Ceramah Master Cheng Yen: Meneruskan dan Menyebarkan Ajaran Buddha di Dunia
“Kompleks Guandu sungguh dipenuhi berkah karena memiliki kesempatan untuk menyambut saudara se-Dharma dan para tamu kehormatan. Dahulu, kami hanya memiliki ruang kecil di lantai dua, tetapi suasananya sangat hangat. Kini, dengan berdirinya gedung ini, kami sungguh menghargai ladang pelatihan yang nyaman dan agung ini. Tentu saja, untuk menyambut para tamu, kami memerlukan banyak orang,” kata Chen Bi-xia, relawan Tzu Chi.
“Kami semua bekerja sama untuk menyelesaikan semua tugas tanpa membedakan siapa pun. Saya ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk berterima kasih kepada seluruh tim yang saling melengkapi satu sama lain. Melalui jalinan jodoh ini, kita dapat melihat kesatuan hati di Kompleks Guandu. Kami sangat menghargai hal ini,” pungkas Chen Bi-xia.
“Kami pasti akan mewujudkan misi dengan baik. Hari ini, saya akan khusus berbicara tentang transportasi karena ini adalah pertama kalinya Kompleks Guandu menangani pengelolaan transportasi dengan skala sebesar ini. Dalam 2 kali perjalanan Master, yakni pada tanggal 29 Oktober dan 9 Desember, total selama 14 hari, kami sangat bersyukur atas kehadiran Master yang tinggal di Kompleks Guandu,” kata Fang Rong-hui, relawan Tzu Chi.
“Seluruh tanggung jawab transportasi ini diemban oleh tim mobilisasi wilayah 3. Saya yakin semua orang dapat merasakan betapa bahagianya kami. Sejak pukul 4.30 pagi, lalu lintas di persimpangan dan jalur sudah mulai diatur. Para relawan paling lambat harus hadir pukul 6 pagi dan bertugas hingga pukul 6 sore. Mereka menjalankan tugas selama 12 jam penuh. Saya yakin bahwa semuanya dapat memahami betapa besarnya kebahagiaan yang dirasakan,” pungkas Fang Rong-hui.
Bodhisatwa sekalian, inilah hati pelindung Dharma sesungguhnya. Saya berterima kasih atas sambutan kalian. Semuanya terlihat sangat bersukacita.
Saya sangat berterima kasih kepada insan Tzu Chi yang telah melindungi Dharma. Melihat Bodhisatwa lansia dalam kondisi yang sehat, saya merasa sangat tenang. Terlebih lagi, tekad mereka tidak pernah mundur dan terus mewariskan semangat Tzu Chi dari generasi ke generasi. Terutama melihat generasi menengah dan muda yang mengikuti pementasan, saya merasa sangat tersentuh. Saya benar-benar bersyukur.
Meski Dharma tak berwujud, semangat dan nilai-nilainya harus tetap diwariskan. Seperti kalimat ini, "Tidak berwujud, tetapi tiada yang tidak berwujud." Oleh karena itu, kita perlu memperindah ajaran yang sejati ini. Ini disebut juga dengan budaya humanis. Budaya humanis kita bertujuan untuk menyebarkan ajaran Buddha. Harapannya ialah ajaran Buddha dapat tersebar luas dan bahkan tersebar dengan benar.
Bodhisatwa sekalian, belakangan ini, saya sering menonton Da Ai TV. Para relawan benar-benar merupakan Bodhisatwa dunia. Inilah Dharma yang sejati. Sejarah ini perlu kita rangkum kembali. Selama 20 hingga 30 tahun terakhir, banyak yang telah lanjut usia. Mereka masih dapat menyaksikan kembali perjalanan hidup mereka, termasuk para Bodhisatwa yang mendampingi mereka. Mereka dapat menjadi saksi nyata. Namun, generasi muda zaman sekarang harus segera menuliskan kisah para lansia.
Setiap detik yang tercatat dalam gambar adalah kisah besar bagi keluarga besar ini dan perjalanan hidup seseorang. Oleh karena itu, saya merasa ini adalah hal yang patut dilakukan. Selama mereka bersedia, kita dapat mengangkat kisah keluarga mereka dengan jujur dan nyata, terutama tentang sumbangsih mereka bagi dunia. Saya berharap kita semua dapat melakukannya.
“Sebelumnya, saya hanya mengenal Tzu Chi melalui membaca catatan sejarah Tzu Chi, menonton Da Ai TV, dan melihat kutipan-kutipan Master. Namun, kali ini, kami mengunjungi Depo Daur Ulang Neihu dan bersama-sama dengan para Bodhisatwa melakukan pemilahan sampah dan daur ulang kertas, serta belajar bagaimana proses daur ulang dilakukan. Dari tahap awal pemilahan hingga melalui pengolahan oleh DA.AI Technology, semua itu bisa diubah menjadi berbagai jenis pakaian dan selimut. Saya merasa sangat kagum dan tersentuh,” kata Lü Chen-chen Wakil Kepala Laboratorium Seni Tiongkok Universitas Harvard.
“Saat itu, ada seorang relawan berusia 90-an tahun berbagi pengetahuan dan pengalamannya tentang memilah sampah kepada kami. Kini, kami bertiga setiap kali melihat produk plastik, langsung berpikir apakah itu PP, PP bermotif, dan sebagainya. Saya benar-benar merasakan bagaimana cinta kasih yang begitu besar dituangkan ke dalam setiap detail pengetahuan,” lanjut Lü Chen-chen.
Lü Chen-chen melanjutkan “Kemudian, ketika melihat Griya Jing Si, kami teringat dengan foto-foto sejarah yang menunjukkan bagaimana Griya ini dibangun secara bertahap dan bagaimana para bhiksuni di Griya bekerja secara mandiri dengan bercocok tanam. Tradisi ini tetap berlanjut hingga saat ini.”
“Kami merasa bahwa perjalanan ini telah membawa perubahan mendalam bagi kami. Kini, kami semua merasa menjadi bagian dari insan Tzu Chi yang membawa semangat dan perasaan yang sama,” pungkas Lü Chen-chen.
Laporan ini sangat luar biasa, sederhana tetapi bermakna. Namun, di dalamnya ada lebih banyak Dharma menakjubkan yang terkandung. Meski waktunya begitu singkat, semuanya mampu merangkum kisah dengan begitu kaya dan menyampaikannya dengan baik. Saya merasa sangat tersentuh.
Dalam persamuhan Dharma ini, Bodhisatwa dari sepuluh penjuru hadir. Sesungguhnya, inilah dunia batin Buddha, yaitu sebuah dunia yang dihiasi dengan keagungan tanpa batas. Bagaimana kita bisa menggambarkan keagungan dunia tersebut? Hal itu memang perlu dilakukan, tetapi sangat sulit. Namun, jika ada tekad, hal itu tidaklah sulit.
Saat ini, yang dibutuhkan ialah orang-orang yang benar-benar memiliki tekad. Terlebih lagi, diperlukan kebijaksanaan untuk menggali ajaran Buddha lebih dalam. Waktu telah berlalu tanpa wujud, tanpa jejak, dan tak dapat ditarik kembali. Tak ada seorang pun yang berkata, "Saya melihatnya." Namun, kita memiliki pemikiran seperti ini.
Kisah Buddha sangat perlu untuk masuk ke dalam kehidupan manusia. Ajaran Buddha mengandung banyak hal yang sebenarnya dapat dilakukan oleh manusia. Oleh karena itu, ia disebut sebagai "Dharma duniawi" atau disebut juga dengan "Kendaraan Agung". Kendaraan Agung berarti membawa ajaran agar tersebar luas di dunia. Jadi, untuk menjangkau dunia, ia harus menyatu dengan kehidupan, tetapi tetap mulia. Inilah Kendaraan Agung.
Jadi, ajaran Buddha hingga saat ini dan kebenaran dari ajaran tersebut adalah prinsip yang sejati. Kehidupan kita tidak terlepas dari Dharma ini. Jadi, ajaran Kendaraan Agung harus masuk ke tengah kehidupan manusia. Dibutuhkan banyak orang untuk menyebarkannya.
Jangan menjadikan ajaran terlalu jauh dari kenyataan, melainkan harus membuatnya tetap membumi. Bagi kalian yang masih muda, dengan hati yang murni, kalian dapat fokus untuk melakukan penelitian. Ini sangatlah diperlukan. Ajaran Buddha benar-benar harus kembali kepada pemikiran Buddha. Ini adalah hal yang tidak dapat ditunda.
Di zaman ini, jika kita tidak membangkitkan dan meluruskan ajaran ini, di masa depan akan makin tidak jelas. Oleh karena itu, saya sangat senang melihat anak-anak yang memiliki tekad. Hendaknya semuanya menyelami arah yang benar.
Menyelami kitab suci dan menjadi saksi Menyebarkan ajaran
Kendaraan Agung dengan semangat budaya humanis
Meneliti makna kebenaran sejati secara mendalam
Meneruskan dan menyebarkan ajaran Buddha di dunia
Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 14 Januari 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 16 Januari 2025