Ceramah Master Cheng Yen: Meneguhkan Ikrar untuk Meringankan Penderitaan


“TIMA telah berdiri selama lebih dari 20 tahun, hampir 30 tahun. Mengenang masa lalu dan menatap masa depan, satu-satunya yang tak berubah ialah cinta kasih. Tema tahun ini ialah ‘Mengenang Masa Lalu dan Menatap Masa Depan, Hanya Cinta Kasih yang Tak Berubah’,”
kata Lin Jun-long Ketua badan misi kesehatan Tzu Chi.

Saya sungguh bersyukur kepada para anggota TIMA kita. Tanggal 15 bulan 8 Imlek setiap tahunnya adalah waktu orang-orang berkumpul bersama. Saya teringat bahwa ini berawal dari TIMA Filipina. Lebih dari 20 tahun yang lalu, TIMA belum resmi dibentuk. Saat itu, dr. Leh Siu Chuan, dr. Qua, dan beberapa dokter lain dari Filipina selalu kembali ke Griya Jing Si pada tanggal 15 bulan 8 Imlek setiap tahunnya.

Saat itu, ruang rapat tempat kita duduk sekarang belum ada. Kita hanya memiliki sebuah aula kecil. Saat itu, kita semua keluar ke halaman rumput dan mendongakkan kepala untuk melihat bulan. Kini, ada begitu banyak anggota TIMA yang berhimpun di Aula Jing Si Hualien. Saya sungguh bersyukur melihatnya.

Setiap dokter TIMA menerapkan semangat Tzu Chi di negara dan wilayah masing-masing. Ini bukan hanya dilakukan dalam baksos kesehatan. Saya yakin bahwa setiap hari, saat menangani pasien, mereka selalu demikian. Mereka mengasihi dan melindungi pasien setiap hari.

Saat masih muda dan hendak memilih jurusan di perguruan tinggi, mereka semua memilih jurusan kedokteran. Mereka bertekad untuk menjadi dokter. Mengapa mereka ingin menjadi dokter? Saya yakin bahwa bukan demi uang, melainkan demi mencurahkan cinta kasih bagi dunia serta melindungi kehidupan dan kesehatan dengan cinta kasih. Saya yakin bahwa sejak memilih jurusan, mereka semua telah bertekad untuk menjadi dokter.


Saya selalu mengingatkan bahwa melindungi kehidupan dan kesehatan dengan cinta kasih adalah misi kita. Buddha mengatakan bahwa dunia penuh penderitaan. Di dunia ini bukan hanya ada penderitaan akibat penyakit. Perpaduan penyakit, kemiskinan, dan keterbatasan fisik akan mendatangkan penderitaan yang jauh lebih besar. Semua itu adalah penderitaan dalam kehidupan.

Tenaga medis bertujuan untuk melenyapkan penderitaan akibat penyakit. Mereka selalu berusaha untuk meringankan penderitaan fisik dan batin pasien. Dalam ajaran Buddha, tenaga medis selalu diperlakukan dengan penuh hormat. Saya sering menyebut para dokter "Tabib Agung". Dalam Sutra Buddha, Tabib Agung adalah Buddha hidup. Dengan hati Buddha, mereka memilih untuk menjadi dokter demi menjaga kesehatan orang-orang. Inilah tujuan para dokter.

Ada pula perawat yang sering saya sebut suciwan berjubah putih, yakni Bodhisatwa Avalokitesvara. Dengan cinta kasih seorang ibu, beliau mengasihi dan melindungi semua makhluk. Untuk menyebarkan Dharma di tengah masyarakat, Buddha selalu memberikan ajaran sesuai kapasitas masing-masing orang. Jadi, Buddha adalah Tabib Agung yang juga memiliki cinta kasih seorang ibu. Jadi, kita harus menggunakan cinta kasih untuk melindungi dan menghibur semua makhluk yang menderita. Para dokter dan tenaga medis sungguh dipenuhi berkah.


Belakangan ini, saya selalu berkata bahwa kita harus menginventarisasi nilai kehidupan. Mari kita menginventarisasi kehidupan sendiri. Kalian adalah tenaga medis, bukan pasien. Meski tenaga medis harus bekerja keras dan mendedikasikan diri untuk menyelamatkan kehidupan, tetapi yang menderita ialah pasien. Karena itu, kita makin perlu berempati terhadap pasien.

Saya juga sering mengulas tentang rasa empati. Kita hendaknya berusaha untuk memahami apa yang dirasakan oleh fisik dan batin orang lain. Jika saya adalah pasien dan saya sangat menderita, bagaimana saya akan mengungkapkannya? Dokter sekalian, bayangkanlah penderitaan fisik dan batin para pasien dan bagaimana mereka menjalani hari demi hari. Mari kita berpikir di posisi mereka.

Para dokter kita mengasihi dan melindungi semua makhluk dengan hati Buddha. Saya bersyukur kepada para anggota TIMA kita. Saya selalu berharap kita semua dapat berhimpun setiap hari meski saat ini kita hanya bisa berhimpun setahun sekali dalam rangka Festival Kue Bulan. Di sini, kita menghimpun kekuatan cinta kasih dan saling berbagi pengalaman.


Belakangan ini, saya sering berkata bahwa kita harus memperpanjang jalinan kasih sayang dan memperluas cinta kasih. Para anggota TIMA berbagi tentang bagaimana mereka memberikan pelayanan medis di negara masing-masing. Semua orang tersentuh oleh kisah yang dibagikan oleh orang lain. Mereka juga saling mempelajari kelebihan masing-masing dan akan berbagi dengan orang-orang setelah pulang ke negara masing-masing. Demikianlah kita membimbing satu sama lain menuju jalan yang lapang, yaitu Jalan Bodhisatwa. Ini hendaknya menjadi arah yang dituju dokter kita di masa mendatang.

Bodhisatwa sekalian, mari kita mengingat satu sama lain di dalam hati. Tentu saja, yang lebih penting ialah para anggota TIMA dapat melapangkan hati dan menginspirasi lebih banyak orang untuk bergabung dengan kita. Bodhisatwa hendaknya membimbing satu sama lain. Kita hendaknya selamanya menggenggam jalinan jodoh ini.

Dari kehidupan ke kehidupan, saya akan menggandeng kalian dengan erat. Di kehidupan mana pun, kita hendaknya bertekad dan berikrar untuk terus menginspirasi para dokter dan perawat bersumbangsih bersama.

Berkumpul bersama pada Festival Kue Bulan setiap tahunnya
Berbagi pengalaman dengan sukacita Dharma dan memperpanjang jalinan kasih sayang
Meneguhkan ikrar untuk meringankan penderitaan
Gemar berbagi kebenaran untuk membimbing orang berbuat baik bersama  

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 17 September 2024
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 19 September 2024
Kita harus bisa bersikap rendah hati, namun jangan sampai meremehkan diri sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -