Ceramah Master Cheng Yen: Menenangkan Hati dan Berdoa dengan Tulus

Kini, setiap hari yang saya pikirkan hanyalah semoga semua orang selamat, seluruh dunia damai, dan setiap keluarga tenteram. Namun, wabah kali ini meliputi seluruh dunia. Wabah ini sudah merebak di lebih dari 200 negara di dunia dan masih terus menyebar. Banyak negara yang melakukan penutupan wilayah. Pada masa sekarang, saat membicarakan wabah, semua orang merasa takut dan panik. Jadi, kini kita harus sungguh-sungguh mawas diri.

Kita harus berhati-hati dan menaati peraturan. Wabah kali ini adalah pelajaran besar bagi kita. Saya terus mengatakan kepada semua orang bahwa kita harus menerima pelajaran ini dengan hati yang penuh rasa syukur. Mari kita berhenti sejenak dari segala kesibukan untuk menenangkan diri serta berintrospeksi. Inilah yang diserukan orang-orang di banyak negara.

Setiap orang diminta untuk menenangkan diri sejenak dan membatasi pergerakan. Semua orang diminta untuk tidak keluar rumah dan melakukan isolasi mandiri di rumah. Dengan tidak keluar rumah, membatasi pergerakan, dan melakukan isolasi mandiri, apakah sudah cukup? Belum. Kini kita harus membangkitkan ketulusan dalam keyakinan. Kita harus meningkatkan semangat religius. Namun, keyakinan religius di sini haruslah keyakinan yang benar.


Agama menunjukkan tujuan hidup manusia. Agama menunjukkan arah yang benar. Ia mengajarkan kepada kita untuk jujur, lurus, taat aturan, dan taat sila. Jika ada agama yang mengajarkan arah yang benar seperti ini, kita boleh meyakininya. Kita harus mengikuti arahan dan sungguh-sungguh berdoa.

Manusia memiliki hakikat sejati yang murni. Semua orang hendaknya kembali pada hakikat sejati ini dan membangkitkan kemurnian hati. Kita berdoa dengan hati yang murni dan tulus. Dengan demikian, doa kita akan menjangkau para dewa, para Buddha, dan para Bodhisatwa. Untuk itu, hati kita harus murni tanpa noda.

Mendengar betapa tekunnya insan Tzu Chi, saya sangat terharu. Setiap hari mereka mengikuti kebaktian pagi Griya Jing Si lewat jaringan internet. Mereka tetap mengenakan seragam meski mengikuti kebaktian dari rumah. Mereka tetap berdoa dengan tulus serentak dengan Griya Jing Si.

Hari Selasa pagi, saya mengadakan telekonferensi dengan relawan Tzu Chi Amerika Serikat. Jumlah partisipan mencapai lebih dari dua ribu titik. Kemudian, saya juga mengadakan telekonferensi dengan relawan Tzu Chi Malaysia. Jumlah partisipan mencapai lebih dari lima ribu titik. Mereka melaporkan kondisi wabah di negara masing-masing. Ada juga relawan Tzu Chi Filipina dan Indonesia yang mengadakan pertemuan daring dengan saya. Melihat dan mendengar laporan mereka, saya merasa khawatir.


Saya kembali mengingatkan diri sendiri bahwa saya harus mengutarakan kekhawatiran saya. Saat ini, yang saya khawatirkan ialah sampai kapan wabah ini akan berlangsung. Apakah satu bulan atau dua bulan? Setiap hari saya melihat berita.  Seiring waktu berjalan, jumlah orang yang terinfeksi juga semakin banyak. Di lebih dari 240 negara, jumlah orang yang terinfeksi terus bertambah. Benarkah wabah ini sudah melingkupi seluruh dunia? Semakin memikirkannya, saya semakin khawatir.

Di tengah kekhawatiran ini, saya juga bertambah cemas. Kekhawatiran saya sungguh mendekati puncaknya. Jadi, kini saya hanya dapat mengimbau dan mengingatkan semua orang apakah kita semua memiliki keyakinan yang teguh. Kita harus memiliki keyakinan yang teguh. Meski tidak keluar rumah demi menaati peraturan, tetapi keyakinan kita harus semakin teguh. Kita harus percaya pada kekuatan keyakinan benar.


Sebagai umat Buddha, kita harus percaya adanya para makhluk pelindung Dharma dan berbagai makhluk tak kasatmata. Saat membabarkan Sutra Bunga Teratai, saya juga pernah mengatakan bahwa saat kita duduk di ruangan ini, di sekeliling kita ada makhluk tak kasatmata yang tidak kita sadari keberadaannya. Jadi, orang zaman dahulu berkata, "Tiga inci di atas kepala ada dewa." Ya, mereka ada di sekeliling kita, baik di atas kepala maupun di bawah telapak kaki. Entah apakah jaraknya benar-benar tiga inci. Mungkin saja lebih dekat lagi. Jadi, bukan hanya tiga inci di atas kepala ada dewa, bahkan juga di sekeliling kita dan di hati kita.

Kita harus mawas diri dan tulus. Namun, mawas diri bukan berarti takut. Jangan takut. Kita harus berkeyakinan teguh. Manfaatkanlah kemajuan teknologi saat ini seperti para insan Tzu Chi yang memanfaatkan jaringan internet untuk berdoa bersama, mengadakan bedah buku, mendengar Dharma, berbagi Dharma, dan saling mendukung. Inilah manfaat dari kemajuan teknologi masa kini yang membuat kita dapat menenangkan tubuh dan batin serta mengembangkan pikiran baik dan cinta kasih.

Keyakinan benar menunjukkan jalan yang benar
Berdoa dengan hati tenang dan kembali pada hakikat sejati
Memanfaatkan teknologi untuk mendalami Dharma
Mawas diri dan tulus serta menjaga keteguhan ikrar

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 30 Maret 2020            
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Stella
Ditayangkan tanggal 1 April 2020

Kita sendiri harus bersumbangsih terlebih dahulu, baru dapat menggerakkan orang lain untuk berperan serta.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -