Ceramah Master Cheng Yen: Mengajak Orang-orang untuk Menciptakan Berkah
Menghadapi pandemi tahun ini, saya sangat bersyukur atas kecanggihan teknologi zaman sekarang sehingga insan Tzu Chi di seluruh dunia dapat terhubung dalam jaringan dan bertemu dalam persamuhan Dharma. Para insan Tzu Chi memiliki jalinan jodoh untuk terhubung lewat telekonferensi, menceritakan beban pikiran, atau saling berbagi pemahaman setelah mendengar Dharma.
Saat kita memiliki beban pikiran, berinteraksi dengan orang lain dan saling menyemangati ialah hal yang sangat baik. Jika tidak melakukan telekonferensi, dengan merebaknya wabah COVID-19 dan akses transportasi yang terputus, kepada siapakah kita bisa mencurahkan isi hati kita?
Beruntung, lewat telekonferensi, kita bukan hanya bisa mendengar, juga bisa melihat satu sama lain. Layar proyektor di depan hanyalah sepotong kain putih. Namun, saat digunakan dalam telekonferensi, proyeksi di layar itu terlihat nyata. Saya bagaikan pergi ke Prancis serta melihat banyak orang dan mendengar suara mereka di sana. Namun, begitu telekonferensi berakhir, yang tersisa hanyalah sepotong kain putih tanpa ada apa-apa di atasnya.
Meski teknologi sangat canggih, tetapi waktu pemakaiannya terbatas. Begitu pula dengan kehidupan manusia. Usia kehidupan kita juga terbatas dan kita tidak bisa melihat kejadian kemarin. Kehidupan kita dan segala sesuatu yang terjadi kemarin sudah berlalu seiring waktu. Untuk merekam sesuatu, kita membutuhkan teknologi. Untuk menonton video yang direkam, kita juga membutuhkan peralatan, termasuk kain putih yang rata itu.
Kita juga melihat para BodhisatWa dunia di Afrika yang hidup di tengah kondisi yang sulit. Meski demikian, batin mereka sangat kaya. Mereka kekurangan secara materi, tetapi batin mereka sangat kaya. Mereka senantiasa merasa gembira. Tekad pelatihan mereka juga sangat teguh. Mereka menapaki jalan ini selangkah demi selangkah dengan mantap. Dalam telekonferensi dengan mereka kemarin, saya sangat tersentuh.
Kita juga melihat di Tiongkok, ada sekelompok relawan lansia yang sangat menggemaskan. Mereka mengeluarkan alat tenun tradisional dan dengan tulus menenun kasih sayang antara guru dan murid. Mereka menenun kain dengan kesungguhan hati. Seorang relawan memberikan usul dan disambut oleh sekelompok relawan. Mereka ingin membuat seprai untuk dipersembahkan pada saya. Semuanya berawal dari sebersiat niat. Niat ini sangat berharga. Ini merupakan persembahan yang paling berharga bagi saya.
Dalam ceramah pagi beberapa hari ini, bukankah saya mengulas tentang BodhisatWa Sarvasattvapriyadarsana (BodhisatWa Yang Disenangi Semua Makhluk)? Dari kehidupan ke kehidupan, dia memberi persembahan kepada Buddha. Dia sepenuh hati bertapa dan tekun melatih diri. Selain itu, dia juga memberi persembahan dengan mempraktikkan Dharma.
Bukankah para relawan lansia itu juga demikian? Mereka menenun kain dengan hati yang tulus. Setiap helai benang mengandung kerinduan mereka pada saya. Karena itulah, mereka berkata bahwa mereka menenun kasih sayang guru dan murid. Benar. Mereka sungguh menggemaskan. Mereka merupakan murid saya yang baik dan dekat dengan hati saya. Intinya, hati adalah pelopor segalanya. Yang terpenting ialah hati dan pikiran kita.
Kita juga melihat para Bodhisatwa menjangkau semua makhluk yang menderita. Kini Tiongkok dilanda banjir besar. Saya terus mengingatkan relawan kita untuk tidak pergi ke lokasi yang berbahaya. Sebagian wilayah sangat berbahaya karena masih diguyur hujan dan tanah longsor masih terjadi. Janganlah pergi ke wilayah yang berbahaya. Jika ingin menjangkau lokasi bencana, mereka harus memastikan keselamatan diri.
Saya juga mengingatkan mereka untuk tidak pergi ke lokasi bencana yang jauh karena bencana masih terus terjadi. Hujan masih turun dan cuaca belum stabil. Jadi, semua orang harus meningkatkan kewaspadaan. Jadi, relawan di Tiongkok menjangkau orang yang membutuhkan di sekitar mereka. Beruntung, semua insan Tzu Chi selamat sehingga bisa menjangkau wilayah yang dilanda kesulitan dan membutuhkan bantuan darurat untuk bersumbangsih.
Kemarin, relawan kita juga membahas tentang metode penyaluran bantuan. Saya berkata, “Kita harus memberikan bantuan yang benar-benar berguna bagi orang-orang yang membutuhkan, bukan ala kadarnya.” Bantuan darurat harus diberikan tepat waktu, tetapi keselamatan harus diutamakan. Kita bisa memberikan bantuan ke tempat yang aman untuk dijangkau.
Intinya, dunia ini membutuhkan Tzu Chi dan Tzu Chi membutuhkan himpunan kekuatan orang-orang untuk menjangkau dan menolong orang-orang yang menderita. Banyak hal yang ingin saya sampaikan. Saya bersyukur dan berharap para Bodhisatwa yang terhubung dalam jaringan tetap ingat untuk merekrut Bodhisatwa dunia.
Dalam bab Guru Dharma dari Sutra Teratai, Buddha juga merekrut Bodhisatwa. Kini kita semakin membutuhkan jalinan jodoh. Dengan kecanggihan teknologi zaman sekarang, meski tidak keluar rumah, kalian juga bisa menggunakan ponsel untuk berbagi informasi tentang Tzu Chi atau penderitaan di dunia dengan kerabat dan teman kalian.
Kalian juga bisa berbagi dengan mereka tentang hal-hal yang dilakukan oleh Tzu Chi serta mengajak orang-orang untuk mendukung Tzu Chi dan bergabung dengan Tzu Chi. Dengan demikian, barulah kita memiliki kekuatan untuk bersumbangsih bagi dunia. Berhubung dunia ini penuh penderitaan, kita harus bersumbangsih dengan cinta kasih Bodhisatwa. Waktu berlalu dengan sangat cepat. Kita harus bersungguh-sungguh menggenggam waktu.
Saya bersyukur kepada insan Tzu Chi di seluruh dunia yang menghimpun kekuatan cinta kasih. Tetaplah tekun dan bersemangat melatih diri. Semoga kalian semua aman dan tenteram. Semoga kalian semakin tekun mendengar Dharma dan dipenuhi sukacita dalam Dharma. Kita harus bersumbangsih bagi dunia. Dengan bersumbangsih, kita akan merasa damai dan bahagia.
Pertemuan
lewat telekonferensi melampaui perbatasan negara
Menenun
kain sebagai wujud kerinduan terhadap Master
Mengatasi
kesulitan dengan welas asih dan kebijaksanaan
Mengajak orang-orang untuk menciptakan berkah
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 15 Juli 2020