Ceramah Master Cheng Yen: Menebarkan Benih Kebajikan Sampai Tak Terhingga
Kita bisa melihat bagaimana Bodhisatwa Tzu Chi menebarkan benih cinta kasih di seluruh dunia. Kita harus menanam benih cinta kasih di hati kita terlebih dahulu, barulah bisa menebarkan benih kebajikan. Dengan adanya benih kebajikan, barulah kita bisa bersama-sama membina berkah dan membuat masyarakat harmonis. Saya sangat berharap kekuatan cinta kasih ini menjadi tak terhingga.
Insan Tzu Chi memupuk benih cinta kasih di dalam hati mereka dan membangun ikrar untuk menginspirasi orang yang berada untuk menolong yang orang yang kurang mampu; menginspirasi orang kurang mampu untuk bersumbangsih agar kaya batin. Semua orang memupuk cinta kasih untuk menghimpun tetes-tetes kekuatan guna membantu orang yang lebih membutuhkan. Tak peduli berapa besar uang yang kita sumbangkan, yang terpenting adalah niat kita untuk bersumbangsih dalam jangka panjang.
Tak masalah jika setiap bulan kita hanya bisa menyumbangkan sedikit uang, yang terpenting adalah kita telah berusaha segenap hati dan tenaga untuk mengakumulasi cinta kasih setiap hari. Setiap hari kita harus memiliki cinta kasih, seperti halnya bumi ini yang perlu selalu dipelihara melalui curah hujan yang merata. Kita berharap hujan turun pada waktunya dengan jumlah yang cukup untuk membasahi bumi.
Inilah yang disebut kondisi. Misalnya, jika ada benih, tetapi tanpa air, maka benih yang tertanam di tanah tak akan bertumbuh. Selain air, juga dibutuhkan sinar matahari yang hangat serta udara yang segar agar benih dapat bertumbuh dan bertunas. Ketika benih ini bertumbuh menjadi pohon besar, maka ia akan berbunga dan berbuah setiap tahunnya.
Kita bisa melihat Filipina. Tahun ini merupakan tahun ke-5 pascatopan Haiyan. Mengungkit tentang Topan Haiyan, kita semua akan teringat Provinsi Leyte yang beberapa kota dan kecamatannya kini telah pulih kembali. Insan Tzu Chi tak pernah meninggalkan wilayah itu dan terus memberi perhatian dalam jangka panjang. Insan Tzu Chi membimbing mereka untuk menjalankan usaha kecil dan memberi keterampilan agar mereka dapat hidup mandiri. Kini hasilnya telah terlihat.
Kita juga membangun lebih dari 1.000 unit rumah rakitan bagi lebih dari 6.000 orang yang terkena dampak bencana. Di antara lebih dari 6.000 orang ini, kini lebih dari 4.000 orang sudah menjadi donatur.
Selain itu, orang yang mendedikasikan diri untuk menjadi relawan juga tidak sedikit. Ini sungguh tidak mudah. Mereka tak hanya menjaga desa mereka sendiri, tetapi juga keluar desa untuk membantu orang ketika dilanda bencana. Tahun lalu, ketika gempa berkekuatan besar mengguncang suatu tempat di luar desa ini di Ormoc, sekelompok warga Perumahan Cinta Kasih ini bergerak keluar desa untuk membantu orang yang terkena dampak bencana. Melihat ini, saya sungguh sangat tersentuh. Selain itu, sebelum terjadi Topan Haiyan, terjadi gempa berkekuatan besar di Pulau Bohol.
Setelah kita melakukan survei pascabencana, terjadi Topan Haiyan dan semua orang menghimpun kekuatan untuk mendedikasikan diri di sana. Namun, saya mengatakan kepada mereka, "Kita tak boleh lupa bahwa Pulau Bohol masih membutuhkan bantuan. Kalian sudah pergi melihat kerusakan yang begitu parah akibat gempa, kalian jangan hanya berfokus pada Provinsi Leyte dan melupakan Pulau Bohol."
Jadi, mereka membagi diri jadi 2 kelompok. Sebagian orang pergi ke Pulau Bohol. Mereka sudah beberapa kali mengadakan baksos kesehatan di Pulau Bohol dan sudah menyelamatkan banyak orang. Ini sungguh menyentuh. Itulah Bodhisatwa dunia. Ketika melihat banyak orang yang menderita, Bodhisatwa selalu datang untuk membantu mereka.
Di Filipina ada banyak orang yang menderita. Sekelompok orang yang menderita ini merupakan ladang pelatihan Bodhisatwa. Lihatlah bagaimana Bodhisatwa di sana menggalang jutaan Bodhisatwa lain untuk bergabung. Saya berharap semua orang dapat menjadi Bodhisatwa.
“Nama saya Amparo Jurial, tahun ini berusia 79 tahun. Saya tinggal di Perumahan Cinta Kasih Ormoc. Saya sangat berterima kasih atas bantuan kalian. Jadi, demi bisa menyumbangkan uang untuk membalas budi Tzu Chi, saya mulai berjualan pakaian. Hingga kini saya masih mempertahankan tekad saya dan selalu siap untuk bersumbangsih walaupun yang saya miliki hanya sedikit ini. Meski sudah berusia lanjut, saya tak pernah bergantung pada anak-anak saya,” kata Amparo Jurial, warga Perumahan Cinta Kasih.
“Mengapa Anda menyimpan uang di sini?”
“Karena saya takut dicuri orang,” jawab Amparo Jurial.
“Dia berkata bahwa dia tidak menyimpan uang koin di sini karena uang koin akan berbunyi ketika dimasukkan. Dia takut orang lain mendengarnya, lalu mencurinya. Dia berkata bahwa menyimpan uang kertas barulah tidak akan berbunyi,” jelas Li Wei-song, relawan Tzu Chi.
Ibu itu bisa mendapat keuntungan sekitar 400 peso setiap bulan dan masih bisa menyumbang 100 peso. Demi bisa menyumbangkan uang, dia pergi menjual pakaian bekas. Ini sangatlah menyentuh orang. Saya terus mendorong orang-orang untuk membuka situs Tzu Chi guna melihat orang yang menderita di dunia dan bagaimana Bodhisatwa dunia meringankan penderitaan orang lain. Bimbingan seperti ini sangat penting. Antarsesama harus saling membimbing.
Berterima kasihlah kepada sesama relawan di sekitar kita. Kita harus menginspirasi orang berada untuk menolong orang kurang mampu, barulah masyarakat akan harmonis. Kita juga harus membimbing orang kurang mampu untuk turut menciptakan berkah. Di Filipina, ada penderitaan dan cinta kasih.
Kekuatan cinta kasih paling indah. Di dunia ini banyak orang yang menderita. Kita harus sungguh-sungguh menghargai ketenteraman dan kehidupan kita saat ini. Kita sungguh harus menghargainya dengan baik.
Setiap hari memiliki cinta kasih seperti air hujan dan embun
Menebarkan benih kebajikan sampai tak terhingga
Penerima bantuan berterima kasih atas bantuan Tzu Chi dan giat menanam berkah
Menginspirasi orang kurang mampu untuk bersumbangsih dan menanam berkah
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 22 Agustus 2018
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Li Lie