Ceramah Master Cheng Yen: Meneruskan Cinta Kasih di Ladang Pelatihan yang Murni


“Harga minyak melonjak tinggi sehingga orang-orang tidak bisa naik mobil, melainkan harus berjalan kaki. Kami bahkan harus memasak dengan kayu bakar karena harga gas juga sangat mahal,”
kata Assad warga New Delhi.

“Ada seorang ibu yang harus memilih antara membayar tagihan listrik atau mengenyangkan perut kedua anaknya,” kata Valentine Organisator Gerakan Rompi Kuning.

Mengapa dunia ini penuh dengan penderitaan? Penderitaan ini berasal dari manusia yang terus mengejar kenikmatan hidup. Setelah merusak bumi dan mengeksploitasi sumber daya alam demi memperoleh kenikmatan, manusia menghasilkan banyak limbah dan sampah yang mencemari bumi dan air.

Ada banyak polutan yang dihasilkan oleh manusia. Akan tetapi, manusia belum juga berpuas diri dan bertobat, malah terus mengumbar nafsu keinginan. Sejauh mata memandang, yang kita lihat ialah pengembangan industri yang menghasilkan banyak sampah.

Lihatlah para Bodhisatwa daur ulang yang membungkukkan badan, menundukkan kepala, dan bekerja keras melakukan daur ulang. Mereka terus mengumpulkan dan mengangkut barang daur ulang ke posko kita. Setelah barang daur ulang terkumpul, para Bodhisatwa lansia mendedikasikan diri untuk melakukan pemilahan.


Di antara barang daur ulang yang terkumpul, banyak yang basah atau mengandung sisa makanan yang membusuk. Aromanya sungguh tidak tertahankan. Namun, para Bodhisatwa daur ulang kita sungguh membuat saya kagum, bersyukur, dan tersentuh.

Mereka bersumbangsih dengan damai dan tenang serta tidak berkeluh kesah meski harus menghadapi barang daur ulang yang menyebarkan aroma tidak sedap dan kotor. Setelah bertekad dan berikrar untuk menjalankan pelestarian lingkungan, mereka tidak pernah mundur ataupun berkeluh kesah.

Pada tahun 2010, saya berkunjung ke Yanpu, Pingtung. Di bawah pohon besar di Posko Daur Ulang Tzu Chi Yanpu, saya melihat sekelompok Bodhisatwa yang melakukan daur ulang dengan penuh sukacita. Di sana terdapat banyak pohon besar dan ada banyak warga desa yang mendedikasikan diri untuk melakukan daur ulang. Mereka tidak bergunjing, melainkan membahas orang dan hal yang baik. Mereka mendengar Dharma, berbagi Dharma, serta menyemangati dan memuji satu sama lain. Selain itu, mereka juga bersyukur satu sama lain. Inilah tanah suci yang penuh kebahagiaan.

Lahan berdirinya posko daur ulang itu disumbangkan oleh seorang Bodhisatwa lansia. Beliau bahkan turut melakukan daur ulang. Semua relawan melakukan daur ulang dengan penuh sukacita. Mereka semua bagaikan satu keluarga. Semua orang bersukacita dan bahagia di tanah suci itu. Inilah yang saya lihat dalam kunjungan saya bertahun-tahun lalu.


Para Bodhisatwa lansia kita berkata pada saya, "Kami bersyukur kepada Master." Saya lalu berkata, "Sayalah yang hendaknya bersyukur pada kalian. Begitu saya menggalakkan pelestarian lingkungan, kalian langsung melakukannya secara nyata. Saya bersyukur pada kalian semua."

Mereka lalu menjawab, "Tidak, Master. Kamilah yang harus bersyukur kepada Master. Jika Master tidak mendirikan Tzu Chi, bagaimana kami bisa melakukan daur ulang? Jadi, Master telah memberi kami ladang pelatihan. Master mengatakan bahwa posko daur ulang juga merupakan ladang pelatihan. Kami tidak bisa melakukan hal-hal lain. Kami tidak bisa menulis ataupun menyebarkan Dharma. Kami hanya bisa melakukan daur ulang di sini."

Saya lalu berkata pada mereka, "Dengan mengumpulkan botol dan barang daur ulang lainnya serta melakukan pemilahan, kalian bagai tengah menulis isi hati para Bodhisatwa daur ulang yang sangat indah. Dengan suara tawa kalian, kalian dapat mewariskan dan menyebarkan Dharma. Di sini, kalian bersumbangsih dengan sukarela dan menerima dengan sukacita. Suara tawa kalian tidak pernah terhenti. Jadi, kalian sungguh telah melatih diri di ladang pelatihan Bodhisatwa yang murni."

Bukankah apa yang kita lihat sekarang terasa sangat sejuk? Saat saya akan memberikan ceramah, mereka segera duduk di bawah pohon. Saya yang memberikan ceramah di bawah pohon juga merasakan kesejukan dan sukacita. Di sana, saya menyampaikan banyak hal dan mereka menerimanya dengan sukacita. Kondisi seperti inilah yang saya inginkan. Saya sungguh ingin melakukan perjalanan.


Sebelumnya, saya bisa melakukan perjalanan keliling Taiwan dua kali dalam setahun. Namun, kini setahun sekali saja sangat sulit.

Tahun ini, Tzu Chi telah berdiri 55 tahun. Saya sangat bersungguh-sungguh. Saya pernah berkata bahwa saya sangat tekun dan bekerja keras dalam melatih kedua kaki saya agar dapat mengambil langkah besar serta melangkah dengan cepat dan mantap.

Saat ini, satu-satunya harapan saya ialah dapat kembali berkunjung ke setiap posko daur ulang kita. Saat ini, saya mulai bersiap-siap untuk melakukan perjalanan dalam rangka Pemberkahan Akhir Tahun. Meski itu masih beberapa hari kemudian, tetapi saya terus berlatih dengan tekun. Saya berlatih dengan tekun demi melakukan perjalanan keliling Taiwan.

Perjalanan kali ini menandakan dimulainya rangkaian Pemberkahan Akhir Tahun. Jadi, tahun ini akan segera berakhir. Paruh kedua tahun ini juga berlalu dengan cepat dan pergantian tahun sudah di depan mata.

Perjalanan saya sebelumnya adalah perjalanan dalam rangka Pemberkahan Akhir Tahun. Kini saya bekerja keras melakukan persiapan juga demi melakukan perjalanan dalam rangka Pemberkahan Akhir Tahun. Jadi, waktu berlalu dengan sangat cepat dan dapat mendukung segala pencapaian.  

Mendengar dan menerima Dharma untuk menyucikan dunia
Meneruskan cinta kasih dengan sukarela dan sukacita
Posko daur ulang penuh kebahagiaan dan terbebas dari pergunjingan
Menghargai perjalanan keliling Taiwan untuk berkumpul bersama para relawan

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 19 Oktober 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 21 Oktober 2021
Ada tiga "tiada" di dunia ini, tiada orang yang tidak saya cintai, tiada orang yang tidak saya percayai, tiada orang yang tidak saya maafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -