Ceramah Master Cheng Yen: Meneruskan Jalinan Jodoh Bodhisatwa dan Dharma


Waktu berlalu dengan sangat cepat. Pemberkahan Akhir Tahun merupakan acara tahunan kita. Tahun ini, saya kembali memulai perjalanan keliling Taiwan untuk mengungkapkan doa saya terhadap semua orang. Hari ini, saya bergerak dari Hualien ke selatan. Sepanjang perjalanan, saya melihat pemandangan di luar kendaraan.

Dalam perjalanan dari Hualien ke Taitung, saya bisa melihat suasana yang sederhana dan penuh dengan aroma pedesaan. Terlebih, saat melewati deretan pepohonan seperti ini, saya merasa sangat sejuk. Jadi, pemandangan alam sangatlah indah. Meski pemandangan sangat indah, tetapi kasih sayang manusia lebih indah lagi.

Saat tiba di Taitung dan memasuki Aula Jing Si, saya melihat banyak orang yang memiliki kasih sayang tak berujung dan penuh kehangatan. Namun, seiring berjalannya waktu, fisik manusia pasti akan mengalami perubahan. Ada yang tadinya berambut hitam, kini mulai memutih. Banyak pula yang tadinya hanya putih sebagian, kini telah sepenuhnya putih. Saya juga melihat benih pertama, kedua, ketiga, keempat, dan kelima Tzu Chi di Taitung.


Dahulu, setiap kali berkunjung ke Taitung, saya selalu tinggal di rumah Guru Huang. Saya selalu tinggal di Taitung selama beberapa hari. Saat itu, Kepala Sekolah Wang yang mengemban tanggung jawab atas urusan Tzu Chi di Taitung. Beliau penuh cinta kasih dan welas asih.

Setiap bulan, beliau melakukan survei ke wilayah pegunungan dan pedesaan dengan mengendarai sepeda motor sendiri. Selain itu, setiap bulan, pada saat pembagian bantuan, beliau juga mengendarai sepeda motor sendiri untuk mengangkut barang bantuan. Untuk pembagian bantuan menjelang Tahun Baru Imlek, beliau juga mengikat satu demi satu paket bantuan di sepeda motornya dan mengantarkannya dari rumah ke rumah. Demikianlah mereka memulai misi Tzu Chi di Taitung.

Cinta kasih yang tulus dapat memengaruhi dan menginspirasi orang lain. Jadi, saat saya tinggal di rumah mereka, Bapak Guo yang tinggal di seberang rumah mereka akan datang setiap hari untuk mendengarkan ceramah saya. Beliau juga bertekad untuk bersumbangsih. Orang-orang dari toko sepeda di sebelah rumahnya dan para tetangga juga datang. Singkat kata, benih Tzu Chi di Taitung berkembang dari satu menjadi dua, tiga, lima, dan seterusnya. Orang-orang mulai bertekad untuk bersumbangsih. Selain bertekad, mereka juga berhimpun bersama. Demikianlah para relawan berjalan selangkah demi selangkah di Taitung dan membangkitkan tekad Bodhisatwa. Jadi, Tzu Chi di Taitung dan Hualien dimulai pada waktu yang hampir bersamaan.


Setelah meninggalkan rumah, perhentian pertama saya ialah Taitung. Jadi, saya memiliki jalinan jodoh yang mendalam dengan Taitung. Karena itu, setelah datang ke sini dan melihat para relawan senior kita aman dan selamat, saya dipenuhi sukacita. Namun, fisik setiap orang tetap mengalami perubahan. Ada yang masih memiliki tubuh yang sehat, ada yang menjadi lebih gemuk, ada pula yang rambutnya sepenuhnya putih. Semua ini adalah perubahan rupa. Rupa pasti akan mengalami perubahan. Yang menggembirakan ialah semangat setiap orang dalam mendukung Tzu Chi tidak berubah. Semua orang memiliki kasih sayang Bodhisatwa yang tak berujung.

Bodhisatwa sekalian, wariskanlah Jalan Bodhisatwa. Saya sangat berharap setiap orang dapat mewariskan Jalan Bodhisatwa dengan hati yang tulus. Intinya, saya mendoakan kalian terlebih dahulu. Semoga setiap orang menciptakan berkah bagi dunia dan mengembangkan kebijaksanaan. Kebijaksanaan merupakan benih untuk membina berkah dan kebijaksanaan dari kehidupan ke kehidupan. Karena itu, kita harus senantiasa menjaga benih kebijaksanaan.

Dari kehidupan ke kehidupan, kita harus terus-menerus membina jalinan jodoh Bodhisatwa dan Dharma. Saya sungguh kagum pada kalian. Kalian telah menyerap Sutra Makna Tanpa Batas ke dalam hati. Saya bisa melihat bahwa gerakan semua orang sangat kompak. Saya juga mendengar kalian melantunkan Sutra Makna Tanpa Batas dengan lantang. Saya melihat kalian, yakin pada kalian, dan merasa tenang.


Bodhisatwa sekalian, kalian menapaki Jalan Bodhisatwa bukan demi saya, melainkan demi menumbuhkan jiwa kebijaksanaan kalian sendiri. Dengan menapaki Jalan Bodhisatwa dan terjun ke tengah masyarakat, barulah kita bisa memperluas wawasan dan menyadari berkah setelah melihat penderitaan.

Kalian harus melatih diri dengan tekun dan bersemangat. Bersumbangsih baru bisa dipenuhi berkah. Jika tidak bersumbangsih dan menjalin jodoh baik, melainkan hanya membicarakannya, kita tidak akan dipenuhi berkah. Siapa yang makan, dialah yang akan kenyang. Jadi, jangan hanya memandangi orang yang memegang mangkuk. Hanya memandangi makanan orang lain tidak akan membuat kita kenyang. Singkat kata, untuk melatih diri sebagai Bodhisatwa, kita harus mempraktikkan Dharma.

Taitung merupakan perhentian pertama saya dalam perjalanan dari wilayah barat ke timur Taiwan kali ini. Jadi, kalian harus makin tekun dan bersemangat melatih diri untuk menjadi teladan bagi insan Tzu Chi di seluruh dunia.   

Master memberikan doa penuh kehangatan bagi insan Tzu Chi Taitung
Bersukacita melihat kasih sayang Bodhisatwa yang tak berujung
Meneruskan jalinan jodoh Dharma
Tekun dan bersemangat melatih diri dengan mempraktikkan Dharma      
                       
 
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 21 Oktober 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Heryanto
Ditayangkan tanggal 23 Oktober 2022
Dalam berhubungan dengan sesama hendaknya melepas ego, berjiwa besar, bersikap santun, saling mengalah, dan saling mengasihi.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -