Ceramah Master Cheng Yen: Meneladani Hati Buddha dan Mengembangkan Welas Asih

“Suatu ketika di 2016, kebetulan kami ada gathering di He Qi Utara 1, saat itu kita menonton sebuah video di mana sapi dipaksa minum air supaya bobotnya bertambah dan ada sebagian sapinya itu meninggal. Misalnya kalau kita mau hitung dari sisi ekonomi, malahan jauh lebih murah ya jika sekilo daging berapa, sekilo sayur berapa,” kata Yessie, relawan Tzu Chi.

“Saya cek ternyata asam urat saya itu tidak naik, artinya stabil. Saya konsultasi dengan dokter, kata dokter ‘bapak vegetarian ya? soalnya tes darahnya bagus banget,” ujar Sujono, suami Yessie.

Setiap orang dari kita dapat meneladani welas asih yang sama seperti Buddha. Buddha memiliki cinta kasih dan welas asih yang setara terhadap semua makhluk. Cinta kasih terhadap semua makhluk harus dikembangkan dengan sungguh-sungguh. Para Buddha di sepuluh penjuru, dari masa lalu, kini, dan masa yang akan datang, pasti memiliki cinta kasih yang sama.

Saya sering mengingatkan untuk mengubah pikiran awam menjadi pikiran Buddha. Jika kita memiliki semangat yang sama, yakni cinta kasih seperti para Buddha, dan menyatukan semangat ini, kekuatan yang sangat besar akan terbentuk dan kita dapat  menolong makhluk yang menderita di dunia. Para Buddha berbelas kasih kepada semua makhluk. Kita harus mengembangkan cinta kasih yang sama dengan Buddha. Dengan begitu, barulah kita dapat mencabut penderitaan semua makhluk.

 

Namun, apakah semangat ini dimiliki oleh semua orang? Semua orang memilikinya, hanya saja tertutup oleh kegelapan batin. Buddha mengajarkan keterampilan kepada kita. Keterampilan ini harus kita gunakan untuk membersihkan batin kita. Kita harus membersihkan batin kita dari kegelapan dan noda batin dengan Dharma.

Dharma bagaikan air. Sesuatu yang kotor harus dicuci dengan air. Noda batin harus dilenyapkan dengan Dharma. Syair Pertobatan Air Samadhi adalah cara untuk membersihkan batin kita dari noda. Pertobatan berarti penyucian. Kita membersihkan kotoran dengan air. Kita harus bertobat karena memiliki noda batin.

Kita harus menghadapi noda batin atau kesalahan yang kita perbuat. Jika kita berbuat salah dan berusaha menutupinya, ini disebut menyembunyikan noda batin. Menyembunyikan noda batin berarti menutupi lapis demi lapis benih noda dan kegelapan batin. Saat ini, banyak orang yang telah berbuat kesalahan dan berusaha menutupi kesalahannya agar tidak diketahui orang lain. Beginilah manusia menyembunyikan kesalahan.

Bertobat berarti mengakui kesalahan atau perbuatan tidak terpuji di masa lalu. Kita harus berani membuka pintu batin kita agar noda dan kegelapan batin kita dapat dibersihkan selapis demi selapis. Saya sering mengatakan, "Pengakuan membawa kemajuan." Semua orang pernah berbuat salah. Jika kita telah berbuat salah, janganlah menutupinya. Kita harus berani untuk mengakuinya. Inilah bertobat.

 

Setelah bertobat dan melenyapkan noda batin, barulah kita dapat memulai awal yang baru. Karena itu, orang-orang sering berkata, "Saya telah lahir kembali." "Saya yang dahulu telah tiada." "Kini saya memulai kehidupan yang baru." Inilah makna dari bertobat. Bertobat berarti menyesali perbuatan dan membersihkan noda batin masa lalu.Jadi, kita harus menggunakan air Dharma kebijaksanaan Buddha untuk membersihkan noda batin.

“Saya mengimbau semua orang untuk berpartisipasi dalam kegiatan ini. Saya harap perebakan wabah COVID-19 dapat dihentikan dan manusia tidak lagi membunuh hewan,” kata Zhang Ya-lun, pemilik salon.

“Saya berniat untuk bervegetaris. Namun, saat mempraktikkannya, saya membutuhkan sedikit dorongan. Saat kalian datang, kalian dapat mengingatkan saya. Saya mungkin berpikiran, "Baiklah." Saya dapat melakukannya,” kata Feng En-wei, pemilik salon.

Saya terus mengingatkan semua orang untuk membangkitkan welas asih serta berdoa dan bertobat dengan tulus. Saya berharap gema doa kita yang tulus ini dapat menjangkau para Buddha dan para dewa. Seperti yang dikatakan Buddha, kita makhluk hidup penuh dengan noda batin yang terakumulasi lapis demi lapis dari kehidupan ke kehidupan. Siapa yang tidak pernah melakukan kesalahan? Siapa yang dapat berkata, "Saya tidak menciptakan karma buruk." "Saya tidak pernah melakukan kesalahan."

Setiap orang pasti membawa benih karma dari kehidupan sebelumnya. Jadi, setiap orang memiki karma  dan pernah melakukan kesalahan. Siapa yang berani menyangkalnya?

 

Saat Buddha datang ke dunia, Beliau juga masih memiliki karma sisa. Buddha juga merasakan sakit kepala, sakit pinggang, dan penyakit lainnya. Kaki-Nya juga bisa tertusuk ranting sehingga Beliau mengalami tetanus. Ini merupakan buah karma sisa dari Buddha. Buddha juga menerimanya dengan sukarela. Kita harus tahu dan bisa memahami ini.

Siapa yang tidak pernah melakukan kesalahan? Hanya saja, beberapa orang sadar lebih awal. Satu per satu karma yang datang diterima dengan sukarela, penuh pengertian, dan bersyukur. Demikianlah Dharma yang bagaikan air telah menyucikan mereka. Ketika menerima buah karma dengan sukacita, inilah penyucian. Dharma membersihkan lapisan kegelapan batin dan juga mengikis karma.

Setelah menciptakan karma, kita harus menerima buah karma. Berhubung ini adalah buah dari karma kita, kita harus menerimanya dengan sukacita. Karena itu, saya sering mengingatkan untuk berpuas diri, bersyukur, penuh pengertian, dan berlapang dada. Dalam menghadapi orang dan berbagai hal dalam keseharian, pikiran buruk mudah terbangkitkan. Jika kita menghadapinya dengan sikap sederhana tersebut, batin kita akan selalu merasa tenang.

Saudara sekalian, jika memiliki noda dan karma buruk, kita harus senantiasa bertobat. Kita membersihkan noda batin dengan air Dharma yang jernih. Jadi, semua bergantung pada pikiran kita. Kita harus senantiasa bersungguh-sungguh.

Noda batin yang yang disembunyikan akan bertambah tebal
Membersihkan kegelapan batin dengan kebijaksanaan dan air Dharma
Meneladani  hati Buddha dan mengembangkan welas asih
Gema doa yang tulus menjangkau para dewa

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 15 Maret 2020    
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Stella
Ditayangkan tanggal 17 Maret 2020
Memiliki sepasang tangan yang sehat, tetapi tidak mau berusaha, sama saja seperti orang yang tidak memiliki tangan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -