Ceramah Master Cheng Yen: Mengairi Batin Semua Makhluk dengan Dharma dan Menyebarkan Cinta Kasih Agung


“Warga Myanmar tidak memahami bahasa Mandarin. Saat ini, kami khawatir akan sulit untuk mengajari mereka. Jadi, kami jelaskan terlebih dahulu maknanya dan mewariskan ajaran Buddha kepada mereka,”
kata Qiu Jin-xiang relawan Tzu Chi.

“Mereka sungguh bersusah payah untuk datang ke desa kami dan membagikan pengetahuan dan kebajikan. Kami sungguh berterima kasih atas sumbangsih mereka,” kata Lwin Lwin Soe warga desa.

Sebagai umat Buddha, kita harus memiliki misi. Setelah menerima ajaran-Nya, kita harus mempraktikkan dan menyebarkannya. Semua orang harus menghimpun kekuatan agar ajaran Buddha dapat tersebar ke seluruh dunia.

Dunia penuh dengan penderitaan. Banyak orang yang menderita dan kurang mampu. Semua makhluk juga dipenuhi dengan kegelapan batin. Dibutuhkan ajaran Buddha untuk melepaskan semua makhluk dari kegelapan batin dan membangkitkan cinta kasih di hati mereka serta membimbing mereka untuk menyelami semangat ajaran Buddha. Ini disebut dengan jalinan kasih sayang dan cinta kasih berkesadaran. Dengan cinta kasih berkesadaran, kita tahu bahwa semua orang memiliki hakikat kebuddhaan. Namun, kegelapan batin telah mengubah manusia menjadi makhluk awam.

Saat ini, makhluk awam yang bertemu ajaran Buddha juga dapat belajar untuk menapaki Jalan Bodhisatwa. Dengan demikian, kita dapat kembali pada hakikat kebuddhaan dan membangkitkan kekuatan cinta kasih untuk membantu orang lain dan dunia. Membantu orang lain dan dunia adalah sesuatu yang dapat kita lakukan. Jangan meremehkan diri sendiri sebagai makhluk awam. Makhluk awam juga dapat menjadi Buddha. Hendaklah kita menyebarkan ajaran Buddha ke seluruh dunia.


Lihatlah, Tzu Chi telah memiliki jalinan jodoh dengan Myanmar selama 14 tahun. Pada saat itu, Badai Nargis telah membawa kerusakan yang ekstrem. Dalam waktu beberapa hari, relawan mulai bergerak dan saling menyerukan untuk berhimpun bersama dan memulai misi bantuan bencana. Hal ini dapat kita lihat dalam sejarah Tzu Chi, seperti “History of Today” di Da Ai TV yang saya lihat kemarin. Ini menunjukkan hal-hal yang terjadi pada tanggal hari ini di tahun-tahun yang telah berlalu. Semuanya sungguh berarti.

Saya berterima kasih kepada staf Da Ai TV yang telah dengan sepenuh hati membawa kita mengingat dan mengenang masa lalu. Saya melihat jalinan jodoh 14 tahun yang lalu dengan Myanmar yang akhirnya membuahkan ide celengan beras. Semua ini dimulai dengan adanya Badai Nargis. Setelah menyalurkan bantuan pascabadai, relawan tetap kembali ke sana untuk terus mendampingi mereka dan mengadakan pembagian bantuan lanjutan tanpa henti. Dengan dukungan dan bantuan dari para relawan, kita telah memperpanjang jalinan kasih sayang di sana.

Relawan setempat telah belajar, bertekad, dan berikrar untuk terus membangun kekuatan cinta kasih di sana. Bantuan awal yang kita berikan dapat membantu masa depan mereka agar lebih baik dengan adanya beras dan benih padi. Para petani mulai menanam padi dengan benih-benih itu. Selama proses bantuan tersebut, relawan Tzu Chi dan cinta kasih Tzu Chi terus menetap di sana. Ada begitu banyak cerita yang menyentuh dari masa-masa itu.


Suatu kali, saat saya berada di Taichung, saya meminta Jing Qi untuk membawa segenggam beras. Dia bertanya, "Untuk apa?" Saya berkata, "Bawa saja berasnya dan taruh di meja. Bantu saya hitung ada berapa butir beras." Apakah kalian tahu berapa banyak jumlahnya? Ada 1.354 butir dalam segenggam beras. Hingga saat ini, 57 ribu rumah tangga di Myanmar adalah donatur celengan beras Tzu Chi. Saat ini, di Myanmar, mereka menyisihkan segenggam beras setiap hari. Jika dikumpulkan setiap bulan, total beras yang disumbangkan dapat membantu lebih dari 3 ribu keluarga kurang mampu.

Kita juga dapat melihat anggota Tzu Ching yang merupakan putri dari U San Thein. Dia pergi bersama dengan orang tuanya untuk menyebarkan ajaran kebajikan dan menginspirasi orang-orang di desa untuk berbuat baik. Meskipun mereka yang membantu orang lain juga kurang mampu, mereka tetap dapat bekerja. Kalaupun mereka adalah petani kurang mampu, mereka tetap bekerja dan memiliki makanan untuk dimakan.

Dengan menyisihkan segenggam beras setiap hari, sumbangan beras dari lebih dari 50 ribu orang dapat membantu lebih dari 3 ribu keluarga kurang mampu. Oleh karena itu, saya sering mengatakan bahwa bersumbangsih tidak akan memengaruhi penghidupan kita. Dengan sedikit demi sedikit sumbangsih yang terkumpul, kita akan dapat membantu orang lain dalam jumlah banyak. Beras yang disumbangkan terkumpul menjadi jumlah yang besar. Jumlah orang yang kita bantu pun menjadi banyak. Sumbangsih lebih dari 50 ribu orang dapat membantu 3 ribu rumah tangga.


Saya sering mengatakan bahwa kita harus belajar tentang angka. Dengan mengumpulkan angka-angka itu, kita bisa merasakan signifikansinya. Pada saat kita menghitung angka dan telah merasakan signifikansinya, kita harus mengembangkan kepercayaan diri. Dengan kepercayaan diri, kita dapat menciptakan berkah yang tak terhingga.

Hendaklah kita memiliki kepercayaan diri dan menyebarkan ajaran kebajikan sehingga orang-orang dapat menerima ajaran yang bajik sama seperti Anda dan saya. Bukankah dunia ini memiliki berkah tak terbatas? Tak terbatas berarti tidak dapat diukur jumlahnya. Inilah berkah. Dengan menciptakan sedikit demi sedikit berkah, maka berkah tak terhingga akan meliputi Bumi ini. Dengan demikian, bukankah negara akan makmur dan rakyat tenteram?

Dengan berkah di sekeliling kita, iklim akan menjadi bersahabat dan semua orang akan menjadi sehat. Hendaklah kita semua mengakumulasi berkah, menciptakan berkah, dan mempraktikkan kebajikan dengan sumbangsih yang tak terhingga. 

Kembali pada hakikat kebuddhaan yang murni
Dharma mengairi batin dan membawa kesejukan
Melenyapkan kemiskinan dan menyebarkan cinta kasih melalui semangat celengan beras
Menciptakan berkah tak terhingga dengan kebajikan dan kebijaksanaan 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 05 September 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Heryanto
Ditayangkan tanggal 07 September 2022     
Cemberut dan tersenyum, keduanya adalah ekspresi. Mengapa tidak memilih tersenyum saja?
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -