Ceramah Master Cheng Yen: Mendengar, Menyebarkan, dan Mempraktikkan Dharma
Kita memuliakan Buddha yang datang ke dunia ini. Buddha datang untuk menjadi guru pembimbing di dunia ini. Setelah lahir di dunia ini, selama pertumbuhannya, Beliau mengamati dan merenungkan banyak hal. Beliau mendapati bahwa hidup ini penuh dengan kontradiksi. Karena adanya kontradiksi, banyak orang yang memiliki kemelekatan. Karena adanya kemelekatan, timbullah noda batin yang tidak dapat dilenyapkan. Karena itu, Beliau mulai mencari arah tujuan hidup. Inilah yang menakjubkan dari Buddha yang datang ke dunia ini.
Beliau bisa merenungkan dan mengamati hal-hal yang tidak terpikirkan dan terlihat oleh orang lain. Beliau merenungkan ke mana kita pergi setelah meninggal dunia dan dari mana kita datang. Karena itu, Beliau meninggalkan istana dan mulai bertapa di hutan untuk mencari jawaban atas pertanyaan tersebut. Dengan tekad, konsentrasi, dan kesungguhan hati, Beliau akhirnya menemukan jawabannya.
Beliau juga tekun melatih diri hingga batin-Nya menyatu dengan seluruh alam semesta. Saat mencapai pencerahan, Beliau memahami prinsip kebenaran tentang segala sesuatu di alam semesta. Kemudian, Beliau mulai membabarkan Dharma. Karena itu, bagaimana bisa kita tidak menghormati Buddha? Bagaimana bisa kita tidak memuliakan Buddha?
Buddha telah mencapai pencerahan dan memberi tahu kita bahwa setiap orang bisa mencapai pencerahan. Kita yakin bahwa setiap orang bisa mencapai pencerahan. Meski demikian, menilai diri sendiri, kita akan menyadari bahwa untuk mencapai kebuddhaan, jarak yang harus ditempuh masih sangat jauh. Dalam kehidupan sekarang, sejauh apa kita bisa melangkah maju? Dalam kehidupan sekarang, sejauh apa kita bisa melangkah maju? Jika kita bisa melangkah maju menuju kebuddhaan, berapa jarak yang tersisa? Kita harus merenungkannya dengan sepenuh hati.
Meski jaraknya masih sangat jauh, tetapi jalan ini adalah jalan yang benar, lapang, dan lurus. Jadi, kita tetap harus tekun dan bersemangat melatih diri. Saat kita jauh dari kebuddhaan, janganlah kita berkeluh kesah. Sebaliknya, kita harus berintrospeksi diri karena tidak bersemangat dan berusaha. Kita jauh dari kebuddhaan karena enggan tekun dan bersemangat melatih diri serta enggan cermat, bersungguh hati, dan berkonsentrasi. Kita tidak tekun melatih diri.
Buddha juga memberi tahu kita bahwa jika sebersit niat dapat dipertahankan hingga selamanya, kita pasti bisa mencapai kebuddhaan meski jaraknya sangat jauh. Sesungguhnya, apakah kita jauh dari kebuddhaan? Tidak, sangat dekat. Jika bisa menggunakan hati yang tulus untuk mempraktikkan Dharma, kita bisa membangun Tanah Suci di dalam batin sendiri. Pada hakikatnya, setiap orang memilikinya.
“Sejak bergabung dengan Tzu Chi pada 2012, kehidupan saya mulai berubah. Awalnya, saya mengira bahwa saya akan mendapat uang, tetapi belakangan, saya merasa bahwa pencapaian spiritual jauh lebih bermakna daripada uang,” kata Thabsile, Relawan Tzu Chi.
“Sebelumnya, saya tidak mengerti apa yang dilakukan oleh ibu saya. Mengapa dia selalu menolong orang lain, tetapi tidak mendapat uang darinya? Kemudian, ibu saya memberi tahu saya bahwa itu adalah sumbangsih tanpa pamrih yang sangat membahagiakan. Setelah itu, saya mulai menjalankan misi Tzu Chi bersama ibu saya dan akhirnya memahami dari mana kebahagiaan itu berasal,” ujar seorang relawan lokal.
Kita juga harus memuliakan dan menyebarkan Dharma. Selain mempraktikkan Dharma, relawan kita juga bersumbangsih di tengah masyarakat. Di tengah masyarakat, kita terus-menerus mempraktikkan kebajikan dalam keseharian.
“Tzu Chi telah melakukan hal yang luar biasa. Kami mengasihi dan menghormati kalian. Terima kasih,” ujar Michael Ferrier, Menteri Keuangan Sint Maarten.
“Saya senang berada di sini dan mengambil bagian dalam hal ini karena ini merupakan kesempatan untuk melayani komunitas. Saya senang bisa menolong sesama,” ungkap Sterling Warner, Relawan lokal.
Catur-samgraha-vastu paling sederhana. Dalam keseharian, kita hendaknya berdana dan tidak perhitungan. Berdana berarti bersumbangsih. Setiap hari, kita harus membangkitkan niat untuk bersumbangsih. Dengan kekuatan besar maupun kecil, kita bisa menolong sesama. Ini tidaklah sulit. Dengan ucapan, kita bisa menolong sesama. Dengan tindakan sederhana, kita juga bisa menolong sesama. Apakah itu sulit? Inilah yang disebut berdana. Melakukan tindakan bermanfaat berarti senantiasa memikirkan kepraktisan dan kenyamanan orang lain.
Saat seseorang dilanda kesulitan, kita berusaha menenangkan dan menolongnya. Apakah itu sulit? Melakukan tindakan bermanfaat sangat mudah. Saat berinteraksi dengan orang lain, kita harus memberikan saran yang baik dan bertutur kata dengan cinta kasih. Kita cukup mengucapkannya saja. Berinteraksi dengan orang-orang dengan sikap seperti ini dalam kehidupan sehari-hari sama sekali tidak sulit. Inilah yang disebut Catur-samgraha-vastu. Ini sangat mudah dipraktikkan. Pelatihan diri harus dilakukan dalam kehidupan sehari-hari dengan menggenggam setiap momen.
Pada hakikatnya, setiap orang memiliki Tanah Suci di dalam hati
Mendengar, menyebarkan, dan mempraktikkan Dharma
Mempraktikkan Catur-samgraha-vastu dalam kehidupan sehari-hari
Menggenggam setiap momen untuk melatih diri
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 16 Juni 2018
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Li Lie