Ceramah Master Cheng Yen: Mengairi Ladang Batin dengan Air Dharma

Untuk mempelajari cinta kasih Tzu Chi, berapa uang yang dibutuhkan? Tidak perlu uang, hanya perlu memberikan cinta kasih. Kita bisa lihat kehidupan dan hati manusia yang penuh cinta kasih. Mereka tidak merasa dirinya kurang mampu. Mereka sangat kaya. Saya sering berbicara mengenai alam. Selama empat unsur selaras, iklim tetap bersahabat, dan ada tanah yang subur, kita dapat mengerahkan kekuatan hati kita untuk membawa kebahagiaan bagi orang banyak.

Dengan adanya lahan yang subur, kita membimbing mereka untuk bercocok tanam dengan sepenuh hati dan tenaga, sehingga kini mereka dapat memanen hasilnya. Demikianlah alam ini mengandung sumber daya yang tidak terbatas. Selama kita mau berusaha, sumber daya ini dapat kita daya gunakan. Intinya, kita benar-benar melihat kebahagiaan mereka. Saya pun ikut bahagia. Kini, kita harus berusaha maju selangkah lagi untuk mengubah kehidupan mereka di Afrika dan mengubah kondisi daerah tempat tinggal mereka agar anak-anak mereka dapat mengenyam pendidikan, sehingga anak-anak dan generasi penerus mereka di masa depan dapat menuju keberhasilan.


Jadi, di sana kita juga mendirikan sekolah untuk mereka. Kita terlebih dahulu mendirikan sekolah yang sederhana, lalu selangkah demi selangkah memperbaiki kualitas pendidikan mereka. Saya bersyukur atas jalinan jodoh dengan relawan kita, Dino. Dia (Dino) dapat berkomunikasi dengan masyarakat setempat dan berkoordinasi dengan pemerintah agar dapat memberikan bantuan sesuai kebutuhan warga setempat, kita memberi bantuan selangkah demi selangkah.

Inilah yang selalu saya katakan, "Meresap secara perlahan-lahan". Ibarat bercocok tanam di suatu tempat, berapa banyak air yang perlu kita alirkan, cepat atau lambat, diteteskan sedikit demi sedikit atau disiram langsung, semua bergantung pada kondisi lahannya.

Jadi, untuk menentukan seberapa banyak sumber daya yang harus kita salurkan ke sana, kita harus menggunakan kebijaksanaan kita. Kita memiliki sumber daya dan cinta kasih, tetapi juga harus menggunakan kebijaksanaan untuk menentukan apakah bantuan harus disalurkan sekaligus atau sedikit demi sedikit. Ini bergantung pada kondisi di sana. Kita terlebih dahulu membimbing mereka untuk bersumbangsih sedikit demi sedikit dengan cinta kasih.

Sedikit demi sedikit kekuatan dapat terhimpun menjadi besar. Setiap orang dapat bersumbangsih sesuai kemampuan. Inilah yang disebut membimbing orang untuk menumbuhkan cinta kasih dan memperluas tekad. Untuk berjalan di Jalan Bodhisattva, Anda dapat bersumbangsih dalam bentuk uang, tenaga, ataupun turut bersukacita atas kebajikan orang lain. Semua ini adalah kekuatan yang positif. Inilah pendidikan bagi seluruh masyarakat. Inilah yang disebut pelajaran besar.

“Bahan makanan ini saya tanam sendiri. Master Cheng Yen berkata bahwa ini juga sumbangsih,” kata Chamberele, relawan setempat.

“Selain tepung jagung ini, tiada yang bisa saya berikan untuk membantu mereka,” lanjut Jose, relawan setempat.

“Saya tak punya uang untuk didonasikan, tetapi saya memiliki sedikit hasil panen dari ladang saya,” ujar Fatimah, relawan setempat.


Di seluruh dunia, Tzu Chi telah membantu dan menginspirasi banyak orang. Meski beda warna kulit dan bahasa, para relawan di berbagai negara dapat mengatakan "Tzu Chi" dan "Gan'en" (terima kasih).

Ini adalah bahasa universal di antara kita semua. Apa pun bahasa ibu mereka, mereka bisa mengatakan "Gan'en" dan "Tzu Chi". Ada Tzu Chi dalam hati dan perbuatan mereka.

“Demi mengikuti ritual namaskara, kemarin malam kami tidur di luar. Dingin sekali, cukup menyiksa, tetapi semuanya patut diperjuangkan karena bimbingan Master Cheng Yen dan Ajaran Buddha dapat memimpin kami dan keluarga mengubah kehidupan,” tutur Fernando, Relawan asal Nhamatanda.

“Master Cheng Yen membimbing dengan pelajaran besar. Ajaran Buddha bagaikan obat yang dapat mengobati batin. Namun, kita sendiri harus mau meminumnya,” ungkap Maria Olinda, relawan Tzu Chi.

“Dahulu kami menganggap aktivitas relawan sebagai pekerjaan. Kini kami menganggapnya sebagai misi. Saya sering mendengar suara hati saya berpesan agar saya membantu orang-orang yang menderita di sekitar saya,” kata Anna Maria, relawan Tzu Chi.

Mereka semua adalah murid saya yang baik. Mereka sudah berjodoh dengan saya sejak kehidupan lampau, sehingga pada kehidupan sekarang saya dapat membimbing mereka.

Di kehidupan mendatang, kami akan tetap memiliki tekad yang sama dan melanjutkan perjalanan Bodhisattva dunia ini dengan tekad yang lebih kuat. Lihatlah, mereka begitu tertib dan teratur. Mereka juga tetap menjaga jarak fisik dan tidak berdesakan. Mereka tetap mematuhi protokol kesehatan dengan baik.

Pandemi kali ini mengandung pelajaran besar. Kita harus berdisiplin. Saat bekumpul, kita harus tetap menjaga jarak fisik. Kebersihan juga harus dijaga dengan baik. Batin juga harus diselaraskan. Ketamakan dan kemelekatan masa lalu, seperti nafsu akan cita rasa yang membawa pada pembunuhan hewan hanyalah mendatangkan kenikmatan sesaat, tetapi membuat pikiran kita menyimpang.


Saat ini kita harus meluruskan pikiran kita kembali. Lihatlah, para relawan di Afrika sangat menaati protokol kesehatan. Selama bertahun-tahun, mereka berusaha membenahi kehidupan mereka sendiri. Meski tinggal di lingkungan yang penuh keterbatasan mereka tetap mendisiplinkan pikiran mereka. Jika setiap orang dapat belajar seperti itu, pandemi akan lebih cepat berlalu. Inilah pelajaran besar.

Kini, yang dapat dilakukan hanyalah menyucikan hati manusia. Inilah obat yang paling mujarab saat ini. Singkat kata, harap semua orang berlatih untuk menghentikan nafsu keinginan dalam batin. Inilah yang disebut “Berhenti”. Tenangkanlah batin kita dan mendengarlah dengan sungguh-sungguh. Dengarlah ajaran kebenaran. Melihatlah dengan sepenuh hati. Kondisi dunia saat ini adalah pelajaran yang paling nyata. Renungkanlah kebahagiaan yang kita miliki. Bukankah kita harus bersyukur?

Jadi, dari segala yang kita lihat dan dengar setiap hari kita tahu betapa beruntungnya diri kita. Kita harus bersyukur selamanya. Orang yang memiliki rasa syukur, baru bisa memiliki cinta kasih yang tulus, kita dapat memiliki kekuatan untuk bersumbangsih. Mengairi ladang batin demi menumbuhkann benih kebajikan meyakini Dharma tanpa terintangi dan memetik hasilnya menjaga kedisiplinan diri dan menghentikan nafsu keinginan. Bersumbangsih dengan cinta kasih demi menciptakan berkah.

Mengairi ladang batin demi menumbuhkan benih kebajikan
Meyakini Dharma tanpa terintangi dan memetik hasilnya
Menjaga kedisiplinan diri dan menghentikan nafsu keinginan
Bersumbangsih dengan cinta kasih demi menciptakan berkah
 
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 23 Juni 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 25 Juni 2021  
Penyakit dalam diri manusia, 30 persen adalah rasa sakit pada fisiknya, 70 persen lainnya adalah penderitaan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -