Ceramah Master Cheng Yen: Meneladan Bodhisatwa yang Terjun ke Tengah Masyarakat


“Kakak Wu Shui-mu meninggal dunia pada 3 Agustus tahun ini. Beliau berusia 74 tahun. Kakak Shui-mu yang saya kenal memiliki fisik yang kuat dan sangat bertanggung jawab. Beliau selalu ingin melakukan semuanya dengan sempurna. Saat masih muda, beliau bekerja di pelabuhan. Di sana, beliau tertular kebiasaan buruk, yakni berjudi, mengonsumsi minuman keras, dan merokok. Namun, setelah bergabung dengan Tzu Chi, beliau memperbaiki semua kebiasaan buruknya ini dan berpegang pada sepuluh sila Tzu Chi. Beliau mulai melakukan daur ulang dengan sedan pribadinya. Beliau berkata, ‘Kedua tangan yang sebelumnya digunakan untuk mengonsumsi minuman keras dan berjudi, kini saya gunakan untuk melakukan daur ulang.’
Pada tahun 2003, beliau dilantik,” kata Guo Shu relawan Tzu Chi.

“Pada tahun 2017, beliau mengemban tanggung jawab sebagai pengurus depo daur ulang di Aula Jing Si. Beliau tidak pernah absen dan selalu pergi ke depo daur ulang setiap hari. Saat kesehatannya memburuk, beliau tetap bersiteguh melakukan daur ulang. Kami menasihatinya untuk beristirahat, tetapi beliau berkata, ‘Saya akan terus bersumbangsih hingga tak mampu melakukannya lagi,’" pungkas Guo Shu.

“Kakak Shui-mu selalu membimbing orang dengan memberikan teladan nyata. Beliau berkata bahwa untuk membimbing seseorang, kita harus membimbing hatinya terlebih dahulu. Beliau bukan hanya memberikan perintah. Dalam kegiatan Tzu Chi, beliau selalu menjadi yang pertama hadir dan bersumbangsih hingga akhir. Setelah memastikan segalanya sudah rapi, barulah beliau akan pulang. Beliau berkata, ‘Master mengatakan bahwa keluarga kecil kita harus dijaga dengan baik, Aula Jing Si yang merupakan keluarga besar kita juga harus dijaga dengan baik,’” kata Lin Zheng Li-xue relawan Tzu Chi.

“Berkat caranya dalam berinteraksi, mencurahkan perhatian, dan memberi pendampingan, para relawan dalam timnya dapat bekerja sama dengan harmonis. Apa pun yang Master katakan, beliau selalu menjalankannya. Karena itulah, saya merasa bahwa Kakak Shui-mu sungguh telah menyerap Dharma ke dalam hati dan mempraktikkannya secara nyata. Beliau tidak menyia-nyiakan sedetik pun dan bersumbangsih dengan langkah yang mantap. Beliau sungguh merupakan murid Master yang baik sekaligus teladan bagi kami semua,” pungkas Lin Zheng Li-xue.


Saya sungguh merasa tidak rela. Namun, dia akan selamanya ada dalam hati kita. Tadi, saat kalian berbagi tentangnya dan menyebut namanya, dia juga berulang kali muncul dalam benak saya. Inilah kehidupan yang bernilai. Orang-orang merindukan dan memujinya. Yang membuat kehidupannya makin bernilai ialah dia dapat menjadi teladan bagi orang lain dan menunjukkan bahwa jalan ini menuju arah yang benar.

Bodhisatwa sekalian, jika daur ulang dilakukan dengan baik, kita dapat mengurangi pencemaran. Mengurangi pencemaran berarti melindungi Bumi. Dengan mendaur ulang sumber daya, penebangan pohon dan penggalian gunung pun akan berkurang. Inilah yang tengah kita usahakan. Sungguh, daur ulang dapat mengurangi polusi udara dan melindungi Bumi. Ini telah kita lakukan secara nyata. Yang terpenting ialah menyebarkan Dharma demi manfaat semua makhluk. Yang saya maksud dengan Dharma di sini bukanlah ceramah saya.

Tujuan Buddha datang ke dunia ialah demi membabarkan Dharma dan membimbing orang-orang terjun ke tengah masyarakat. Berhubung di dunia ini terdapat penderitaan, maka kita harus membangkitkan hati Bodhisatwa dan bersumbangsih secara nyata. Dunia ini merupakan ladang pelatihan Bodhisatwa. Tanpa penderitaan di dunia ini, tidak akan ada praktik Bodhisatwa. Berhubung di dunia ini terdapat penderitaan, maka Buddha pun muncul di dunia untuk membimbing kita menapaki Jalan Bodhisatwa.


Dalam perjalanan dari Hualien ke Taitung, saya melihat pemandangan di luar. Saya melihat hamparan sawah yang tanaman padinya sudah penuh dengan bulir padi. Malai padi merunduk karena bulir padi yang berisi. Tzu Chi juga menggarap ladang berkah bagi dunia. Bodhisatwa merupakan petani ladang berkah. Kita terdapat di dalam ladang batin satu sama lain. Kita semua memiliki ladang batin.

Saya memiliki ladang batin. Setiap orang juga memiliki ladang batin. Saya mewarisi sebutir "benih padi" dari guru saya, Master Yin Shun. Saya menabur "benih padi" ini hingga ia bertumbuh menjadi semai, lalu memindahkannya ke ladang berkah. Setelah bertumbuh besar, tanaman ini bisa menghasilkan banyak benih dan dibagikan kepada orang-orang agar mereka juga dapat menggarap ladang berkah. Jadi, ladang berkah dan benih ini akan terus bertambah.

Saya terus menjalankan Tzu Chi untuk meneruskan sejarah Tzu Chi dan era Tzu Chi. Tanpa permulaan di masa lalu, tidak akan ada era Tzu Chi sekarang. Para insan Tzu Chi memiliki jalinan jodoh untuk berhimpun bersama. Berawal dari misi amal, kita perlahan-lahan mengembangkan misi kesehatan dan pendidikan serta menggalakkan pelestarian lingkungan yang mendukung misi budaya humanis kita. Misi budaya humanis kita menyebarluaskan Dharma agar orang-orang tahu tentang Dharma, insan Tzu Chi, aktivitas Tzu Chi, dan sejarah Tzu Chi.


Kita menggalakkan pelestarian lingkungan juga demi semua makhluk di dunia. Inilah yang disebut menyebarkan Dharma demi manfaat semua makhluk. Jangan meremehkan sampah. Masalah sampah sangat mengkhawatirkan. Setiap keluarga menghasilkan sampah. Dalam kehidupan sehari-hari, jika tidak ada orang yang menangani sampah-sampah di jalan, kita tidak akan memiliki lingkungan yang bersih seperti sekarang. Karena itu, saya sangat bersyukur.

Kita harus menggenggam waktu yang ada. Kita terus menua seiring berjalannya waktu. Usia kehidupan kita juga terus berkurang seiring berlalunya detik dan menit. Waktu akan merenggut segalanya dari kita. Karena itulah, saya terus berkata bahwa kita harus mengenang masa lalu. Kita harus mengingat jalinan jodoh kita dengan Tzu Chi, melepas kerisauan, dan menggenggam masa depan. Jadi, kita harus menggenggam masa kini, melepas kerisauan masa lalu, menghargai jalinan jodoh satu sama lain, dan meneruskan jalinan jodoh baik ini.

Saya merasa bahwa Relawan Shui-mu pasti telah terlahir kembali di sebuah keluarga yang sangat menyayangi dan menghargainya. Dia pasti terlahir di keluarga yang berjodoh dengannya karena dia telah menjalin jodoh baik dengan mereka. Kelak dia akan terus menapaki Jalan Bodhisatwa. Dia pergi terlebih dahulu untuk membantu saya membentangkan jalan dan saya akan mengikutinya dari belakang. Kita semua akan terus menapaki jalan agung ini, yakni Jalan Bodhisatwa. Yang terpenting, kita harus senantiasa damai dan tenang.

Saat ini, kita harus menyerap Dharma ke dalam hati. Pada akhir hayat, kita akan dipenuhi sukacita Dharma serta merasa damai dan tenang. Sungguh, kita harus mendoakannya. Kini dia telah damai dan tenang. Mari kita mendoakannya.  

Meneladan Bodhisatwa menuju arah yang benar
Menyebarkan Dharma demi manfaat semua makhluk dan terjun ke tengah masyarakat
Menabur benih kebajikan di ladang berkah
Memperoleh kedamaian dan ketenangan dengan menjalin jodoh baik              
              
 
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 22 Oktober 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Heryanto
Ditayangkan tanggal 24 Oktober 2022
Bila sewaktu menyumbangkan tenaga kita memperoleh kegembiraan, inilah yang disebut "rela memberi dengan sukacita".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -