Ceramah Master Cheng Yen: Mengajak Orang-orang Bervegetaris untuk Menciptakan Karma Baik Kolektif
Melihat penderitaan para pengungsi, kita hendaknya menyadari dan menghargai berkah. Kita harus tahu bahwa bencana terjadi akibat karma kolektif semua makhluk. Karma baik dan karma buruk kolektif terus tarik-menarik. Kekuatan manakah yang lebih kuat? Karma buruk atau karma baik? Ini bergantung pada kesadaran kita.
Kita hidup di era kemunduran Dharma dan zaman yang penuh dengan kekeruhan, tetapi kita terbuai di dalamnya dan belum menyadarinya. Lihatlah, sebersit niat jahat bisa menimbulkan begitu banyak bencana di seluruh dunia. Sebaliknya, dengan sebersit niat baik, relawan kita bisa menapaki jalan bersalju serta menerjang angin dan hujan untuk menyalurkan bantuan dan membawa kehangatan bagi orang lain.
Tahun ini, pembagian bantuan musim dingin sudah dimulai di berbagai wilayah di Tiongkok. Ini sungguh kisah yang penuh kehangatan. Pada suhu minus puluhan derajat Celsius, relawan kita tetap menapaki jalan bersalju di tengah malam dan berkumpul bersama untuk menyiapkan bubur dan lain-lain bagi orang-orang yang akan datang untuk mengambil beras. Berhubung khawatir para lansia yang datang terlalu pagi akan kedinginan, relawan kita pun menyiapkan bubur yang hangat untuk mereka.
Inilah kekuatan cinta kasih yang bisa menolong banyak orang. Ini merupakan kekuatan yang baik. Namun, kekuatan yang baik dan buruk, yang manakah yang lebih kuat? Dalam proses tarik-menarik ini, kekuatan yang mana yang akan menang?
Kita bisa melihat para relawan kita berusaha mengajak orang-orang bervegetaris. Sesungguhnya, gerakan bervegetaris pada tanggal 11 Januari berawal dari Konferensi Perubahan Iklim PBB di Paris. Saat itu, para hadirin dalam konferensi telah sepaham bahwa meningkatnya kadar karbon dioksida dan meningkatnya temperatur di Bumi berkaitan erat dengan pola hidup manusia.
Jika kita bisa bervegetaris dalam kehidupan sehari-hari, maka peternakan akan berkurang. Jika peternakan berkurang, maka penggunaan sumber daya alam akan berkurang. Bayangkanlah, butuh berapa banyak air untuk membesarkan seekor sapi? Jika dianalisis, sepotong steik sapi yang hanya bisa dinikmati sebentar itu menghabiskan banyak sumber daya alam. Dalam sekali makan, semangkuk sup, semangkuk nasi, dan sedikit sayuran saja, gizi kita sudah tercukupi.
Namun, jika kita mengonsumsi makanan hewani, maka sumber daya alam akan terkuras. Yang dimakan hewan-hewan ternak adalah tanaman pangan. Kini orang-orang juga menggunakan pakan aditif. Kini, cara beternak juga berbeda dengan dahulu, hewan ternak tidak ditempatkan di alam bebas.
Kita harus tahu bahwa semua makhluk memiliki kesadaran. Hati mereka dipenuhi rasa benci karena kehilangan kebebasan dan dikurung di dalam kandang. Mengapa bisa muncul penyakit sapi gila, penyakit mulut dan kuku, serta penyakit flu burung? Karena virus di dalam tubuh mereka telah bermutasi. Karena itu, virus pada hewan bisa menular pada manusia.
Karena itu, setiap kali muncul flu burung atau penyakit menular lainnya, hewan-hewan dimusnahkan dalam jumlah besar, hingga jutaan ekor. Ini menciptakan karma buruk besar. Karma buruk ini akan berbuah. Selain itu, setiap hari, lebih dari 100 juta ekor hewan dibunuh hanya demi memenuhi nafsu makan manusia. Ini sungguh menyeramkan.
Dalam Konferensi Perubahan Iklim PBB, semua itu dibahas secara menyeluruh. Di sana, Tzu Chi menggalakkan pola makan vegetaris. Perwakilan dari beberapa negara berkata bahwa setiap orang hendaknya menyambut gerakan bervegetaris pada tanggal 11 Januari. Sesungguhnya, gerakan ini bukan hanya untuk tanggal 11 Januari. Kita berharap setiap hari, setiap orang bisa bervegetaris setiap kali makan. Jadi, gerakan ini bukan hanya untuk satu hari. Kita sangat berharap setiap orang bisa bervegetaris setiap hari setiap kali makan.
Bodhisatwa sekalian, kita menggalakkan pola makan vegetaris untuk membina cinta kasih dan welas asih. Kita berharap bisa menciptakan lebih banyak karma baik yang bisa mengalahkan karma buruk. Dengan menciptakan berkah, barulah kita bisa mengikis karma buruk. Kita juga harus berusaha untuk menyucikan hati orang-orang yang tersesat. Kita harus mengasihi Bumi.
Sungguh, janganlah kita membiarkan Bumi jatuh sakit lagi. Kita berharap tujuan gerakan bervegetaris pada tanggal 11 Januari kali ini bica tercapai. Di dunia ini, terdapat banyak orang yang penuh kebajikan dan cinta kasih. Demi menyelamatkan nyawa hewan dan tidak melukai welas asih manusia, kita berharap hewan tidak diternak dan dibunuh.
Membunuh hewan bukan hanya melukai welas asih manusia, tetapi juga membahayakan kesehatan manusia. Jadi, kita membahayakan kesehatan dan melukai welas asih diri sendiri. Kita berharap hewan tidak diternak dan dibunuh karena itu sangat kejam dan menyedihkan. Dari aspek hukum karma, kita tidak seharusnya membunuh. Dari aspek kesehatan, kita hendaknya bervegetaris. Ini bukan semata-mata dari aspek agama.
Setiap orang hendaknya membina welas asih untuk menyelamatkan umat manusia. Namun, sesuai ajaran Buddha, yang lebih tepatnya adalah menyelamatkan semua makhluk. Semua makhluk bukan hanya manusia. Kita harus menyelamatkan semua makhluk bernyawa. Kita hendaknya menerapkan konsep seperti ini. Kita bukan hanya harus menyelamatkan manusia, melainkan menyelamatkan semua makhluk. Saya berharap insan Tzu Chi dapat menyosialisasikan konsep ini dengan setiap orang yang ditemui.
Sebersit niat bisa memengaruhi alam semesta
Setiap orang hendaknya sadar bahwa kekuatan karma baik dan buruk
terus tarik-menarik
Jangan menciptakan karma buruk membunuh dan lindungilah semua
makhluk bernyawa
Bervegetaris untuk membina welas asih
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 11 Januari 2017
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 13 Januari 2017