Ceramah Master Cheng Yen: Menebarkan Benih Kebajikan di Myanmar

“Dalam proses pembagian hari ini, saya bisa merasakan kehangatan dan welas asih insan Tzu Chi. Kelak saya juga ingin berdana,” kata U Than Tun, seorang petani.

“Tanah ini merupakan tempat lahir dan tempat tinggal saya selama lebih dari 70 tahun. Warga di sini sangat sederhana. Saya bersedia bersumbangsih bagi mereka agar welas asih dan ajaran Master dapat mengairi batin mereka,” ujar U Mya Thein, Relawan Tzu Chi.

“Tadi, setelah mendengar relawan menceritakan kisah Master Cheng Yen, saya sangat tersentuh. Beliau begitu penuh welas asih. Sekarang saya menerima bantuan kalian, kelak saya juga ingin menebarkan cinta kasih seperti yang kalian lakukan,” ujar Daw Khin Win, seorang petani.

Kita bisa melihat bahwa relawan kita sudah melakukan pembagian benih di Myanmar. Kita tahu bahwa persiapan dalam melakukan pembagian benih sungguh tidak mudah. Dari bulan Juli hingga Agustus tahun lalu, turun hujan deras yang menyebabkan banjir. Tanaman mereka terendam banjir selama lebih dari 2 bulan.

“Semua makanan yang bisa dimakan sudah habis, saya merasa sangat sedih. Demi bertahan hidup, kami tetap harus bercocok tanam, maka hanya bisa pergi meminjam uang, tutur U Thein Aung, petani lainnya.

Pada akhir bulan Oktober, saat banjir sudah surut dan jalan sudah bisa diakses, relawan kita pergi melakukan survei pascabencana. Hanya sedikit yang bisa dilakukan para petani yang terkena dampak bencana. Selama ini mereka sudah menjalani kehidupan yang sulit. Setiap tahun dan setiap musim tanam, mereka harus meminjam uang dengan bunga  yang sangat tinggi untuk bercocok tanam. Insan Tzu Chi pergi ke sana dan membagi diri ke dalam beberapa jalur untuk melakukan survei pascabencana.

Di sana banyak kisah yang memprihatinkan.

Bagaimana kita membantu mereka? Kita memberikan benih padi kepada mereka agar mereka tidak perlu lagi meminjam uang untuk membeli benih. Bulan Oktober kebetulan adalah masa antara musim panen dan musim tanam. Pada saat ini, petani yang lebih rajin akan memanfaatkan waktu 2-3 bulan ini untuk menanam tanaman lain, seperti jagung, kedelai, dan kacang hijau. Jadi, pada bulan November, relawan kita pergi melakukan pembagian benih lagi.

Saya terus mengingatkan kepada relawan kita untuk memilih benih kacang yang berkualitas baik karena akan berpengaruh pada hasil panen. Setelah memberikan benih kacang kepada para petani, kita mengajarkan kepada mereka cara menanamnya dan berpesan kepada mereka untuk tidak menyemprotkan pestisida. Mereka sungguh membalas budi dengan hati yang polos dan penuh syukur.

“Saya juga "menggalang hati" hama. Saya berkata kepada hama, "Kalian boleh makan daun, tetapi buahnya harus disisakan untuk saya." Berhubung saya sering bertutur kata baik pada mereka, tanaman kacang ini berbuah lagi untuk kedua kalinya,” kata Daw San San Yee, Relawan Tzu Chi.

Setiap hari dia pergi ke sawah untuk bertutur kata baik kepada tanaman. Berhubung percaya pada apa yang dikatakan insan Tzu Chi, mereka mulai menunjukkan ketulusan dan rasa syukur terhadap bumi.

Itu sungguh menakjubkan. Mereka menuai panen besar kali ini. Kali ini, kita pergi membagikan lebih dari 20 ton benih padi yang terbagi dalam 200.000 bungkus lebih kepada lebih dari 47.000 keluarga di 4 provinsi. Saya sangat berterima kasih kepada insan Tzu Chi yang penuh welas asih dan bijaksana.

Di masa lalu, kita harus mengangkat satu demi satu karung benih padi  untuk petani. Kini, relawan kita sudah tidak perlu mengangkat karung benih padi lagi karena bantuan dibagikan berupa kupon dan para petani dapat menukarnya dengan benih padi di asosiasi pertanian. Cara ini meringankan pekerjaan relawan. Namun, berhubung ini adalah pertama kalinya, maka tugas relawan juga tidak ringan karena harus melakukan pendataan bagi lebih dari 47.000 keluarga.

Setiap keluarga harus didata secara mendetail. Ini sungguh tidak mudah. Namun, kemudian, Bapak Liu mengadaptasi sistem komputasi awan.

“Dahulu, saat kami mencocokkan data mereka dengan catatan kami di kertas dan menanyakan nomor identitas diri mereka, mereka selalu menjawab tidak tahu. Jika ada nama dan marga yang sama, kami harus menanyakan nama ayah mereka, itu menghabiskan banyak waktu. Sekarang, data petani sudah ada. Kami hanya perlu mencocokkan identitas diri saja. Sekali dipindai, semua data akan keluar. Jika ada nama yang sama, sistem akan memberi tahu kita. Ini sangat memudahkan kami,” tambah Daw San San Yee.

Untuk merapikan data seseorang, tidak hanya data penerima bantuan saja yang harus dicocokkan, data keluarga mereka juga harus dicocokkan dengan jelas. Ini sungguh sangat tidak mudah. Kita memberi mereka kertas  berisi 88 kalimat Kata Renungan Jing Si dalam bahasa Myanmar dan Mandarin. Kertas Kata Renungan Jing Si itu dilipat dengan rapi dan indah. Sekelompok sramaneri dan bhiksuni di vihara juga bergerak untuk membantu. Melipat dengan rapi menandakan rasa hormat.

Amplop itu berisi sepucuk surat dan selembar kupon. Itu semua untuk dibagikan kepada para petani. Jadi, untuk pembagian bantuan kali ini, para relawan juga harus bekerja keras.

“Surat pemberitahuan pembagian benih harus dibagikan terlebih dahulu kepada kepala desa dan warga. Ini semua membutuhkan waktu. Jadi, kami tidak boleh menyia-nyiakan waktu. Kami sangat tegang. Selain itu, ada beberapa kesalahan yang masih terus diperbaiki,” terang Liu Zong-yan, Divisi Kerohanian Tzu Chi.

“Kami melakukan setiap persiapan dengan sangat bersungguh hati. Sekarang sudah pukul 12 malam,” ungkap Chen Ji-min, Relawan Tzu Chi Malaysia.

“Kalian mulai melakukan persiapan dari pukul berapa?”

“Hari ini kami mulai dari sekitar pukul 10 pagi. Hari ini kami mungkin akan selesai pada pukul 3 atau pukul 4 pagi,” jawab Chen Ji-min.

Insan Tzu Chi tidak takut lelah. Mereka selalu melakukan yang harus mereka lakukan dan menyelesaikannya dengan sempurna. Mereka melakukan survei pascabencana, merapikan daftar penerima bantuan, memilih lokasi pembagian, dll. Pembagian bantuan diadakan di beberapa titik. Jika tidak, mereka tidak bisa membagikan benih padi kepada lebih dari 40.000 keluarga dalam waktu singkat.

Relawan kita melakukan pembagian bantuan di lokasi yang berbeda di 4 provinsi karena daerah cakupannya sangat luas. Saya tahu bahwa mereka sangat bekerja keras. Semoga lebih dari 40.000 keluarga ini dapat bercocok tanam dengan lancar dan mendapat hasil panen berlimpah agar kehidupan mereka bisa lebih baik.

“Terima kasih atas welas asih Master Cheng Yen. Beliau telah membiarkan murid-muridnya datang ke Myanmar untuk membagikan benih kacang. Kami juga harus meneladani semangat insan Tzu Chi dan membantu orang yang membutuhkan dengan cinta kasih.

Saya masih ingat bahwa 11 tahun yang lalu, setelah bencana Badai Nargis, kita juga membagikan benih padi kepada mereka yang terkena dampak bencana. Orang-orang di sana berkata bahwa itu sangat menakjubkan. Setelah menerima benih padi dari Tzu Chi, hasil panen mereka setiap tahun melimpah dan tidak ada bencana. Jadi, kini mereka bisa mendedikasikan diri untuk menjadi relawan. Ini disebut lingkaran kebajikan.

“Saya berterima kasih kepada Tzu Chi karena telah membantu petani yang terkena dampak bencana. Saya sangat setuju dengan filosofi Master. Saya juga harus melakukan yang harus saya lakukan,” ujar U Kyaw Aung, seorang petani.

"Tzu Chi benar-benar telah banyak membantu kami. Kami datang membantu, ini juga merupakan berkah kami. Setelah bertemu dengan Master pada tahun lalu, saya sudah mulai bervegetaris dan ketika bertemu orang, saya juga akan mendorong mereka untuk bervegetaris. Saya berharap semua orang bersama-sama melakukan perbuatan baik,” kata U Than Tun, Kepala Desa.

Lihatlah, orang-orang di Myanmar terus mengimbau orang-orang untuk bervegetaris. Sungguh, relawan kita yang bervegetaris amat penuh semangat dan sehat. Mereka semua sangat tekun, bersemangat, dan penuh keberanian. Lihatlah, mereka menempuh perjalanan yang sangat jauh untuk menjangkau orang yang membutuhkan. Meski perjalanan pulang pergi begitu jauh, mereka tetap penuh dengan semangat. Mereka melakukannya dengan penuh rasa syukur dan pulang dengan sukacita.

Karena insan Tzu Chi bervegetaris, maka tubuh mereka sehat. Saudara sekalian, saya berharap semua orang lebih bersungguh hati. Semoga iklim selalu bersahabat agar hasil panen petani berlimpah dan orang-orang di dunia bebas dari bencana. Untuk itu, kita harus mawas diri dan tulus.


Bencana banjir telah menyebabkan gagal panen

Menempuh perjalanan jauh untuk membantu para petani

Mawas diri dan tulus serta menebarkan benih kebajikan

Membangkitkan siklus kebajikan dengan welas asih dan kebijaksanaan

  

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 20 Februari 2019

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal 22 Februari 2019

Cara kita berterima kasih dan membalas budi baik bumi adalah dengan tetap bertekad melestarikan lingkungan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -