Ceramah Master Cheng Yen: Mengairi Batin Semua Makhluk dan Menyelamatkan Dunia


“Ibu mengalami beberapa penyakit lansia, selalu merasa di sampingnya ada yang ingin mencelakai atau ada yang berbincang dengannya. Kadang beliau tidak tidur semalaman dan berbicara sendiri. Kami hanya bisa mengandalkan obat,”
kata Putra Nenek Zhang.

“Tutup matanya, Nek. Bilang saja jika ada yang tidak nyaman. Senang, 'kan?” kata relawan Tzu Chi.

Kita melihat begitu banyak penderitaan. Siapa pun tak bisa mengelak dari penderitaan yang banyak ini. Baik orang berada maupun orang kurang mampu, semuanya tidak akan bisa menghindar dari fase lahir, tua, sakit, dan mati.

Mengenai fase tua, ini datang tanpa disadari. Setiap detik dan setiap menit yang berlalu membawa pergi segala yang kita miliki. Inilah yang belakangan ini sering saya katakan. Setiap detik dan setiap hari diam-diam membawa pergi segala yang kita miliki. Dari sisi rupa, perubahan warna rambut dapat terlihat dengan jelas. Waktu diam-diam membawa pergi segala yang kita miliki di masa muda sehingga kita mengalami penuaan. Begitulah kehidupan.

Saat beranjak tua, kondisi fisik bisa menurun. Tentu, banyak juga orang yang tetap bugar meski sudah tua. Namun, sesuai hukum alam, sebagian besar orang mengalami penurunan konfisi fisik saat beranjak tua. Ini adalah sesuatu yang normal.

Intinya, belakangan ini saya sering berbicara kepada diri sendiri. Pertama, saya mengatakan kepada diri sendiri bahwa saya sangat beruntung. Saya berkata pada diri sendiri bahwa saya amat beruntung. Selama lebih dari 50 tahun ini, saya beruntung memiliki banyak jalinan jodoh baik.


Bodhisatwa sekalian, sesungguhnya kalian berjodoh dengan saya. Jalinan jodoh ini entah sudah terjalin berapa kehidupan hingga saat ini. Lebih dari 2.500 tahun lalu, Buddha berkata bahwa di masa depan dunia akan diliputi lima kekeruhan. Buddha juga berbicara mengenai Bodhisatwa di dunia ini. Buddha datang ke dunia ini demi satu tujuan utama, yakni mengajarkan praktik Bodhisatwa.

Praktik Bodhisatwa ini tertulis dalam Sutra Bunga Teratai. Dalam Sutra Bunga Teratai tertulis dengan jelas bahwa Buddha datang ke dunia ini dengan tujuan utama mengajarkan praktik Bodhisatwa. Untuk menjadi Bodhisatwa, kita harus berada di alam manusia ini. Di luar alam manusia ini, kita tak bisa menjadi Bodhisatwa. Di alam surga sekalipun, kita tak dapat mempraktikkan Jalan Bodhisatwa. Jadi, kita lihat, untuk mendengarkan Dharma, para dewa harus datang ke alam manusia.

Kebuddhaan tak dapat dicapai di alam dewa karena tiada kesempatan untuk bersumbangsih di sana. Makhluk surgawi dipenuhi kenikmatan. Tiada penderitaan di sana. Semua makhluk di sana diliputi kenikmatan dan menghabiskan berkah. Berkah yang mereka ciptakan di masa lalu tengah mereka nikmati. Jika berkah surgawi ini habis dinikmati, giliran karma buruk yang berbuah dan mereka mungkin harus terlahir di neraka, alam binatang, atau alam manusia. Mereka belum tentu terlahir di alam manusia karena mungkin memiliki himpunan karma buruk yang berat.

Namun, mereka juga memiliki karma baik yang banyak. Lalu, apakah karma baik ini bisa menghapus karma buruk? Tidak. Benih karma buruk itu tetap ada. Hanya saja, kekuatan karma baiknya mengungguli karma buruk sehingga mereka dapat terlebih dahulu menikmati berkah.

Saat berkah itu habis dinikmati, giliran karma buruklah yang berbuah dan menyeret mereka ke alam binatang, neraka, atau alam setan kelaparan. Mereka tetap bisa terlahir ke tiga alam rendah. Demikianlah, kita makhluk awam yang belum mencapai pembebasan akan terus mengikuti karma.


Saya sering mengatakan kepada kalian bahwa janganlah iri kepada orang yang ingin terlahir di surga. Kita harus ingat untuk berikrar untuk berada di alam manusia. Bodhisatwa Ksitigarbha berikrar untuk berada di neraka. Saya berikrar untuk berjaga di pintu neraka agar Bodhisatwa Ksitigarbha tidak harus bekerja keras. Saya ingin membantu-Nya mengosongkan neraka lebih cepat. Untuk itu, kita harus mulai dari alam manusia.

Kita harus mendorong orang-orang agar tidak berbuat jahat. Dengan tidak menanam benih karma buruk, Anda tidak akan jatuh ke alam neraka. Anda sudah berbuat baik, tetapi Anda juga harus memahami ajaran Buddha dan mempraktikkan Jalan Bodhisatwa. Inilah Jalan Tengah.

Kita sungguh harus memahami ajaran Buddha. Karena itu, saat membacakan syair Tiga Perlindungan, pada bagian berlindung kepada Buddha, kita berikrar untuk memahami Jalan Agung. Kita juga membangkitkan tekad mencapai kebuddhaan. Berlindung kepada Dharma, kita harus menyelami ajaran agar memiliki kebijaksanaan seluas samudra. Berlindung kepada Sangha, kita berikrar untuk memimpin semua makhluk. Jadi, kita harus sungguh-sungguh menggalang Bodhisatwa di tengah masyarakat.

Jika kita semua dapat berpegang pada ajaran Buddha sehingga pikiran dan perbuatan kita dapat menjadi teladan bagi orang lain, kita akan dapat membimbing orang-orang berjalan di jalan Dharma. Kita dapat memimpin semua makhluk tanpa rintangan asalkan memiliki hati yang tulus, yakin diri sendiri tidak egois dan setiap orang punya cinta kasih.

Setiap orang memiliki jalinan jodoh untuk memasuki jalan Buddha, hanya saja kekurangan orang yang membimbing. Kita hendaknya bisa bertekad dan berikrar untuk membimbing semua makhluk yang tiada batas. Namun, untuk dapat membimbing semua makhluk, kita harus memutus noda batin. Jangan sedikit-sedikit bertikai dengan orang lain, mencari siapa yang benar siapa yang salah, serta terus diliputi kemelekatan. Kita merasa diri selalu benar dan orang lain salah.


Noda dan kegelapan batin yang bagaikan debu itu akan membuat kebaikan dalam pikiran kita menjadi bocor. Saya sering mengatakan kepada kalian bahwa kita harus melatih diri untuk mengikis noda batin hingga benar-benar bebas dari kebocoran. Kita harus terus mengikis noda batin hingga tiada yang tersisa.

Dharma yang kita terima jangan sampai bocor kembali. Jangan hanya menjadi selang air. Selang air selalu kosong. Air hanya lewat sebentar. Kita harus mengisi batin kita dengan air Dharma. Kita bisa mengisinya setetes demi setetes. Jika tidak, kita tak akan memiliki Dharma yang membimbing. Tanpa Dharma yang membimbing, kita tidak berdaya. Kita harus senantiasa menghimpun tetes-tetes Dharma untuk membasahi batin orang-orang yang kering. Dengan begitu, benih yang baik dalam batin kita akan berkembang dari satu menjadi tak terhingga.

Sebutir benih bisa tumbuh menjadi tak terhingga. Asalkan ada sebutir benih, kita dapat terus memupuknya dan menggalang lebih banyak Bodhisatwa dunia. Dengan adanya orang, akan ada cara. Kita dapat menghimpun cara ini untuk melakukan hal yang harus dilakukan. Dengan begitu, kekuatan yang terhimpun akan positif.    

Lima alam kehidupan diliputi penderitaan
Memahami ajaran Buddha dan menjalankan ikrar
Berlindung kepada Tiga Permata dan menyerap
Dharma tanpa bocor Mengairi batin semua makhluk dan menyelamatkan dunia

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 28 Mei 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 30 Mei 2021
Dengan keyakinan yang benar, perjalanan hidup seseorang tidak akan menyimpang.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -