Ceramah Master Cheng Yen: Meneruskan Asosiasi Guru Tzu Chi dengan Tekad yang Tidak Berubah


“Dua tahun lalu, saya menjabat dalam bagian administrasi di divisi pengajaran. Saat menjadi staf administrasi, saya berpegang pada prinsip untuk mendukung pengajaran dan mendukung para guru. Seiring waktu, permintaan para guru makin banyak dan saya merasa sebagai staf administrasi, saya harus memenuhi semua permintaan tersebut. Akibatnya, saya merasa sangat tidak bahagia. Kelas selama 2 hari di kamp guru ini sangat padat dan luar biasa. Hal yang paling membuat saya tersentuh ialah kehangatan yang terjalin antarsesama,”
kata Liu Yu-ling Guru SD Futai, Taoyuan.

“Saya benar-benar menyaksikan betapa besar upaya yang dilakukan Master dan Tzu Chi dalam bidang pendidikan. Oleh karena itu, saya merasa bahwa saya harus kembali menemukan tekad awal saya,” pungkas Liu Yu-ling.

“Saya ingat saat pertama kali bergabung dengan Asosiasi Guru Tzu Chi, saya merasakan hal yang sama. Saya adalah angkatan pertama yang dilantik. Saya senantiasa berterima kasih kepada semua guru yang telah bersama-sama dengan saya di sini sejak awal hingga saat ini,” kata Yang Yue-feng Kepala Sekolah Kehormatan Tzu Chi.

“Saya ingat bahwa Kepala Sekolah Yang, Kakak Yan-lun bersaudara, dan Kakak Ye-chun bersama-sama mendirikan Asosiasi Guru Tzu Chi pada tahun 1992. Kami telah berpartisipasi selama lebih dari 30 tahun. Dari ungkapan yang berbunyi, ‘Jika pengajaran tidak tegas, itu adalah salah guru,’ kami mengubahnya menjadi, ‘Hati guru adalah hati Bodhisatwa’,” kata Xu Yun-cai Anggota Asosiasi Guru Tzu Chi.


Guru-guru senior sekalian, saya sudah lama tidak bertemu dengan kalian. Saya selalu ingin mendengar suara kalian, terutama mengenai arah pemikiran kalian dalam pendidikan apakah masih sejalan seperti dahulu. Saya ingat bahwa Asosiasi Guru Tzu Chi selalu mengadakan kamp saat musim panas dan dingin. Semuanya sangat antusias, tulus, dan sepenuh hati dalam mendidik hingga memberikan pengaruh bagi masyarakat.

Saya senantiasa berharap Asosiasi Guru Tzu Chi dapat aktif kembali dan menginspirasi seperti sebelumnya, yaitu pergi ke setiap sekolah untuk menyebarkan semangat pendidikan Tzu Chi. Para guru yang berkomitmen menjadi pendidik harus dihimpun kembali agar masyarakat bisa melanjutkan pendidikan yang penuh cinta kasih. Hubungan yang tulus antara guru dan murid harus dibangun kembali. Pendidikan adalah harapan. Oleh karena itu, proyek harapan kita berkaitan dengan pendidikan.

Kalian harus ingat bahwa Gempa 921 memberikan kesempatan bagi kita untuk membangun kembali 51 gedung sekolah. Sekolah-sekolah yang dibangun Tzu Chi mudah dikenali karena dinding utama yang berbahan batu sikat berwarna abu-abu. Saat itu, meski banyak kepala sekolah yang menentang, saya tetap teguh pada pendirian bahwa rancangan bangunan sekolah dapat memengaruhi pikiran dan mentalitas peserta didik.

Fasilitas pendidikan harus stabil dan kokoh. Desain sekolah harus sederhana, tetapi tetap memberikan kesan hijau dan asri. Pohon-pohon harus ditanam, rumput dirapikan, dan tanah dipelihara dengan baik. Desain sekolah harus sederhana dan tidak berubah warna seiring waktu sehingga meski bangunannya sudah tua, tetap terlihat seperti baru. Sekali dibangun, gedung sekolah harus bertahan selamanya.

Saya berharap kalian dapat mengadakan tur ke sekolah-sekolah. Mungkin itu bukan sekolah tempat kalian mengajar, tetapi sebagai anggota Asosiasi Guru Tzu Chi, kalian dapat memperlihatkan apa yang Tzu Chi lakukan. Meski sebagian dari kita sudah pensiun, tetapi sekali menjadi guru, selamanya kita adalah guru yang juga berperan sebagai orang tua bagi anak-anak. Harapan kita terletak pada generasi selanjutnya. Pendidikan harus terus diwariskan tanpa henti.


“Tahun lalu, saya dan suami saya bersama-sama mengikuti kamp guru. Setelah mengikuti kamp, saya menerapkan apa yang dipelajari di kelas saya. Setiap pagi, sebelum pelajaran dimulai, anak-anak akan melafalkan Kata Renungan Jing Si. Ketika bermain seusai jam pelajaran pun, mereka masih mengucapkan kata-kata tersebut. Suasana kelas kami makin lama makin baik,”
kata Lin Ming-yu Guru SD Dadu, Taichung.

“Saat pulang sekolah, hal pertama yang anak-anak lakukan ialah melafalkan Kata Renungan Jing Si dengan suara keras untuk didengar oleh keluarga mereka. Kemudian, segera mengerjakan pekerjaan rumah. Para orang tua pun sangat berterima kasih kepada saya. Mendengar kata-kata tersebut, saya merasa sangat tersentuh dan menyadari bahwa menjadi seorang guru adalah sebuah misi dan tanggung jawab. Saya harus menjadi teladan bagi anak-anak,” pungkas Lin Ming-yu.

Inilah yang disebut meneruskan jiwa kebijaksanaan. Pendidikan adalah harapan. Semuanya pernah bersungguh hati pada masa lalu. Jangan lupakan tekad dan niat baik kita.

“Hati guru adalah hati Bodhisatwa. Dengan cinta kasih yang mendalam, kita mengajar dengan sungguh-sungguh dengan hati Bodhisatwa untuk mewariskan pelita batin dan menautkan hati satu sama lain.”

Saya berharap bahwa guru senior pada kesempatan kali ini dapat menjalin jodoh dengan memperkenalkan diri dan berbagi kepada guru muda. Demi masa depan yang penuh harapan, kita harus menjaga martabat guru dan mendidik siswa dengan cinta kasih dan ketulusan.


“Pada tahun 1989, ketika saya menjadi guru di sekolah, saya berdoa agar setiap murid saya dapat menjadi lebih baik daripada gurunya. Dengan prinsip ‘guru yang ketat melahirkan murid yang hebat’, anak-anak merasa takut terhadap saya. Hingga tahun 1992, ketika Asosiasi Guru Tzu Chi didirikan, saya belajar bahwa sebagai guru, kita harus memiliki hati Bodhisatwa dan mengajar dengan cinta kasih yang mendalam,”
kata Zhu Yan-lun Guru Asosiasi Guru Tzu Chi.

“Sepulangnya dari sana, saya segera membuang semua alat hukuman yang saya punya. Master memberikan Kata Renungan Jing Si, yaitu hati harus cermat, sikap harus lembut, tekad harus kuat, dan ikrar harus besar. Inilah kalimat yang menemani saya sepanjang hidup. Saya akan terus mengasihi para murid saya,” pungkas Zhu Yan-lun Guru Asosiasi Guru Tzu Chi.

Kalian telah menjalankan pedoman sebagai guru yang baik. Setiap guru memiliki metode yang berbeda dalam mengajar. Metode yang baik harus dibagikan satu sama lain. Dengan mengumpulkan cara-cara yang baik, kita dapat menciptakan metode pendidikan terbaik. Inilah nilai dari Asosiasi Guru Tzu Chi.

Hendaknya para guru yang baik berhimpun untuk menyebarkan Dharma. Guru-guru baru mungkin sedikit bingung mengenai metode pengajaran mana yang harus diterapkan. Kalian dapat mendengarkan pengalaman dari guru-guru senior atau meminta saran dari mereka. Dalam Asosiasi Guru Tzu Chi, kita semua berhimpun dan menjadi teman baik serta menjadi guru untuk sesama. Oleh karena itu, kalian harus bangkit kembali.

Usia saya sudah tua. Hal yang saya khawatirkan saat ini ialah masalah pendidikan. Kita semua memiliki tekad yang sama dalam pendidikan. Kita harus bersatu dan mengemban tanggung jawab ini. Inilah yang menjadi harapan saya belakangan ini, yaitu sistem pendidikan di seluruh dunia dapat mengenal dunia pendidikan di Taiwan yang menekankan bahwa hati guru adalah hati Bodhisatwa dan mengajar dengan cinta kasih yang mendalam. Jika kita bisa melakukannya, pendidikan yang baik di dunia akan abadi.

Memperkuat tekad awal dan menghimpun cinta kasih
Membina insan berbakat dengan tekad yang tidak berubah
Saling berbagi pengalaman antarguru
Meneruskan Asosiasi Guru Tzu Chi dari generasi ke generasi

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 28 September 2024
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 30 September 2024
Semua manusia berkeinginan untuk "memiliki", padahal "memiliki" adalah sumber dari kerisauan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -