Ceramah Master Cheng Yen: Mengantarkan Cinta Kasih di Tengah Badai
Hujan
lebat yang turun seharian kemarin mendatangkan tidak sedikit bencana. Yang
paling parah adalah terjadinya tanah longsor dan banjir di beberapa tempat.
Saya sangat khawatir. Sepanjang hari, saya melihat laporan berita dan merasa
sangat tidak tenang.
Namun,
saya sangat berterima kasih kepada relawan Tzu Chi di seluruh Taiwan yang tetap
tinggal di pusat koordinasi penanggulangan bencana. Begitu menerima kabar
tentang bencana, mereka segera melaporkannya kepada kantor pusat Tzu Chi di
Hualien. Para Qing Xiu Shi bergadang dari tadi malam hingga pagi hari. Mereka
berjaga di sana untuk mengumpulkan laporan informasi dari berbagai tempat.
Tadi,
pagi-pagi sekali, seorang Qing Xiu Shi memberi tahu saya bahwa tadi malam
mereka menerima pesan dari Departemen Kesejahteraan Sosial bahwa mereka
berharap Tzu Chi dapat menyediakan
makanan hangat. Ada sekelompok warga yang kesulitan untuk memasak akibat
terputusnya aliran air, listrik, dan gas. Mereka berharap Tzu Chi dapat
memberikan bantuan dari segi ini.
”Ini
adalah badai terparah di Taipei dalam 200 tahun terakhir ini. Sistem drainase
tidak mampu menampung air hujan yang begitu banyak sehingga mengakibatkan
banjir di beberapa tempat. Akibatnya, air mengalir dengan cepat menuju ruang
bawah tanah di dua komunitas sehingga menyebabkan ketidaknyamanan bagi warga,”
ujar seorang Qing Xiu Shi.
Relawan
Tzu Chi dari Neihu, Taipei segera bergerak untuk menyediakan mi hangat dan
mengantarkannya ke tempat penampungan sementara.
”Saat
ada warga dilanda bencana, sebagai relawan Tzu Chi, tentu kami harus segera
memberi bantuan,” kata seorang Relawan Tzu Chi dari Neihu, Taipei.
“Kami
sangat berterima kasih. Semua orang saling membantu. Terima kasih,” ujar warga.
Pada
saat mengantarkan makanan hangat, mereka melihat ada beberapa rumah yang
tergenang air. Karena itu, relawan kita segera bergerak untuk membantu warga
membersihkan rumah. Relawan kita terus melakukannya hingga hampir pukul 11
malam. Ada pula petugas yang bekerja di tengah hujan lebat dan angin kencang
untuk memperbaiki pipa air.
Saat
ingin menggunakan air, kita cukup membuka keran air. Apakah air sungguh datang
dengan sendirinya? Sesungguhnya, dibutuhkan kerja keras untuk mengalirkan air
bersih ke setiap rumah. Untuk hidup dengan sehat, kita membutuhkan air bersih.
Dapat memiliki air yang bersih dalam kehidupan sehari-hari, kita harus
berterima kasih kepada para petugas yang bersusah payah memperbaiki pipa air di
tengah hujan lebat.
Begitu
pula dengan jaringan listrik. Saat jaringan listrik terputus, orang-orang
kesulitan untuk hidup. Orang masa sekarang sangat bergantung pada tenaga
listrik, tetapi tidak tahu untuk menghargainya. Setiap kali memperbaiki
jaringan listrik, para petugas harus memanjat tiang yang tinggi di tengah hujan
lebat dan angin kencang. Itu sangat berbahaya.
Namun,
apakah para pengguna tenaga listrik mengetahui kerja keras para petugas dan berterima
kasih kepada mereka? Cara terbaik untuk membalas budi mereka adalah dengan cara
menghemat air, menghemat penggunaan listrik, dan menghemat sumber daya alam.
Inilah cara terbaik untuk mengungkapkan rasa syukur terhadap Bumi Pertiwi.
Sungguh, kita harus senantiasa bersyukur.
Hati
penuh rasa syukur sangatlah penting. Kita harus menghargai berkah dan memiliki
hati penuh rasa syukur. Kita dapat membalas budi dengan cara bersumbangsih bagi
sesama. Setelah menerima begitu banyak, bagaimana boleh kita tidak
bersumbangsih? Demi kebaikan dunia ini, kita dapat bersumbangsih tanpa
memengaruhi kehidupan kita. Saat setiap orang dipenuhi berkah, maka itulah
berkah bagi dunia dunia, masyarakat, dan seluruh umat manusia.
Kemarin
di Taichung, kita mengadakan konser amal dan acara doa yang dihadiri oleh lebih
dari 3.000 orang. Selain itu, lebih dari 200 pemain, termasuk artis dan relawan
Tzu Chi dari utara dan selatan berpartisipasi dalam pertunjukan lonceng dan
genderang. Melihat sekelompok anak muda ikut berpartisipasi dalam pertunjukan
itu, saya sungguh tersentuh.
Saya
lebih tersentuh melihat partisipasi enam orang bhiksu. Lewat gerakan tubuh,
mereka menunjukkan semangat dan tekad Mahabhiksu Jian Zhen dalam mewariskan
Dharma. Semua itu sungguh membuat orang tersentuh. Selain itu, petugas pemadam
kebakaran, tim penjaga pantai, dan tim penyelamat juga berpartisipasi dalam
pertunjukan itu.
Lokasi
acara di Taichung lebih unik. Ia terdiri atas dua panggung. Satu panggung untuk
anggota komisaris kehormatan Tzu Chi dan yang lainnya untuk polisi, tim
penyelamat pantai, dan anggota penyelamat. Para dokter dan perawat dari Rumah
Sakit Tzu Chi juga mementaskan Bodhisatwa berlengan seribu. Salah seorang
dokter juga berduet dengan Bapak Johnny Yin. Sungguh membuat orang tersentuh
melihatnya.
Singkat
kata, kekuatan cinta kasih ini berasal dari ketulusan hati. Dengan himpunan
niat baik, mereka menunjukkan kebenaran, kebajikan, dan keindahan. Artis yang
hadir kemarin juga tidak sedikit. Saya sangat tersentuh melihatnya. Sungguh,
saat hidup dalam kondisi aman dan tenteram serta memiliki sumber daya yang
berlimpah, kita hendaknya menciptakan berkah bagi dunia.
Dengan
membangkitkan sebersit niat baik, kita sudah dapat menciptakan berkah. Untuk
apa kita membiarkan hidup menjadi sulit akibat pikiran? Untuk apa kita menghimpun
karma buruk kolektif yang bisa mendatangkan bencana? Setiap orang hendaknya
saling mendorong dan menyemangati untuk bersumbangsih setiap hari dengan penuh
rasa syukur. Selain tanpa memiliki pamrih, kita juga harus bersyukur. Inilah
yang harus kita usahakan.
Menyalurkan bantuan darurat
pascabadai di Taiwan
Menghemat sumber daya alam dan
senantiasa bersyukur
Menghimpun niat baik untuk mengadakan pementasan
Saling menyemangati untuk menciptakan berkah bagi
dunia
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 3 Juni 2017
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina