Ceramah Master Cheng Yen: Mengajari Anak-Anak dengan Cinta Kasih
“Saya adalah manajer program ini. Pertama-tama, saya bersyukur kepada Tzu Chi, terlebih dr. Ho yang telah memulai jalinan jodoh baik ini untuk kita semua. Saya dan tim saya sangat beruntung dapat turut mengambil bagian dalam program ini. Secara keseluruhan, saya merasa bahwa kita telah mewujudkan sesuatu yang sangat sulit dalam pengajaran Bahasa,” kata Hu Cui-jun Lektor Universitas Nasional Normal Taiwan.
“Mengajari murid-murid Sekolah Internasional El Menahil sungguh tidak mudah karena bahasa ibu para guru bukanlah bahasa Inggris, melainkan bahasa Arab. Bahasa Arab dan bahasa Mandarin termasuk rumpun bahasa yang sangat berbeda. Jadi, menghadapi kendala bahasa yang merupakan suatu tantangan dan kesulitan bagi kita, kita terus melangkah hingga sekarang. Melihat murid-murid bersedia belajar, bahkan motivasi belajar mereka makin kuat, sesungguhnya saya sangat tersentuh. Saya juga berharap siklus kebajikan ini dapat terus berlanjut,” pungkas Hu Cui-jun.
Saya sangat bersyukur atas kemajuan teknologi sekarang. Meski hanya berbicara lewat telekonferensi, kita tetap merasa dekat satu sama lain. Sungguh, pendidikan adalah suatu tanggung jawab. Kita harus mengajarkan yang benar dan lurus.
Kita sering mendengar tentang Sekolah Internasional El Menahil di Turki. Murid-murid di sana menggunakan bahasa yang berbeda dengan kita. Relawan Hu adalah seorang umat Islam dan kita adalah umat Buddha. Meski demikian, kita dapat bekerja sama. Kita memiliki tujuan yang sama, yaitu membimbing orang-orang ke arah yang bajik. Bagaimana hendaknya kita menghadapi semua orang dan hal?
Terdapat banyak negara di seluruh dunia dengan berbagai perbedaan. Kelak, anak-anak kita mungkin juga akan pergi ke negara lain. Karena itu, mereka perlu menguasai bahasa lain. Jadi, menguasai lebih dari satu bahasa adalah hal yang penting dan mendasar. Lewat sekolah, kita mengajarkan kebajikan dan cinta kasih kepada anak-anak. Ini merupakan tanggung jawab kita.
Pendidikan adalah suatu tanggung jawab sekaligus harapan bagi dunia ini. Karena itu, kita hendaknya bersungguh hati dalam hal ini. Tentu saja, Relawan Hu beserta istrinya, Nadya, juga bersumbangsih di Sekolah Internasional El Menahil. Nadya sangat bersungguh hati dalam mendidik anak-anak. Mereka bukan hanya mengajarkan bahasa, tetapi juga mengajarkan bagaimana berbuat baik, seperti menghimpun tetes demi tetes cinta kasih.
Saya berharap selain mengasihi dan membantu mereka, kita juga dapat menghibur mereka dengan ketulusan. Kita harus berinteraksi dengan mereka dari hati ke hati. Intinya, orang yang bersumbangsih hendaknya dipenuhi rasa syukur terhadap orang-orang yang menerima bantuan. Kita harus bersyukur kepada penerima bantuan. Orang yang menerima bantuan juga akan bersyukur. Ini adalah hal yang wajar di dunia ini. Berhubung menerima bantuan dari kita, mereka pun berterima kasih pada kita. Seperti yang saya katakan, ini hanyalah tata krama.
Sungguh, orang yang memberikan bantuan hendaknya bersyukur kepada penerima bantuan karena telah diberi kesempatan untuk membangkitkan cinta kasih dan bersumbangsih dengan keseimbangan batin. Kita memberi dengan sukarela. Kita juga membimbing orang-orang untuk bersyukur setelah memberi. Ini demi membimbing orang-orang untuk memperlakukan sesama dengan cinta kasih yang tulus. Saya berharap kita dapat membimbing orang-orang untuk tidak membeda-bedakan dan membina cinta kasih yang tulus.
“Dalam periode ini, saya juga mendengar Paman Faisal Hu berbagi tentang gambar yang dibuat oleh seorang murid yang telah masuk fakultas kedokteran. Gambar itu menunjukkan bahwa Tzu Chi bagaikan sebuah perahu dan para pengungsi Suriah berada di atas perahu tersebut. Ini mengingatkan saya akan penggalan dalam bab Sifat Luhur dari Sutra Makna Tanpa Batas yang berbunyi, ‘Nakhoda agung mengangkut semua makhluk menyeberangi sungai kelahiran kembali untuk mencapai pantai Nirvana.’ Saya merasa bahwa semua anggota tim pendamping pembelajaran dalam program kali ini bagaikan nakhoda agung,” kata Lin Zi-heng Relawan Tzu Chi.
“Dalam proses ini, sebagai nakhoda, kami harus bersungguh-sungguh membimbing murid-murid merampungkan pembelajaran mereka. Meski prosesnya penuh kesulitan, tetapi dengan berpegang pada ikrar Kakek Guru dan di bawah doa para insan Tzu Chi, kami berharap tekad awal dan niat baik kami dapat membawa cinta kasih dan kedamaian bagi anak-anak Suriah dan dunia ini,” pungkas Lin Zi-heng.
Gambar yang diceritakan oleh relawan tadi sesuai dengan isi Sutra Makna Tanpa Batas, yaitu menyeberangkan semua makhluk ke pantai kebahagiaan. Bagi saya, gambar ini saja tidak habis untuk saya jelaskan seumur hidup saya. Yang terpenting ialah mempraktikkannya secara nyata. Kita bisa berinteraksi seperti ini dengan mereka yang berada di Turki karena kita telah membuka hati untuk bersumbangsih dengan tulus dan saling menghormati tanpa memandang perbedaan agama.
Agama mengajarkan prinsip kebenaran. Meski terdapat perbedaan era dan budaya di setiap negara pun berbeda-beda, tetapi prinsip kebenaran selalu sama. Jadi, kita hendaknya saling menghormati dan bersyukur. Kita mengasihi anak-anak Suriah dengan tulus dan mereka juga membalas cinta kasih kita. Saya sudah merasa sangat puas. Anak-anak itu juga mengungkapkan ketulusan mereka lewat gambar. Yang menjadi perantara adalah Relawan Hu. Tanpa Relawan Hu, kita tidak akan bisa membantu para pengungsi di Turki.
Dengan kemajuan teknologi sekarang, kita bisa melihat banyak orang yang menderita, terlebih di Turki yang menampung banyak pengungsi. Saat para pengungsi tiba di sana, ada relawan kita yang menyambut dan membantu mereka. Karena itulah, saya selalu berkata bahwa beruntung ada mereka di Turki. Semua ini merupakan jalinan jodoh yang menakjubkan.
Kita bersyukur dapat menjangkau dunia internasional dan berkesempatan untuk membantu pendidikan anak-anak. Kita juga sangat bersyukur kepada Profesor Sung, wakil rektor Universitas Nasional Normal Taiwan. Sungguh, beliau sangat bersungguh hati dan para guru pun mendukung. Saya berharap kita memiliki lebih banyak jalinan jodoh untuk membantu pendidikan anak-anak di sana. Kita melakukannya dengan hati yang tulus. Singkat kata, banyak hal yang patut disyukuri.
Dalam mendampingi anak-anak belajar, kalian harus melakukannya dengan baik. Genggamlah jalinan jodoh dan kesempatan untuk mengajarkan bahasa dan membangun citra mereka. Jadi, orang yang mendampingi anak-anak belajar juga harus berperilaku lurus. Sebagai wujud cinta kasih yang tulus, kita hendaknya bersungguh hati dalam membimbing anak-anak. Dengan demikian, barulah generasi berikutnya bisa dipenuhi energi positif dan tidak menyimpang. Untuk menciptakan energi positif ini, generasi kalian harus membimbing mereka dengan baik.
Membimbing orang-orang ke arah yang bajik
Bersyukur, menghormati, dan membimbing dengan bijaksana
Menghimpun energi positif lewat pendidikan
Mengajari anak-anak dengan cinta kasih
Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 25 Juli 2023
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Felicia
Ditayangkan Tanggal 27 Juli 2023