Ceramah Master Cheng Yen: Menerangi Makhluk Menderita dan Membawa Manfaat bagi Dunia
Saya ingin memberitahukan bahwa praktik Bodhisatwa tidak dapat dipelajari dengan dibahas saja. Jika hanya mendengar dan membahasnya, kita tidak dapat memahaminya. Akan lebih baik jika kita mendalaminya dengan terjun ke tengah masyarakat. Setelah itu, barulah kita dapat memahami Dharma secara mendalam.
Tanpa terjun ke masyarakat, selamanya kita tidak dapat menyatu dengan Dharma di dalam kehidupan. Siapa yang tahu Puncak Burung Nasar tempat Buddha berada? Berapa jauhkah Puncak Burung Nasar? Puncak Burung Nasar ada dalam hati kita. Jadi, jangan mencari Buddha di Puncak Burung Nasar yang jauh. Itu jauh dari kita. Apabila kita hanya membahas dan mencarinya, selamanya kita tidak akan menemukannya karena itu berada di tempat yang jauh.
Namun, setiap orang dari kita memiliki Puncak Burung Nasar dalam hati dan kita akan menemukannya saat kita berintrospeksi diri. Mereka yang tidak berintrospeksi, selamanya tidak akan menemukan Dharma. Melalui introspeksi, kita sadar bahwa Buddha ada dalam hati, layaknya bayangan yang selalu mengikuti bendanya. Bayangan ini merupakan bayangan orang. Orangnya sesungguhnya ada di sini, bukan hanya bayangannya saja.
“Baksos kesehatan kami dipusatkan di daerah pelosok atau masyarakat kurang mampu. Karena wilayah tengah Taiwan lebih luas, hampir setiap minggu kami mengadakan baksos kesehatan. Tahun ini, kami mengadakan baksos kesehatan di 16 lokasi berbeda. Di Genesis Social Welfare Foundation Taichung, Miaoli, dan Caotun, kita melayani pasien PVS dengan fokus pada kedokteran gigi,” tutur dr.Ji Bang-jie, anggota TIMA wilayah Taichung.
“Bagi masyarakat kurang mampu, ada Nantou Education and Nursing Institution. Selain itu,ada Ming-Te Education and Nursing Institute bagi penderita keterbelakangan mental. Kami juga mengunjungi Onesiphorus Children's Home di Puli dua kali dalam setahun. Kami juga mengadakan baksos kesehatan di Chen Chou Boys' Home, bagi anak-anak kurang mampu. Kami mengunjungi daerah pelosok yang belum memiliki layanan medis, seperti Xinshe, Miaoli, Zhuolan, dan Pinglin. Letak daerah-daerah itu jauh dan belum memiliki layanan medis,” sambung dr.Ji Bang-jie.
“Di Nanzhuang, mayoritas warga merupakan warga suku asli Taiwan. Kondisi jalan juga buruk di pegunungan. Untuk mengadakan baksos kesehatan di sana, kami membagi tim ke dalam 4 rute. Dalam setiap rute kira-kira ada 5 keluarga. Jadi, setiap kali pergi ke sana, selain melakukan kunjungan kasih, kami juga membawa cinta kasih Master. Kira-kira ada 20 penerima bantuan di sana. Tahun lalu, seluruhnya ada 3.990 relawan dan 3.602 staf medis yang berpartisipasi. Kini, staf medis yang aktif, termasuk perawat, apoteker, teknisi medis, dokter gigi, dan dokter pengobatan Tionghoa, ada 1.540 orang. Tahun lalu baksos kesehatan diadakan 90 kali,” pungkasnya.
Saya mendengar cerita relawan TIMA yang mengunjungi desa di pelosok. Walau jalan di pegunungan sulit dilalui, mereka tetap bersedia bersumbangsih. Mereka merogoh kocek sendiri serta membawa perlengkapan dan peralatan sendiri. Mereka membawa semua yang dibutuhkan.
Sebelum mengadakan baksos kesehatan, kita perlu melakukan survei terlebih dahulu. Adakah pasokan air dan listrik? Selain memeriksa pasokan air dan listrik, kita perlu menyurvei rute perjalanan dan berapa banyak pasien yang tidak dapat berjalan keluar dan butuh kita kunjungi.
Kita telah melihat keluarga penerima bantuan. Mereka sungguh menderita. Ada seorang penerima bantuan yang menderita osteogenesis imperfecta. Siapa yang akan merawatnya? Orang tuanya telah tiada. Beruntung, dia punya sedikit berkah dalam kehidupannya. Bibinya dapat merawatnya meski harus kesulitan. Bibinya dapat merawatnya meski harus kesulitan.
Kehidupan sudah penuh penderitaan, ditambah lagi penderitaan akibat penyakit. Ini sungguh penderitaan berlapis. Penderitaan ini sungguh berlapis-lapis. Penderitaan itu sungguh tak terkira. Kita telah melihat penderitaan orang maka kita perlu mengemban misi karena kita memiliki jalinan jodoh untuk menciptakan berkah pada kehidupan ini. Kita juga perlu bertekad untuk kehidupan mendatang.
Relawan TIMA di utara, tengah, dan selatan Taiwan, sama-sama bersumbangsih dengan cinta kasih yang tulus. Saya sangat bersyukur. Bukan hanya anggota TIMA, ada juga banyak orang yang menyadari berkah setelah melihat penderitaan sehingga bersedia untuk berdedikasi dalam empat misi Tzu Chi dan akhirnya dilantik sebagai insan Tzu Chi.
Mereka juga aktif membantu relawan TIMA, melakukan survei pascabencana, dan menyalurkan bantuan internasional. Sungguh, banyak orang yang menderita di dunia. Dapat terus bersumbangsih di Tzu Chi saat ini merupakan buah karma kita. Kita telah melihat orang-orang yang menerima buah daribenih karma masa lalu. Kini kita juga menerima buah karma.
Karena pada masa lalu kita ada menciptakan berkah, maka kini kita berjodoh untuk bersumbangsih dan banyak orang yang mendukung kita. Menjadi bagian dari keluarga ini, kita sungguh dipenuhi berkah. Orang yang bersumbangsih dengan sukacita tanpa halangan serta ditemani oleh orang lain sungguh dipenuhi berkah berlapis. Kita harus senantiasa bersyukur.
Tidak hanya bersyukur karena dapat bersumbangsih, kita juga bersyukur karena ada orang yang mendukung kita dan menemani kita dalam bersumbangsih. Kita perlu berterima kasih kepada mereka. Kita juga harus bersyukur atas jodoh baik pada masa lalu yang membuat kita menerima buah karma baik saat ini.
Berhubung kini kita memiliki jodoh baik, kita harus menyadari berkah dan menghargai berkah. Kita harus meneladani para Buddha dan Bodhisatwa dari kehidupan ke kehidupan. Buddha berkata bahwa hanya ada satu jalan menuju kebuddhaan, yakni Jalan Bodhisatwa yang lapang dan lurus.
Dalam Sutra Buddha dikatakan bahwa saat terjadi bencanadi dunia, Bodhisatwa juga turut merasakannya. Ini juga berlaku di Tzu Chi. Jalan Bodhisatwa ini sulit ditapaki. Namun, dengan kekuatan cinta kasih, kita tidak takut menghadapi kesulitan. Jadi, saat makhluk lain sakit, Bodhisatwa juga turut merasakannya. Intinya, kita harus mengemban misi dengan kekuatan cinta kasih.
Saya bersyukur kepada kalian yang penuh cinta kasih dan bebas dari rasa takut. Setiap orang harus bertekad dan berikrar sekali lagi. Bila kita mendirikan tekad dan ikrar agung untuk bersumbangsih di seluruh dunia, tidak akan ada halangan untuk itu. Kita harus tahu bahwa semua makhluk memiliki karma buruk kolektif. Kita telah menciptakan banyak karma buruk.
Dengan adanya perubahan iklim ekstrem ini, kita harus mawas diri dan tulus serta berikrar untuk membantu berbagai daerah yang dilanda penderitaan. Kita harus menciptakan berkah dan menerangi dunia. Saya berterima kasih kepada para Bodhisatwa yang membentangkan jalan agung ini. Jalan ini harus diratakan dan diperluas. Harap kalian dapat senantiasa bersungguh-sungguh.
Buddha ada dalam hati dan menuntun kita menuju arah yang benar
Mendirikan ikrar untuk melanjutkan jalinan jodoh baik
Mengemban misi besar dan agung tanpa rasa takut
Menerangi makhluk
menderita dan membawa manfaat bagi dunia
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Stella
Ditayangkan tanggal 15 Januari 2020