Ceramah Master Cheng Yen: Mengabadikan Jejak-jejak Kebajikan
Dua puluh tahun yang lalu, yaitu tanggal 17 Agustus 1999, Turki diguncang gempa bumi dahsyat. Saat itu, A-gui, Zhu-qi, dan Yan-xue akan kembali ke Taiwan dari Kosovo. Namun, saya menahan mereka dan meminta mereka pergi ke Turki dari Makedonia. Saat itu, artikel Relawan Hu dimuat di United Daily News. Dia bertanya, “Saat Turki dilanda bencana, di manakah Taiwan?” Setelah artikelnya diterbitkan, saya segera menjelaskan bahwa insan Tzu Chi Taiwan sudah berada di Turki. Jadi, mereka pun terhubung saat itu.
“Kita semua tahu bahwa Kakak Hu Guang-zhong adalah seorang muslim. Pertama kali kita berinteraksi dengannya, dia masih sangat asing terhadap Tzu Chi. Ditambah lagi, Tzu Chi merupakan organisasi Buddhis. Jadi, Kakak Hu diam-diam mengamati apa yang kita lakukan,” ujar Chen Zhu-qi, Manajer departemen berita Da Ai TV.
“Kini saya mengenakan seragam biru putih Tzu Chi. Saat itu, saya tidak menyangka dedikasi empat orang relawan Tzu Chi dapat menyentuh hati saya sehingga saya terinspirasi untuk bergabung. Dua puluh tahun sudah berlalu. Saya berharap relawan sekalian jangan meremehkan diri sendiri karena apa yang kita lakukan mungkin akan menjadi nutrisi bagi benih yang sedang mengamati kita. Kini kita telah membantu 3.000 anak di Turki. Para relawan kita mungkin tidak bisa melihat seperti apa anak-anak ini sekarang. Namun, 20 tahun kemudian, mereka akan tetap mengingat Tzu Chi, Master, dan para relawan Tzu Chi. Mereka mungkin tidak ingat nama kita, tetapi akan tetap mengenali seragam biru putih Tzu Chi. Seragam itulah yang saya pakai dengan bangga sekarang. Dua puluh tahun kemudian, mereka mungkin sudah berkemampuan untuk menolong lebih banyak orang,” tutur Hu Guang-zhong, relawan Tzu Chi.
Sungguh, kita harus menghargai tahun itu, orang-orang itu, dan tekad itu. Saya sungguh merasa bahwa kita harus mengenang pengalaman kita, jangan melupakan tekad kita, serta sepaham, sepakat, dan bertindak bersama. Jadi, kita harus memiliki kesepahaman, kesepakatan, dan tindakan bersama. Saya sungguh merasa bahwa kita harus mengenang pengalaman kita.
Detik demi detik terus berlalu tanpa berhenti sejenak pun, baik mikrosekon maupun femtosekon. Namun, akumulasi mikrosekon dan femtosekon dapat membentuk waktu. Setengah abad telah berlalu dan Tzu Chi telah memasuki tahun ke-54. Dengan tidak melupakan tahun itu, kita bisa melihat banyak sejarah Tzu Chi. Dengan melakukan dokumentasi, kita bisa meninggalkan jejak langkah.
Asalkan menggenggam waktu untuk melakukan dokumentasi, kita bisa meninggalkan jejak yang bisa ditelusuri. Contohnya kegiatan daur ulang yang berawal dari sebersit niat pada 30 tahun silam. Tzu Chi telah menggalakkan daur ulang selama hampir 30 tahun. Tahun depan, kita akan memperingati 30 tahun dijalankannya daur ulang di Tzu Chi. Kondisi saat itu masih terbayang dalam benak saya.
Hari itu, saya berada di Taichung. Dalam perjalanan menemui guru saya di pagi hari, saya melewati sebuah pasar malam. Pada pagi hari, semua pedagang sudah pulang. Saat kendaraan kita melewati pasar malam itu, kebetulan ada angin yang bertiup. Saat itu adalah awal musim gugur. Tiupan angin menerbangkan sampah kertas dan plastik di lantai.
Pada malam hari itu, saat memberikan ceramah di Sekolah Menengah Shin Min dan mendengar suara tepuk tangan, saya berkata, “Semoga setiap orang bisa melakukan daur ulang dengan kedua tangan yang bertepuk tangan.” Sejak hari itulah, kegiatan daur ulang Tzu Chi dimulai dan hingga kini telah memasuki tahun ke-30. Kini daur ulang merupakan topik penting di dunia internasional.
Lihatlah para Bodhisatwa lansia yang mendukung kegiatan daur ulang. Setiap Bodhisatwa lansia merupakan permata. Tanpa mereka, tidak akan ada posko daur ulang. Posko daur ulang kita tersebar di berbagai tempat. Singkat kata, janganlah kita meremehkan waktu, baik waktu yang singkat maupun panjang.
Bagaimana kita menyerukan hal ini? Hanya misi budaya humanis kita yang bisa memikul tanggung jawab ini. Misi budaya humanis kita bertujuan untuk melindungi sejarah tentang tahun itu, orang itu, dan tekad itu. Lihatlah setiap foto yang diambil oleh Bapak Xiao. Dengan kesungguhan hati, dia mengabadikan berbagai momen dalam sekejap. Dengan sebersit niat yang timbul dalam hitungan milisekon, dia mengabadikan berbagai momen sebagai saksi sejarah saat itu. Saya sungguh sangat bersyukur.
Misi budaya humanis harus memikul tanggung jawab untuk melakukan dokumentasi. Kita hendaknya sangat menghargai Empat Misi Tzu Chi. Misi amal bertujuan untuk melindungi sifat hakiki manusia. Mengapa saya memulai Tzu Chi dengan misi amal? Ini bukan hanya demi menolong orang kurang mampu, melainkan demi menginspirasi orang-orang melindungi sifat hakiki yang bajik.
Hingga kini, saya terus berkata bahwa janganlah kita melupakan kisah celengan bambu Tzu Chi. Tetes-tetes donasi kecil dapat mewujudkan hal besar. Terlebih lagi, dengan menjalankan misi amal, kita dapat melindungi sifat hakiki kita. Mari kita menonton berita. Akan lebih baik lagi jika orang-orang menonton berita Da Ai TV. Saya adalah penonton yang paling setia. Di Da Ai TV tidak ada berita yang menggemparkan, tetapi dapat menenangkan hati dan membangkitkan niat baik orang-orang. Inilah tujuan Da Ai TV.
Dalam Empat Misi Tzu Chi, misi kesehatan bertujuan untuk melindungi kehidupan dan misi pendidikan bertujuan untuk melindungi jiwa kebijaksanaan. Kita harus senantiasa ingat untuk menghubungkan misi pendidikan dengan misi amal agar murid-murid dapat memahami penderitaan di dunia dan memperhatikan hal-hal yang terjadi di seluruh dunia. Ini merupakan bagian dari pendidikan kita. Murid-murid kita harus memahami apa yang Tzu Chi lakukan. Agar murid-murid paham, dosen dan guru harus paham terlebih dahulu. Jika tidak, dalam proses belajar mengajar, mereka tidak akan memperhatikan hal-hal yang terjadi di seluruh dunia.
Jadi, sekolah-sekolah Tzu Chi perlu tahu apa yang terjadi di seluruh dunia dan perkembangan misi amal Tzu Chi. Kita juga membutuhkan misi budaya humanis untuk melindungi sejarah Tzu Chi. Singkat kata, misi budaya humanis dalam Empat Misi Tzu Chi harus memiliki semangat misi yang kuat untuk mengabadikan berbagai momen serta menulis sejarah tentang tahun itu, orang itu, dan tekad itu. Kita harus menulis sejarah Tzu Chi untuk saat ini dan masa mendatang.
Menjalankan Empat Misi Tzu Chi di Jalan Bodhisatwa
Meninggalkan jejak langkah yang berharga dengan melakukan kebajikan
Misi budaya humanis Tzu Chi memikul tanggung jawab besar
Menulis sejarah Tzu Chi dengan mengabadikan berbagai momen
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 18 Agustus 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 20 Agustus 2019