Ceramah Master Cheng Yen: Menenangkan Hati dan Menciptakan Tanah Suci
“Murid-murid Jing Si Filipina berikrar dengan hati tertulus di hadapan Master untuk mendengar Dharma, menyebarkan Dharma, mewariskan Dharma, dan mempraktikkan Dharma. Kami akan makin bersungguh hati, tekun, dan bersemangat untuk menjalankan yang sulit dijalankan.”
“Kami berikrar untuk bekerja sama dengan harmonis dan belajar menapaki Jalan Bodhisatwa tanpa mundur untuk mencapai pencerahan. Mohon Master tenang.”
Bodhisatwa sekalian, saya sangat tersentuh dan bersyukur. Tzu Chi telah berdiri hampir 60 tahun. Ini mengingatkan saya bahwa usia saya juga terus bertambah. Berapa lama lagikah sisa waktu saya? Sejujurnya, saya merasa tidak rela karena tahu bahwa masih ada banyak orang yang menanti Tzu Chi untuk menjangkau mereka.
Sejak saya mendirikan Tzu Chi dan menggalakkan praktik celengan bambu, banyak orang yang bergabung dengan Tzu Chi dan menghimpun tetes demi tetes donasi sehingga saya dapat menjalankan Tzu Chi tanpa kerisauan. Tzu Chi telah menolong banyak orang yang kekurangan atau jatuh sakit setelah menerima laporan tentang kondisi mereka.
Para insan Tzu Chi yang penuh berkah dan kebijaksanaan selalu menciptakan berkah bagi dunia dengan berinisiatif untuk bersumbangsih. Demi menumbuhkan kebijaksanaan, insan Tzu Chi mendalami Dharma dengan ketulusan. Dharma ini juga sangat relevan untuk generasi muda. Asalkan kita melakukan segala sesuatu dengan tulus, benar, yakin, dan sungguh-sungguh, kaum muda yang jeli dan bijaksana dapat melakukan analisis sendiri.
Di Tzu Chi, kita menapaki jalan yang benar dan tidak menyimpang sedikit pun. Ketulusan dan kebenaran kita telah meraih kepercayaan orang-orang sehingga orang-orang berhimpun di jalan yang benar. Karena itulah, Tzu Chi dapat memiliki banyak relawan dan kekuatan besar. Di mana pun bencana terjadi, insan Tzu Chi tidak pernah berkata, "Aduh, jaraknya begitu jauh. Itu tidak berkaitan dengan kita. Untuk apa kita pergi ke negara sejauh itu?" Sebaliknya, kita memikirkan cara untuk menjangkau daerah bencana yang sangat jauh itu. Ini karena kita memiliki tekad.
Kemajuan teknologi sekarang telah mematangkan jalinan jodoh kita. Asalkan memiliki ikrar dan tekad serta mampu mengeluarkan biaya sendiri, kita dapat menjangkau daerah bencana. Saat melihat penderitaan, kalian harus mengembangkan kebijaksanaan kalian. Kita bisa melihat insan Tzu Chi dari berbagai negara berhimpun. Genggamlah jalinan jodoh baik ini.
Para relawan ini semula tidak saling mengenal. Demi menyalurkan bantuan bencana ke negara tertentu, insan Tzu Chi dari berbagai negara bergerak. Awalnya, mereka tidak saling mengenal. Setelah tiba di negara tujuan, mereka mengenal satu sama lain dan membagikan pengalaman masing-masing sehingga saling menginspirasi dan memotivasi. Di Tzu Chi, demikianlah kita menghimpun jalinan jodoh baik. Berkat akumulasi jalinan jodoh baik inilah, Tzu Chi bisa seperti sekarang.
Kini, kita harus berusaha agar orang-orang dapat berinteraksi dan menenangkan hati satu sama lain. Inilah berkah bagi dunia. Untuk menikmati berkah, kita membutuhkan dunia yang bebas dari pertikaian. Ini juga merupakan berkah bagi dunia. Intinya, kita harus berusaha untuk menyucikan hati manusia dengan terus mengimbau orang-orang untuk berbuat baik, bervegetaris, bersumbangsih sebagai Bodhisatwa dunia, serta saling mengasihi dan melindungi. Kita pasti bisa melakukannya.
Kita dapat menciptakan tanah suci Bodhisatwa di dunia asalkan kita bertekad untuk menjadi Bodhisatwa. Bodhisatwa yang sesungguhnya bukanlah rupang dari tanah liat ataupun kayu, melainkan manusia. Agar orang-orang memiliki arah tujuan, barulah dipahat rupang Buddha yang agung. Tempat rupang Buddha atau Bodhisatwa berada adalah ladang pelatihan bagi kita.
Saat berhimpun di ladang pelatihan, kita harus terlebih dahulu menyelaraskan pikiran kita, lalu memberi penghormatan kepada Buddha dengan menunjukkan tata krama dan rasa hormat kita. Tata krama membuat kita selaras dengan kebenaran. Prinsip kebenaran mengajari kita untuk membawa manfaat bagi dunia dengan menapaki Jalan Bodhisatwa dan menjalankan praktik Bodhisatwa. Inilah yang disebut membimbing dengan Dharma.
Adakalanya, saya berpikir bahwa sulit untuk membimbing orang lain sehingga merasa tidak berdaya. Namun, saya lalu mengingatkan diri sendiri bahwa itu mustahil. Asalkan masih memiliki hati Bodhisatwa dan benih Bodhi, bagaimana mungkin saya tidak bisa membimbing orang? Di Jalan Bodhi, kita menjalankan praktik Bodhisatwa. Bodhisatwa bersumbangsih secara nyata. Kita hanya dapat mencapai kebuddhaan di alam manusia karena di luar alam manusia, kita tidak dapat menapaki Jalan Bodhisatwa.
Bodhisatwa sekalian, kalian harus meneguhkan keyakinan serta bertekad dan berikrar untuk menyebarluaskan semangat Tzu Chi di berbagai negara. Demikianlah kita berjuang demi ajaran Buddha dan semua makhluk. Yang terpenting, ini bukan hanya demi ajaran Buddha. Saya menghormati semua agama.
Setiap agama yang mengajarkan kebenaran hendaknya dihormati. Negara yang berbeda akan memiliki budaya yang berbeda. Setiap agama memiliki pintu masing-masing yang mengarah pada jalan yang lapang. Jalan ini adalah jalan cinta kasih, jalan kebajikan, dan jalan agung menuju pencerahan. Jadi, kita harus yakin dalam hal ini.
Menyelamatkan dunia dengan cinta kasih dan welas asih
Tulus mendalami Dharma hingga memperoleh pencapaian
Menciptakan tanah suci dengan menenangkan hati dan menghindari pertikaian
Bersiteguh menapaki jalan agung menuju pencerahan
Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 08 Januari 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 10 Januari 2025