mendengar Dharma. Sepasang suami istri ini setiap hari bangun sekitar pukul empat dini hari untuk melakukan kebaktian pagi. Mereka sangat tekun dan bersemangat. Usai kebaktian pagi, sang istri harus mengerjakan pekerjaan rumah tangga tanpa menyia-nyiakan satu detik pun. Dia harus menyiapkan makanan kesukaan ibu mertuanya dan mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga. Selain itu, dia juga harus membantu usaha suaminya dan mengikuti kegiatan Tzu Chi. 

“Berhubung bersumbangsih dengan gembira, kita tidak akan merasa lelah.Namun, jika merasa tidak senang,maka semakin bersumbangsih akan semakin lelah. Jika bersumbangsih dengan penuh sukacita,kita hanya akan merasa panas,”ucap Li Chen Jin-xiao, saat berkegiatan Tzu Chi.

Sesungguhnya, dia juga pernah merasa risau karena hubungannya dengan ibu mertuanya. Dahulu, ibu mertuanya terkadang meneleponnya dan mengomelinya.Dia memasukkan perkataan mertuanya ke dalam hati. Akhirnya, dia menderita depresi yang membuatnya tidak tahu harus bagaimana melakukan kegiatannya sehari-hari dan harus memeriksakan diri ke dokter.

Kemudian, dia bergabung dengan Tzu Chi dan melakukan kebaktian pagi  bersama suaminya. Dia juga mulai mendengar Dharma. “Usai kebaktian Penghormatan Sutra Bunga Teratai, hati saya merasa sangat tenang. Karena itu, saya setiap hari bangun pagi-pagi dengan hati penuh sukacita. Setiap pagi, saya selalu melakukan kebaktian Penghormatan Sutra Bunga Teratai untuk menyatakan pertobatan. Usai kebaktian Penghormatan Sutra Bunga Teratai, saya menonton Sanubari Teduh. Saat Master mengulas tentang Empat Kebenaran Mulia, saya tidak memahaminya. Saat mendengarnya untuk pertama kalinya, saya merasa sangat risau sehingga tidak memperhatikannya. Saat mendengarnya untuk kedua kalinya, saya merasa bahwa perkataan Master sesuai dengan kondisi yang saya alami.Saya berpikir, “Mengapa saya begitu menderita?” Setelah memikirkannya berulang kali, saya akhirnya menyadari bahwa saya sendirilah yang menciptakan penderitaan itu,” sharing Li Chen Jin-xiao dalam acara Da Ai TV.

Ternyata, semua penderitaannya diciptakan oleh dirinya sendiri. Perkataan mertuanya yang ringan terasa berat di hatinya sehingga kegelapan dan noda batinnya terbangkitkan. Akumulasi kegelapan dan noda batin membuat dirinya merasa tersiksa. Setelah memahami kebenaran ini, dia terus menyerap Dharma ke dalam hati dan memperbaiki diri. Kemudian, dia mengajak mertuanya untuk tinggal bersama mereka. Kini mertuanya sangat bersyukur dan memujinya. Keluarga ini menjalani hidup dengan gembira dan penuh sukacita. Mereka juga turut melakukan daur ulang. Ini semua berkat Dharma. Meski pernah melewatkan Dharma, tetapi jika kita dapat terus-menerus mengairi ladang batin kita, maka perlahan-lahan, benih kebajikan dan akar kebijaksanaan akan bertumbuh. Lalu, kita akan tahu bahwa ada banyak kegelapan dan noda batin yang berasal dari pengaruh kondisi luar dan melekat di dalam batin kita sehingga batin kita menjadi tercemar.

Akumulasi kegelapan dan noda batin yang tidak berwujud akan direfleksikan lewat tindakan yang berwujud sehingga muncullah penyakit,seperti gangguan bipolar dan depresi. Ini bisa mendatangkan penyakit fisik dan batin. Karena itu, kita harus meningkatkan kewaspadaan. Kita bisa melihat orang yang hidup menderita sejak kecil. Contohnya Relawan Dong dari Pingtung. Dia berasal dari keluarga kurang mampu dan ayahnya meninggal dunia pada usia muda. Ibunya harus bekerja keras untuk membesarkan sembilan orang anak. Betapa beratnya beban ibunya. Saat kecil, Relawan Dong terserang demam sehingga pertumbuhan kecerdasannya terhambat. Ibunya terus menggendongnya hingga dia belajar berjalan pada usia 10 tahun. Pada usia 13 tahun, dia bekerja sebagai pekerja magang. 

“Dia sama sekali tidak bersekolah. Dia tidak begitu cerdas. Dia bekerja di pabrik tekstil untuk mempelajari keterampilan dan diajak minum arak oleh anak-anak muda di sana. Dia minum arak setiap hari hingga akhirnya kecanduan dan tidak bisa berhenti minum arak. Saat itu, majikannya enggan mempekerjakannya karena kebiasaan minum araknya ini. Karena itu, dia pun pulang ke rumah. Meski saya tidak memiliki uang, dia tetap memaksa saya untuk memberinya uang. Jika terus meminum begitu banyak  arak, maka nyawanya akan terancam. Dia mabuk hingga tidak sanggup berjalan. Karena itu, saya menyuruhnya merangkak. Dia meminta saya memapahnya, tetapi saya tidak mau. Saat dia minum arak, saya benar-benar merasa tersiksa. Dia bermabuk-mabukan hingga tidak tahu saat saya memukulnya. Saat tinggal di pusat rehabilitasi di Tainan, dia juga diam-diam keluar untuk minum arak. Dia sudah berulang kali berlutut di hadapan saya dan berkata bahwa dia tak akan minum arak lagi. Saya berkata padanya bahwa berlutut juga tidak ada gunanya jika dia tidak berhenti minum arak. Jika dia terus minum arak, maka masa depannya akan hancur,” ujar Dong Pan Jin-ye, ibu dari relawan Dong.

Ibunya sungguh menderita. Ibunya harus mendampinginya ke rumah sakit dan membantunya berhenti minum arak. Jalinan jodoh antara insan Tzu Chi dengan Relawan Dong dimulai pada saat itu. Dari Pingtung, dia datang ke Hualien, lalu pergi ke RS Tzu Chi Yuli. Di RS Tzu Chi Yuli, melihat sekelompok insan Tzu Chi yang mengenakan seragam dengan rapi dan anggun,dia merasa penuh sukacita. Lalu, dia bertanya, “Setelah saya keluar dari rumah sakit, bolehkah saya mengenakan pakaian yang sama dengan kalian?” Akar kebajikannya telah terbangkitkan.

Lalu, insan Tzu Chi Pingtung terus menyemangati, membimbing, dan mengawasinya hingga dia benar-benar berhenti minum arak. Pikirannya sangat sederhana dan murni sehingga bebas dari noda batin dan kemelekatan. Pikirannya memang sangat murni. Dia juga sudah berhenti minum arak. Inilah kehidupannya. Setelah bertemu dengan penyelamat dalam hidupnya, dia dapat mengubah semua tabiat buruknya. Kini, dia bisa melindungi bumi, berbakti kepada ibunya, dan bergabung ke dalam barisan Tzu Cheng. Jika ada yang meminta bantuan padanya, maka dia pasti akan memberikan bantuan.

Kini ibunya bisa kembali tersenyum. Jalinan jodoh sungguh tidak bisa ditebak. Sungguh, kita harus menyucikan hati manusia. Dengan mengubah pola pikir, dia dapat hidup damai, tenang, sederhana, dan penuh  sukacita. Bukankah tadi Jin-xiao juga berkata bahwa dia merasa hidupnya sangat damai, penuh sukacita, dan sederhana? Hidup yang sederhana dan penuh sukacita berbeda dengan kehidupannya dahulu. Begitu pula dengan Relawan Dong. Hidupnya menjadi lebih sederhana setelah melakukan  perubahan. Dia tidak bermabuk-mabukan lagi dan dapat menumbuhkan kebijaksanaan. 

Setiap orang bisa memperbaiki kehidupannya. Asalkan kita dapat bersungguh hati untuk melenyapkan kegelapan batin dan mengairi ladang batin kita dengan ajaran Buddha untuk membersihkan semua noda batin, maka saya yakin, hidup kita akan terbebas dari kerisauan.

Tekun dan bersemangat melatih diri dan membimbing sang istri ke jalan yang sama

Mendengar Dharma untuk membuka hati dan melenyapkan kegelapan batin

Jalinan jodoh sungguh tidak bisa ditebak

Menyucikan hati serta menumbuhkan berkah dan kebijaksanaan

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 13 April 2016

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 15 April 2016

Bila sewaktu menyumbangkan tenaga kita memperoleh kegembiraan, inilah yang disebut "rela memberi dengan sukacita".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -