Ceramah Master Cheng Yen: Meneladani yang Baik dan Mempraktikkan Enam Paramita

Kita bisa melihat para Bodhisatwa yang sangat menggemaskan di Afrika Selatan. Para Bodhisatwa di Afrika Selatan membimbing relawan baru dengan sepenuh hati. Meski ruang yang dapat digunakan tidak luas dan sangat sederhana, tetapi setiap orang melatih diri dengan sepenuh hati, tekun, dan bersemangat. Saat orang dewasa sedang melatih diri, 104 anak-anak mereka dibimbing oleh anak berusia 10 hingga 15 tahun. Selain Kata Renungan Jing Si, anak-anak juga diajari menyanyi dan melakukan daur ulang.

Lihatlah, sekelompok relawan remaja ini bisa membimbing anak-anak kecil. Semangat Tzu Chi terus diwariskan dari generasi ke generasi. Saat orang dewasa mengikuti pelatihan, anak-anak juga mengikuti pelatihan. Usai mengikuti pelatihan, mereka mulai mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Mereka mulai melakukan daur ulang. Sungguh, tiada hal yang mustahil selama kita memiliki kesungguhan hati. Ini semua berkat kekuatan cinta kasih. 

Anak-anak di Indonesia juga demikian. Seorang anak laki-laki berusia 10 tahun saja bisa mengajak orang lain untuk bervegetaris. Dia melihat penderitaan sapi saat orang-orang memompakan air ke dalam tubuh sapi sebelum menyembelihnya. Rasa empatinya terbangkitkan karena tahu bahwa sebelum disembelih, sapi juga disiksa seperti itu. Karena itu, dia berikrar untuk tidak mengonsumsi makanan hewani dan mulai bervegetaris. Dia juga tahu untuk mengasihi bumi. Dia selalu membawa botol minum saat keluar rumah. Bodhisattva cilik ini sungguh bijaksana. Kakak laki-lakinya juga terinspirasi olehnya.

Meneladani yang Baik dan Mempraktikkan Enam Paramita

Sepasang kakak beradik ini sepakat untuk bervegetaris. Orang tua mereka juga turut merasa gembira. Bukan hanya itu, orang tua mereka bahkan turut bervegetaris. Inilah keharmonisan keluarga. Ada pula seorang anak perempuan berusia 9 tahun yang bervegetaris karena ibunya bervegetaris. Melihat dia bisa bervegetaris, kakak laki-lakinya juga ikut bervegetaris. Bervegetaris baik untuk kesehatan tubuh dan pikiran kita.

Dengan bervegetaris dan mengendalikan nafsu makan, kita dapat melindungi hewan dan bumi serta memperoleh banyak manfaat lainnya. Alangkah baiknya jika setiap orang bisa bervegetaris. Sesungguhnya, bervegetaris tidaklah sulit. Anak-anak saja bisa bervegetaris, apakah kita sebagai orang dewasa tidak bisa? Jadi, kita sungguh harus meneladani yang baik.

Dalam ceramah pagi, saya juga berkata bahwa semua bergantung pada sebersit niat. Jika membangkitkan niat jahat, kita bisa membawa dampak buruk bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan dunia ini. Sebaliknya, jika membangkitkan niat baik, kita bisa menciptakan berkah bagi dunia sekaligus mengembangkan kebijaksanaan.

Meneladani yang Baik dan Mempraktikkan Enam Paramita

Kita bisa melihat sepasang suami istri yang dahulu sering berselisih. Demi memenuhi permintaan orang tua, sang istri telah melahirkan 3 orang putri. Orang tua mereka berharap dia dapat melahirkan seorang putra lagi, tetapi dia merasa bahwa melahirkan sangat melelahkan. Karena itu, ibu mertuanya merasa tidak senang dan suaminya juga sangat marah. Temperamennya juga tidak baik. Karena itu, hubungan mereka menjadi tidak harmonis. Dia juga pernah mencoba untuk bunuh diri. Anak-anaknya pun sudah terbiasa dengan kondisi seperti ini sehingga hubungan keluarga mereka tidak membaik. Kemudian, dia bertemu penyelamat dalam hidupnya. Dia menonton salah satu drama Da Ai TV.

Tokoh utama perempuan dalam drama itu disiram asam sulfat dalam perjalanan pulang ke rumah sehingga seluruh wajahnya hancur. Suatu hari, saat dia sedang naik bus, seorang relawan Tzu Chi yang tidak mengenalnya berkata padanya, “Saya bersedia mendonorkan kulit untukmu.” Ini membuat saya sangat heran. Bagaimana bisa ada orang sebaik itu? Terhadap suami sendiri saja, saya tidak bisa mencurahkan cinta kasih, bahkan sering bermuka masam dan melukainya dengan kata-kata.

Drama ini telah menyentuh hatinya. Dia berpikir, “Insan Tzu Chi bisa bersumbangsih bagi orang yang tak dikenal.” “Mengapa saya malah menyiksa suami saya sendiri?” “Mengapa saya dan suami saya terus berselisih?” Karena itu, dia mulai mencari kesempatan untuk bergabung dengan Tzu Chi guna menenangkan hatinya. Jalinan jodoh sungguh tidak bisa diprediksi. Saat itu, relawan lansia kita, Wang Cheng-zhi, pergi ke wilayah tengah untuk mengumpulkan donasi. Kebetulan, donaturnya tinggal di dekat toko Wang Mei-ju. Karena itu, Mei-ju pun pergi menemuinya.

Meneladani yang Baik dan Mempraktikkan Enam Paramita

Tidak boleh melampiaskan emosi. Saat emosi sudah memuncak, kita harus menahannya. Kekuatan kata “menahan” sangat besar. Ia menyadarkan saya bahwa harus menahan emosi. Setiap kali datang ke sini, Relawan Wang berkata, “Bergabunglah dengan Tzu Chi.”  “Dengan begitu, keluarga baru bisa harmonis.” “Jangan pergi hingga pagi hari baru pulang ke rumah.”

Lihat, dialah yang menasihati pasangan suami istri ini. Inilah yang disebut penyelamat dalam hidup manusia. Jika suami istri bisa menahan emosi, maka hubungan mereka akan harmonis dan bahagia. Inilah Dharma. Kini pasangan suami istri ini menggunakan kesatuan hati dan tekad untuk menapaki Jalan Bodhisatwa bersama dengan penuh sukacita. Mereka berdua bersama-sama membuktikan betapa bahagianya mempraktikkan Dharma dalam keseharian.

Lihatlah, mereka bahkan menginspirasi polisi untuk melakukan daur ulang sebagai wujud mengasihi dan melindungi bumi. Kita bisa melihat bahwa di dalam hati setiap orang terdapat pagoda dan setiap orang memiliki hakikat kebuddhaan. Dharma yang kita dengar setiap hari harus diserap ke dalam hati dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Kita harus menggenggam waktu untuk mengembangkan nilai hidup kita. Jika arah tujuan kita sudah benar, maka lakukan saja.

Tekun dan bersemangat melatih diri dan melakukan daur ulang

Welas asih anak-anak terbangkitkan dan memutuskan untuk bervegetaris

Bervegetaris dengan penuh cinta kasih dan mengembangkan potensi kebajikan

Meneladani yang baik dan menjalankan Enam Paramita

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 05 Oktober 2016

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 07 Oktober 2016
Hanya dengan mengenal puas dan tahu bersyukur, kehidupan manusia akan bisa berbahagia.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -