Ceramah Master Cheng Yen: Menelusuri Kebenaran dan Mengembangkan Potensi Kebaikan
“Dapat berbagi kasus medis dengan kalian semua hari ini, saya sungguh sangat bersukacita dalam Dharma. Apa yang Master berikan kepada kita dalam dunia medis, telah membawa kebahagiaan dan kepuasaan terbesar bagi kita. Tidak hanya para dokter dan perawat saja, melainkan juga semua staf medis turut merasakan kebahagiaan. Mengapa saya berkata demikian? Karena Master berkata bahwa meringankan rasa sakit dan penderitaan orang lain adalah pahala tertinggi,” kata Lai Ning-sheng Kepala RS Tzu Chi Dalin.
“Sebagian orang harus keluar untuk memupuk pahala, sedangkan kita bisa memupuk pahala lewat pasien yang datang ke rumah sakit kita. Jika kita bisa membuka hati lebih luas dan bersumbangsih dengan sukacita, itulah berkah terbesar. Master lebih berharap para staf medis kita tidak hanya berbuat baik, tetapi juga memberi penghiburan kepada pasien. Semoga segenap staf kita juga dapat memiliki kebijaksanaan seperti Master dan lebih bersungguh hati mengikuti langkah Master,” pungkasnya.
Para dokter dan perawat sekalian, semoga kalian semua dapat mengenal ajaran Buddha. Teruslah melangkah maju dan jangan sampai ketinggalan. Ketika kita melangkah maju, pikiran dan hati kita juga ikut melangkah maju. Dahulu, kita mungkin tidak mengetahuinya. Namun, kini kita telah mengetahui adanya Dharma seperti itu. Jadi, kita yang memiliki jalinan jodoh, segeralah untuk menyelami Dharma.
Dalam kunjungan kali ini, saya merasakan ada banyak hal yang saya tidak tahu atau hal-hal yang belum pernah saya dengar dan lihat sebelumnya. Setiap hari, saya berkata pada diri sendiri, "Saya tidak tahu, saya belum pernah melihat ini. Saya belum memahami yang itu."
Saya merasa masih banyak hal yang dapat saya jelajahi, pahami, dan kejar. Namun, ketika melihat diri sendiri, saya pun berpikir bahwa saya sudah tua. Berapa banyak waktu lagi yang saya miliki untuk itu? Di sisi lain, saya juga berpikir bahwa saya tidak boleh menyerah pada usia.
Saat RS kita di Dalin selesai dibangun, datanglah sekelompok dokter muda. Saya pun bertanya kepada para dokter di sana kapan mereka akan menikah. Seorang dari mereka sudah berkeluarga dan tinggal di asrama yang kita sediakan.
Kali berikutnya saya berkunjung, dokter yang sudah menikah itu, bahkan sudah memiliki anak. Beliau datang menemui saya dengan membawa bayinya juga. Kemudian, saya mendoakan mereka. Kali berikutnya lagi saya berkunjung, bayinya sudah bisa berjalan dan istrinya mengandung lagi. Demikianlah kehidupan, generasi sebelumnya diteruskan oleh generasi berikutnya. Benar. Hendaklah kita menghargai jalinan jodoh ini.
Dalam keseharian, para dokter kita berhimpun bersama. Setiap hari, mereka tinggal di kompleks asrama dan melewati jalan yang sama ketika berangkat ke rumah sakit. Ketika berkunjung ke sana, saya menginap di kompleks asrama itu.
Dahulu, ketika ada waktu luang dan masih bertenaga, saya akan bersandar di balkon. Saya pun sangat bersukacita karena dapat melihat melihat para dokter yang keluar rumah sambil menggandeng anak-anak mereka atau para dokter yang berjalan pulang dari RS. Demikianlah suasana kompleks asrama yang dipenuhi kehangatan keluarga. Ada yang berangkat atau pulang kerja dan ada pula yang berangkat atau pulang sekolah. Inilah hal yang menggembirakan yang saya lihat setiap kali saya mengunjungi Dalin.
Baru saja, para staf medis kita berbagi bagaimana mereka membina insan berbakat serta apa yang telah mereka capai lewat kemajuan teknologi di bidang medis dalam meringankan penderitaan para pasien. Mereka juga berbagi bagaimana mereka meningkatkan nilai kehidupan dengan menyelamatkan nyawa orang lain.
Nilai kehidupan ini terletak pada yang menyelamatkan dan yang diselamatkan. Yang paling berharga di dunia ini ialah kehidupan. Kita tahu bahwa para dokter menjadikan hati Buddha sebagai hati mereka sendiri. Begitu pula dengan para perawat yang menyelamatkan nyawa dan menghibur pasien. Berapa lama waktu yang dibutuhkan seorang dokter untuk memeriksa pasiennya?
Para perawatlah yang merawat pasien setelah dokter mendiagnosis penyakit dan meresepkan obat bagi pasien. Para pasien mengalami rasa nyeri dan sakit. Untuk membantu mereka berjalan, berdiri, duduk, ataupun berbaring, dibutuhkan cinta kasih dan perhatian dari para perawat. Para perawat kita sungguh telah bekerja keras, tetapi juga dipenuhi kebahagiaan. Mereka telah menggunakan berbagai cara untuk merawat pasien.
Dalam proses belajar, mereka juga telah banyak berusaha keras. Mereka telah mempelajari cara merawat pasien. Setelah mempelajari keterampilan ini, mereka pun mempraktikkannya secara nyata. Berapa lama waktu yang mereka butuhkan dalam merawat pasien?
Mereka harus berdiri atau duduk sepanjang hari serta mengerahkan banyak kekuatan demi menjaga pasien. Para perawat kita sungguh telah bekerja keras. Namun, saya katakan kepada mereka bahwa mereka dipenuhi berkah dan mereka telah mengembangkan nilai kehidupan mereka masing-masing.
Saya sering berkata pada diri sendiri bahwa meski apa yang bisa saya lakukan sangatlah terbatas, saya harus selalu ingat untuk peduli terhadap sesama. Inilah salah satu fungsi dari nilai kehidupan saya. Karena itulah, saya menggenggam waktu yang ada.
Selama masih kuat berjalan, saya akan keluar dan melakukan kunjungan. Ketika kondisinya tidak lagi memungkinkan, saya tidak dapat keluar untuk membimbing lebih banyak orang lagi. Meskipun mengerahkan semua kekuatan, tidak ada yang bisa saya lakukan lagi. Saya tidak dapat membimbing banyak orang hanya dari tempat saya berada saat ini.
Untuk membimbing sesama, dibutuhkan interaksi. Kita perlu memahami dengan jelas tentang waktu dan prosesnya. Dengan merasakan bimbingan saya, orang-orang bisa menerima dan mempraktikkannya. Dengan Dharma yang saya punya, saya bisa membimbing lebih banyak orang.
Mereka yang telah menerima Dharma juga mempraktikkannya dan merasakan manfaatnya. Karena itulah, saya sering mendengar orang-orang bersaksi bagaimana arah kehidupan mereka telah berubah karena sebuah kalimat dari Kata Renungan Jing Si. Inilah yang membuat saya merasa bahwa saya sangat beruntung karena saya masih berguna.
Kehidupan manusia sangatlah terbatas. Inilah hukum alam. Inilah yang disebut kehidupan dan kematian yang berbatas. Manusia selalu mengalami berbagai fase dalam siklus kelahiran dan kematian. Yang terpenting ialah kita harus sungguh-sunggguh menggenggam jalinan jodoh yang kita miliki sekarang. Jalinan jodoh ini pasti akan membawa saya kembali lagi.
Kalian semua masih muda. Mungkin ketika saya kembali lagi, giliran kalianlah yang akan membimbing saya. Ada sebuah pepatah berkata, "Lima ratus tahun yang lalu, guru yang membimbing murid dan 500 tahun kemudian, murid yang membimbing guru." Intinya, saya memiliki harapan seperti itu.
Semoga para dokter kita juga bisa menyebarkan Dharma ke seluruh dunia. Inilah harapan saya. Kita harus memiliki harapan dalam kehidupan. Sekalipun menghadapi hidup dan mati, kita tetap harus menggenggam waktu dan tidak menyia-nyiakan sedetik pun.
Menelusuri kebenaran sejati hingga ke sumbernya
Memiliki kehidupan yang bahagia dengan menghargai jalinan jodoh
Para tenaga medis merawat para pasien bagai keluarga sendiri
Melangkah maju untuk menyebarluaskan Dharma
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 06 Maret 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 08 Maret 2022