Ceramah Master Cheng Yen: Mengantar Kehangatan di Musim Dingin dan Menabur Benih Kebajikan
Kita bisa melihat akibat cuaca yang dingin, ada berbagai negara di Eropa yang dilanda bencana. Tinggal di manakah orang-orang yang sedang mengungsi? Saya sungguh tidak sanggup membayangkan kondisi kehidupan mereka. Selain badai salju di Eropa, kita juga bisa melihat hujan deras di wilayah timur Argentina. Curah hujan dalam sebulan setara dengan curah hujan dalam setahun. Wilayah tersebut telah menjadi lautan.
Kita juga bisa melihat kebakaran hutan di Cile. Hutan yang terbakar bagaikan paru-paru yang terluka. Kebakaran itu bahkan terus merambat dari hutan hingga ke permukiman. Ini sungguh membuat orang merasa takut melihatnya. Ini akibat karma buruk kolektif semua makhluk. Apa yang harus kita lakukan untuk melenyapkan bencana di seluruh dunia?
Meski dunia ini penuh dengan bencana, tetapi kita bisa melihat kekuatan cinta kasih. Sesungguhnya, saya kembali ke Griya Jing Si pada tanggal 14. Para relawan yang semobil dengan saya tidak tahu saat itu saya akan pergi ke mana, relawan setempat tentu juga tidak tahu. Saya melakukan kunjungan dadakan ke Dajia.
Hari itu, angin bertiup kencang dan sangat dingin. Relawan kita sedang mendirikan tenda. Di dapur, tim konsumsi sedang melakukan persiapan untuk acara makan bersama penerima bantuan keesokan harinya. Saya langsung masuk ke dapur dan mencium aroma yang sangat harum. Relawan yang mengikuti saya berkata bahwa ada aroma talas dan berbagai jenis masakan lainnya. Kita bisa melihat ketulusan mereka. Demi acara makan bersama penerima bantuan, mereka sudah mulai melakukan persiapan sehari sebelumnya.
Di Kompleks Tzu Chi Miaoli, relawan kita juga melakukan pendekorasian. Mereka memasang lampion dan mendirikan tenda. Sungguh, baik bagian dalam maupun luar ruangan, semuanya penuh dengan suasana Tahun Baru Imlek. Ini juga menunjukkan betapa relawan kita memandang penting penerima bantuan kita. Di seluruh Taiwan, acara makan bersama dihadiri oleh lebih dari 25.000 keluarga. Acara makan bersama ini diadakan menjelang Tahun Baru Imlek. Saya sungguh sangat tersentuh dan bersyukur atas kekuatan cinta kasih insan Tzu Chi.
Kali ini, di Aula Jing Si Xindian, saya melihat para Bodhisatwa lansia yang sangat senior. Mereka telah bersumbangsih dengan cinta kasih selama 20 tahun lebih.
Ibu Kang, apakah Anda masih ingat? Anda pernah berkata pada saya bahwa dahulu, buku donasi Anda terdiri atas enam buku besar dan satu buku kecil. Buku besar Anda terdiri atas 200 halaman. Jadi, dalam enam buku tercatat 1.200 donatur. Satu buku lagi untuk donasi setengah tahun atau setahun sekali. Jika dijumlahkan, donatur Anda sekitar 1.400 orang. Dengan begitu banyak donatur, bagaimana cara Anda mengumpulkan donasi?,” Zhou Shu-hua Relawan Tzu Chi.
“Saya pergi ke tempat-tempat yang ramai untuk menggalang donasi. Karena itu, setiap hari ada donatur baru, saya sangat gembira. Saya mengumpulkan donasi dengan berjalan kaki karena tidak bisa mengendarai sepeda motor. Saya berkunjung dari rumah ke rumah. Saya sampai lupa makan dan tidak memedulikan cuaca dingin atau panas,” kata Chen Bao-lian, Relawan Tzu Chi berusia 90 tahun.
“Suatu kali, karena benar-benar sangat lapar dan cuaca sangat panas, saya pun membeli sebotol minuman seharga lima dolar NT. Hanya sekali itu saja. Saat mengumpulkan donasi, saya sekaligus mengumpulkan koran dan barang daur ulang lainnya untuk dipilah di rumah. Lama-kelamaan, tetangga saya juga tahu dan mengantarkannya ke rumah saya. Mereka juga berinisiatif membantu saya,” lanjut Chen Bao-lian “Saya melakukan daur ulang dengan penuh sukacita. Saya berharap bisa menyumbangkan tubuh saya kepada Fakultas Kedokteran Tzu Chi. Karena itu, saya setiap hari berdoa kepada Buddha dan Bodhisatwa semoga tubuh saya bisa disumbangkan dengan lancar,” tutupnya.
Bayangkanlah, relawan lansia ini bukan hanya mengumpulkan donasi, tetapi juga sangat giat melakukan daur ulang. Saya juga melihat seorang relawan lain yang berusia 80-an tahun. Dia juga menginspirasi banyak donatur. Dia sangat berharap bisa membawa ajaran saya ke rumah donaturnya setiap bulan agar tekad pelatihan mereka tidak mundur.
Akibat isu-isu yang beredar tahun lalu, saya merasa sangat sedih. Meski saya kehilangan sebagian donatur, tetapi ada seorang donatur yang berkata, “Dharma Master Cheng Yen, Kakak, guru kalian tidak akan seperti ini. Saya tahu kalian para relawan sangat bekerja keras. Anda harus ingat bahwa Master Cheng Yen bukan hanya guru kalian, tetapi juga guru bagi Taiwan dan seluruh dunia.” Mendengar ucapannya, saya pun meneteskan air mata. Setelah itu, saya terus mendampingi donatur saya. Meski kehilangan sebagian donatur, tetapi kini, saya menjalin hubungan yang baik dengan semua donatur saya,” kata Lin Hui-mei (82 tahun), seorang Relawan Tzu Chi.
Mereka semua adalah relawan yang telah berdedikasi selama 20 tahun lebih. Melihat mereka berdiri di depan, saya sungguh sangat tersentuh. Setiap relawan memiliki kisah masing-masing. Sekelompok Bodhisatwa ini telah menunjukkan kepada dunia bahwa kekuatan cinta kasih harus dimanfaatkan seperti ini dan dalam sebutir beras terhimpun cinta kasih sepanjang masa.
Selama 20 hingga 30 tahun, mereka mencurahkan tetes demi tetes cinta kasih untuk mempertahankan tekad dan antusiasme donatur. Relawan kita menjaga tekad pelatihan donatur agar mereka dapat menabur benih berkah dari kehidupan ke kehidupan. Inilah kekuatan cinta kasih untuk mendukung pencapaian semua makhluk.
Jika setiap orang bisa seperti ini, maka kita bisa mempertahankan cinta kasih dan kebajikan yang merupakan permata Taiwan. Namun, dari kabar yang kita terima, seperti yang dikatakan oleh Paus Fransiskus, kini cinta kasih telah memudar dan sikap manusia telah mendingin. Saudara sekalian, tubuh kita adalah media pelatihan. Dengan adanya tubuh ini, barulah kita berkesempatan mendengar Dharma dan terjun ke tengah masyarakat sehingga bisa menyadari berkah setelah melihat penderitaan.
Setelah memahami kebenaran tentang penderitaan, kita akan tahu cara melenyapkan penderitaan dan memahami bahwa penderitaan berasal dari akumulasi kegelapan dan noda batin. Jadi, kita harus mawas diri serta mendengar dan membabarkan Dharma. Dengan begitu, Dharma tidak akan terputus. Jika kita jarang berinteraksi dengan donatur dan hanya mendengar Dharma, maka Dharma yang kita dengar akan terputus karena tidak kita wariskan kepada orang lain.
Ladang batin donatur yang semula sudah ditabur benih kebajikan juga akan terbengkalai. Singkat kata, di bumi yang berwujud dan ladang batin yang tidak berwujud, kita harus terus-menerus menabur benih kebajikan. Tentu, kita harus membasahi benih kebajikan dengan air Dharma agar jiwa kebijaksanaan bisa bertumbuh. Intinya, kekuatan cinta kasih harus terus diakumulasi.
Acara makan bersama menjelang Tahun Baru Imlek membawa kehangatan
Menabur benih berkah dengan kebajikan dan cinta kasih
Terjun ke tengah masyarakat untuk menolong semua makhluk
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 17 Januari 2017
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 19 Januari 2017