Ceramah Master Cheng Yen: Meneruskan Jiwa Kebijaksanaan yang Cemerlang


“Saat kecil, saya suka bersenang-senang dan tidak pernah memikirkan arah tujuan saya. Hingga bergabung dengan Tzu Chi dan melihat para paman dan bibi Tzu Chi yang begitu lemah lembut, saya baru menyadari bahwa temperamen saya sangat buruk. Kini, saya mulai memperbaiki diri. Saya juga bersedia terus mengikuti langkah Master dari kehidupan ke kehidupan,”
kata Chen Yong-hua relawan Tzu Chi Myanmar.

“Saya berasal dari keluarga kurang mampu. Saya bersyukur pada tahun 1998, insan Tzu Chi menjangkau keluarga kami dan membawa harapan bagi kami. Para paman dan bibi Tzu Chi terus mendampingi kami selama 26 tahun ini. Kali ini, Jitra dilanda banjir serius yang belum pernah terjadi dalam belasan tahun terakhir,” kata Mai Mei-fang relawan Tzu Chi Malaysia.

“Di bawah pendampingan relawan senior, saya belajar bagaimana menyalurkan bantuan bencana, dari survei bencana, penyediaan makanan hangat, hingga pengaturan pembagian bantuan. Saya sangat lelah, tetapi hati saya penuh sukacita Dharma. Dalam pembagian bantuan, saya dan para relawan lain memperkenalkan semangat celengan bambu kepada para korban bencana untuk menabur benih kebajikan dalam hati mereka agar mereka juga dapat menjadi penyelamat dalam kehidupan orang lain,” lanjut Mai Mei-fang.

“Saya sangat bersyukur kepada Master yang telah mendirikan Tzu Chi sehingga orang-orang yang menderita di seluruh dunia dapat tertolong dan kehidupan saya menjadi bernilai karena Tzu Chi,” pungkas Mai Mei-fang.


Bodhisatwa sekalian, berkat jalinan jodoh yang berbeda-beda, kita dapat bersama-sama membentangkan jalan yang sangat lapang dan bermakna di dunia. Di jalan ini, kita melihat banyak kisah yang menyentuh dan kebajikan hakiki manusia. Orang tua melahirkan dan membesarkan anak dengan penuh cinta kasih. Saat anak jatuh sakit, orang tualah yang paling tersiksa. Mereka memikirkan berbagai cara untuk mengobati anak mereka, bahkan rela mengorbankan nyawa mereka.

Awalnya, kami menyambut kelahiran putra bungsu kami dengan sukacita. Namun, dokter mendapati bahwa dia mengalami hipoplasia ginjal dan perlu menjalani cuci darah kelak. Saat saya memutuskan untuk mendonorkan ginjal saya padanya, keluarga saya tidak setuju,” kata Yang Qing-fen relawan Tzu Chi Malaysia.

“Setelah mengetahuinya, para saudara se-Dharma datang untuk memotivasi saya dan membagikan bantuan biaya hidup agar pascaoperasi, kami dapat menjalani pemulihan dengan tenang. Dukungan mereka bagaikan segelas air bagi seseorang yang sangat haus. Saya selamanya mengingat segelas air itu,” lanjut Yang Qing-fen.

“Operasi berjalan lancar dan kami perlahan-lahan pulih. Tiga bulan setelah operasi, saya mengembalikan dana bantuan yang diterima karena dana ini dapat digunakan untuk keluarga yang lebih membutuhkan. Setelah itu, saya memiliki jalinan jodoh istimewa untuk mengikuti pelatihan relawan dan mulai berpartisipasi dalam berbagai kegiatan Tzu Chi,” pungkas Yang Qing-fen.


Mari kita bersama-sama mendoakan semoga anak ini dapat tumbuh dengan sehat. Semoga dia dapat terus berada di Tzu Chi dari masa kanak-kanak hingga remaja, bahkan bergabung menjadi anggota Tzu Ching kelak.

Para anggota Tzu Ching membina cinta dan welas asih dan terus mewariskannya pada generasi berikutnya. Dia akan mewarisi cinta kasih orang tuanya untuk memikul bakul beras bagi dunia. Dia akan bertumbuh dengan sehat untuk bersumbangsih bagi dunia. Kita harus menyayangi anak-anak.

Kita bisa melihat para relawan muda bersumbangsih bagi dunia. Dahulu, ada Sudhana yang mengunjungi 53 insan mulia untuk belajar dari mereka. Dia mengunjungi satu demi satu ladang pelatihan untuk menemui orang-orang yang mempraktikkan kebajikan tanpa melewatkan satu orang pun. Para insan mulia itu sesungguhnya adalah Bodhisatwa.

Metode pelatihan setiap orang berbeda-beda, tetapi semuanya menunjuk pada Jalan Bodhisatwa yang lapang, yaitu membina berkah dan menumbuhkan kebijaksanaan di dunia. Ini disebut membina berkah dan kebijaksanaan sekaligus. Inilah kisah Sudhana.

Bodhisatwa sekalian, tidak peduli jalinan jodoh apa yang membuat kalian berhimpun di Tzu Chi, kalian telah menapaki Jalan Bodhisatwa tanpa menyimpang sedikit pun. Sebelum menjalani pelantikan, kalian harus terlebih dahulu bersumbangsih dan menyaksikan penderitaan. Kalian bekerja sama dengan harmonis dengan para Bodhisatwa Tzu Chi untuk menolong orang-orang yang menderita.

Orang-orang di depan kalian telah menapaki jalan yang benar, membentangkan jalan yang mulus, dan membimbing kalian ke arah yang benar. Kalian cukup mengikuti langkah mereka. Jadi, kalian sungguh beruntung karena ada yang berjalan di depan kalian.


Perlu diketahui bahwa yang memulai Jalan Tzu Chi telah sangat bersusah payah dan menghadapi berbagai rintangan. Mereka harus sangat berani dan menunjukkan sumbangsih nyata hingga bisa menyentuh hati orang-orang dan menginspirasi orang-orang untuk berjalan bersama. Ini berkat adanya keyakinan.

Karena itu, saya sangat kagum pada mereka. Tanpa mereka, saya tidak akan mampu berjalan hingga kini. Jika tidak berjalan hingga kini, bagaimana bisa saya melantik kalian hari ini? Jadi, kita harus menggenggam waktu dan mengembangkan jiwa kebijaksanaan untuk mempraktikkan Jalan Bodhisatwa bersama keluarga dengan sukacita dan mewariskan semangat kita dari generasi ke generasi. Jangan melupakan tekad kalian hari ini ataupun dedikasi para relawan senior yang tidak takut bersusah payah.

Di usia saya sekarang, sulit bagi saya untuk tidak bungkuk. Namun, demi kalian, saya harus menggenggam waktu, membusungkan dada, dan menegakkan badan. Saya ingin kalian tahu bahwa saya masih memiliki energi agar kalian lebih percaya diri. Namun, sejujurnya, kehidupan tidaklah kekal. Waktu telah mendukung saya menempuh perjalanan sejauh ini. Saya sudah sangat puas.

Kini, saya memercayakan jiwa kebijaksanaan saya kepada para Bodhisatwa senior kita yang pantang menyerah. Semoga kalian dapat memberikan pendampingan dari generasi ke generasi. Inilah harapan terbesar saya terhadap kalian. 
 
Jalinan jodoh baik membawa orang-orang ke Jalan Bodhisatwa
Membangkitkan welas asih dan menciptakan berkah setelah melihat penderitaan
Bekerja sama dengan harmonis di Jalan Tzu Chi
Meneruskan jiwa kebijaksanaan yang cemerlang

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 17 Desember 2024
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 19 Desember 2024
Penyakit dalam diri manusia, 30 persen adalah rasa sakit pada fisiknya, 70 persen lainnya adalah penderitaan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -