Ceramah Master Cheng Yen: Mengajarkan Kebajikan dan Mempertahankan Tekad Guru


“Saya bergabung dengan Tzu Ching pada tahun 1997. Saat menjadi anggota Tzu Ching, saya mendapatkan cinta kasih dari ibu asuh Tzu Chi sehingga saya bisa benar-benar merasakan bagaimana rasanya menjadi seorang anak. Saya juga meneruskan cinta kasih ini kepada murid-murid di kelas saya. Setelah mengikuti pelatihan guru, saya mulai mencoba pengajaran Kata Renungan Jing Si setiap hari Jumat sore. Saya juga mengajak anak-anak menonton program ‘Petualangan Xiao Li Zi’,”
kata Qiu Yi-jun Anggota Asosiasi Guru Tzu Chi.

“Suatu kali, seorang gadis cilik berusia 3 tahun tiba-tiba mengangkat tangan dan bertanya pada saya, ‘Bu Guru, mengapa Xiao Li Zi dan teman-temannya tidak perlu mengenakan masker saat bersekolah?’ Kami lalu berkata pada murid-murid, ‘Tahukah kalian bagaimana cara mengucapkan selamat tinggal pada masker? Dengan lebih sering bervegetaris serta mengasihi dan melindungi Bumi Pertiwi.’ Jadi, kami mulai menanam beragam sayuran sendiri,” pungkas Qiu Yi-jun.

Mengenang masa lalu, saat masih berusia paruh baya, saya melihat muda mudi yang akan memasuki tahap dewasa mulai mempelajari Kata Renungan Jing Si. Semua orang antusias mempelajari Kata Renungan Jing Si dan membangun ikrar. Di antara orang-orang yang berikrar saat itu, entah berapa banyak yang masih bertahan di Tzu Chi. Demikianlah dunia ini.

Ada orang yang berpegang pada kata-katanya, ada pula yang hanya berkata-kata kosong. Akan tetapi, tidak peduli orang-orang berpegang pada kata-katanya atau tidak, singkat kata, demikianlah kehidupan. Bagaimanapun, setiap orang hendaknya mengintrospeksi diri. Setiap hari, saya menginventarisasi apa yang telah saya lakukan selama ini dan menyadari bahwa saya telah memanfaatkan setiap hari dengan baik tanpa menyia-nyiakan satu detik pun. Pada malam hari, saya beristirahat.


Saat akan beristirahat, saya juga bersungguh-sungguh melepas segalanya. Jadi, saya bisa beristirahat dengan baik di malam hari. Keesokannya, saya akan bangun tepat waktu dan yang pertama muncul dalam benak saya ialah rasa syukur. Saya selalu tulus bersyukur dapat tidur nyenyak pada malam sebelumnya dan membuka mata pada pagi hari sehingga memiliki harapan pada hari itu. Setelah itu, saya akan memikirkan apa yang harus saya lakukan hari itu.

Kehidupan terbagi atas beberapa tahap. Kita harus menggenggam waktu untuk melakukan hal yang benar dengan cara yang benar. Demikianlah saya menjalani hari demi hari. Berhubung saya memberikan ceramah setiap hari, jika berniat, kalian dapat mendengarnya kapan pun. Kini, setiap orang memiliki ponsel dan jaringan internet selalu ada. Dengan beberapa gerakan tangan yang sederhana, kalian bisa mengetahui dengan jelas apa yang tengah dilakukan Tzu Chi dan apa rencana saya selanjutnya.

Kini, ada anggota Asosiasi Guru Tzu Chi yang merupakan alumni Tzu Ching. Saya yakin bahwa hati alumni Tzu Ching tidak berubah. Selain itu, mereka juga masih aktif di Tzu Chi. Mereka telah mengikuti pelatihan relawan, bergabung dengan Tzu Chi, dan memahami Tzu Chi. Tidak peduli berapa lama waktu berlalu, Tzu Chi tetap ada dalam hati mereka. Karena itu, saya merasa sangat terhibur.

Namun, ada yang ingin saya katakan kepada para guru yang juga merupakan alumni Tzu Ching di sini. Kini, kalian telah bertekad dan berikrar. Saya ingin kembali mengingatkan bahwa kalian telah memasuki usia paruh baya. Masa muda kalian telah berlalu. Kini, kalian telah mengemban tanggung jawab sebagai Bodhisatwa Tzu Chi. Apa pun keyakinan kalian, asalkan kalian bersumbangsih di tengah masyarakat dengan cinta kasih, di Tzu Chi, kalian disebut "makhluk berkesadaran".


Makhluk berkesadaran terbebas dari delusi dan kegelapan batin yang dapat menyelimuti sifat hakiki yang murni. Jadi, hakikat Bodhisatwa yang murni masih ada. Hati kalian tidak berubah, masih sama seperti saat kalian menjadi anggota Tzu Ching.

Saya telah melihat sekelompok guru yang membangun tekad yang sama seperti saat masih muda. Kini, murid kalian juga tidak sedikit. Dengan meneruskan kata-kata baik kepada murid-murid, termasuk yang telah lulus, berarti kalian telah menyebarkan Dharma untuk membawa manfaat bagi semua makhluk. Kata-kata baik harus terus disebarkan. Kalian menyebarkannya kepada murid-murid kalian dan murid-murid kalian dapat menyebarkannya kepada murid-murid mereka.

Pendidikan tidaklah berujung. Jalan pendidikan ini sangatlah panjang. Di kehidupan sekarang, saya adalah guru kalian. Di kehidupan mendatang, saya mungkin akan menjadi murid kalian. Dalam jalan yang panjang ini, kita terus saling membimbing secara bergilir. Genggamlah waktu sekarang untuk menunaikan tanggung jawab kalian sebagai guru. Jiwa kebijaksanaan kita berada dalam kendali diri sendiri. Kita harus bersungguh-sungguh mengembangkan nilai dari jiwa kebijaksanaan kita.

Kita hendaknya mengerahkan segenap hati dan tenaga untuk menjalankan tekad dan ikrar kita demi membawa manfaat bagi semua makhluk. Asalkan ada hal baik, sertakanlah diri kalian, saya, dan setiap murid kalian. Ini bisa terwujud asalkan kita bersungguh hati. Hanya bersungguh hati tidaklah cukup. Kita harus lebih bersungguh hati.


“Karena terlibat tawuran di luar sekolah, seorang murid saya masuk lembaga pembinaan remaja. Saat pergi mengunjunginya, saya berkata padanya, ‘Genggamlah tangan saya dengan erat.’ Dia berkata, ‘Bu Guru, tanganmu begitu kecil. Tangan Bu Guru bisa patah gara-gara saya.’ Saya berkata padanya, ‘Tanganmu yang kuat ini hendaknya tidak melukai orang lain. Kamu hendaknya melakukan hal yang bermakna.’ Setelah lulus, dia mengikuti kedua orang tuanya untuk bekerja sebagai petugas kebersihan,”
kata Chen Ying-ru Guru pendidikan luar biasa.

“Ada seorang murid yang ayahnya tidak bekerja dan ibunya selalu mengalami KDRT oleh ayahnya. Akhirnya, kedua orang tuanya bercerai. Sesungguhnya, sejak duduk di bangku kelas 1, anak ini selalu tidak bisa makan secara teratur dan tidak tahu untuk bersekolah. Saya sering berkunjung dan mengetuk pintu rumahnya untuk membawanya berangkat ke sekolah,” kata Lin Yi-jun Anggota Asosiasi Guru Tzu Chi.

“Belasan tahun setelah lulus, dia kembali ke sekolah untuk mengunjungi saya dan berkata bahwa dia selalu ingat bagaimana saya mendampinginya saat dia berjalan menyimpang. Dia juga memberi tahu diri sendiri bahwa meski keluarganya tidak harmonis dan pendidikan terakhirnya tidak mengesankan, hanya lulusan SMK, tetapi apa pun pekerjaannya, dia akan selalu menghasilkan uang secara legal,” pungkas Lin Yi-jun.

Saya berharap kalian semua dapat meningkatkan kualitas pendidikan kita karena pendidikan membawa harapan. Orang-orang zaman dahulu selalu berkata bahwa keluarga yang memupuk kebajikan akan dipenuhi berkah yang berlimpah. Intinya, kita harus mengajarkan kebajikan pada anak-anak.

Masyarakat hidup aman dan tenteram, inilah berkah sesungguhnya bagi dunia. Karena itu, kini kita harus kembali meningkatkan kualitas pendidikan kita. Saya berharap semua orang dapat menciptakan berkah agar masyarakat dipenuhi berkah dan hidup tenteram. Ini bergantung pada pendidikan. Jika pendidikan tidak dijalankan dengan baik, energi kebaikan tidak akan bisa ditingkatkan. Orang-orang akan terus bertikai sehingga masyarakat selamanya tidak akan damai.

Menginventarisasi kehidupan dan tidak menyia-nyiakan waktu
Merenung dengan tenang, bersyukur, dan melakukan praktik nyata
Membangun dan mempertahankan ikrar serta mewarisi tekad guru
Mengajarkan kebajikan dan membina insan berbakat untuk menciptakan berkah bagi dunia

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 28 Mei 2024
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet
Ditayangkan Tanggal 30 Mei 2024
Kerisauan dalam kehidupan manusia disebabkan dan bersumber pada tiga racun dunia, yaitu: keserakahan, kebencian, dan kegelapan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -