Ceramah Master Cheng Yen: Mengantisipasi Badai, Mendengar Dharma, dan Menjalankan Ikrar

Kita harus berdoa dengan sepenuh hati dan tulus semoga kekuatan Badai Nepartak dapat melemah agar dapat mengurangi dampak bencana bagi daratan. Setiap orang harus mawas diri dan berdoa dengan tulus. Menjauhlah dari gunung dan laut. Jika tidak ada keperluan, janganlah bepergian demi keselamatan diri sendiri.

Semua orang harus saling mengingatkan. Yang terpenting, kita harus merapikan botol-botol plastik agar tidak terbawa angin, jatuh ke dalam selokan, dan menyumbat aliran air. Sebagai upaya antisipasi badai, kita juga perlu sungguh-sungguh memeriksa pintu dan jendela. Insan Tzu Chi di seluruh Taiwan harus melakukan antisipasi, tetapi juga harus memperhatikan keselamatan. Instalasi air dan listrik juga harus diperiksa. Dengan melakukan antisipasi, kita dapat mengurangi dampak bencana. Selain meningkatkan kewaspadaan untuk mengantisipasi badai, membangkitkan ketulusan hati adalah yang terpenting.

Di berbagai kantor cabang dan kantor perwakilan Tzu Chi, insan Tzu Chi telah membentuk pusat koordinasi bencana atau pusat antisipasi badai. Insan Tzu Chi di berbagai wilayah tengah melakukan persiapan.

Kita bisa melihat insan Tzu Chi, termasuk anggota Tzu Cheng, yang begitu mengasihi dan melindungi Taiwan. Mereka bergerak untuk melakukan persiapan dan bersumbangsih dengan sepenuh hati. Kita juga berharap warga di dataran rendah atau tempat yang kurang aman dapat berevakuasi ke tempat yang lebih aman agar tidak terjadi hal yang menyesalkan di masa mendatang.

Kita bisa melihat di seluruh dunia, kegiatan yang penuh cinta kasih tidak pernah terputus. Di Afrika Selatan, relawan kita membagikan bantuan musim dingin. Lihatlah, mereka melakukannya dengan tertib. Anak-anak juga sangat tertib. Orang-orang dewasa juga sangat gembira.

“Murid-murid kami sangat kekurangan. Saya berterima kasih kepada kalian yang telah membagikan beras dan menolong kami,” ucap M. G. Baloyi, Kepala Sekolah. “Saya berterima kasih kepada kalian yang datang dari Johannesburg untuk menolong kami. Bantuan beras sangat berarti bagi keluarga-keluarga ini,” ujar Sehorane Mafefe, Putri Kepala Suku.

Terima kasih atas semua yang kalian lakukan Ini sungguh sangat bermakna bagi kami…..”

Lihatlah, mereka menyanyikan rasa terima kasih atas cinta kasih Tzu Chi. Kita berharap mereka dapat memperbaiki kehidupan dari orang yang kekurangan materi menjadi orang yang kaya batinnya. Semoga mereka dapat membangkitkan kekayaan batin agar dapat menjadi orang yang penuh perhatian, cinta kasih, dan rasa syukur.

Relawan kita menjangkau mereka dengan cinta kasih yang tulus dan mereka telah menerimanya. Karena itulah, mereka dapat mengungkapkan rasa syukur yang penuh ketulusan.

Kita juga melihat Jiangsu yang dilanda bencana besar pada sore hari tanggal 23 Juni. Keesokan harinya, kita sudah melihat sekelompok relawan kita di lokasi bencana. Mereka menuju lokasi bencana untuk memberi penghiburan dan bantuan. Namun, mereka harus sangat berhati-hati. Meski menggunakan cinta kasih yang tulus untuk bersumbangsih di sana, kita tetap harus mengikuti aturan setempat.

Kita juga harus berkomunikasi dengan pemerintah setempat dan bekerja sama dengan fasilitas kesehatan setempat. Tidak peduli menghadapi kesulitan apa, relawan kita selalu mengatasinya dengan rendah hati, lapang dada, serta penuh cinta kasih dan ketulusan yang murni. Awalnya, fasilitas kesehatan setempat tidak mengizinkan relawan kita berada di sana. Namun, setelah kita menunjukkan foto yang kita ambil kepada mereka dan menceritakan kisah yang terkandung di dalamnya, bahkan personel polisi pun sangat tersentuh. Karena itu, mereka berharap insan Tzu Chi dapat menghibur lebih banyak korban bencana.

Berhubung kita mengikuti aturan setempat, maka para tenaga medis dapat merasa tenang dan mengizinkan kita untuk membantu mereka. Insan Tzu Chi yang merupakan Bodhisatwa dunia telah mengembangkan welas asih sekaligus kebijaksanaan. Ini sungguh tidak mudah.

Relawan kita juga menjangkau sebuah sekolah. Berhubung kini merupakan masa liburan dan sekolah itu menampung lebih dari 100 orang, maka kamar kecil menjadi sangat kotor. Insan Tzu Chi mengambil air dengan ember untuk membersihkan kamar kecil sekolah itu. Seorang relawan kita berkata bahwa dia menganggap kotoran di kamar kecil sebagai lumpur. Dengan demikian, dia dapat merasa lebih nyaman. Inilah pusaka yang dimiliki insan Tzu Chi di dalam hati mereka. Pusaka di dalam hati harus dipraktikkan. Dengan menganggap kotoran sebagai lumpur, para relawan kita dapat membersihkan kamar kecil yang berbau tidak sedap dan kotor sehingga terlihat seperti baru lagi. Ini sangat menyentuh.

Kekuatan cinta kasih selalu mendatangkan semangat dan kegembiraan. Singkat kata, insan Tzu Chi menyerap Dharma dan mengukirnya di dalam hati serta mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari untuk bersumbangsih bagi sesama.

Mereka bukan hanya bersumbangsih tanpa pamrih, tetapi juga dipenuhi rasa syukur. Inilah prinsip insan Tzu Chi. Setiap relawan menapaki Jalan Bodhi yang lapang dan lurus. Jika kita dapat menapaki jalan ini dengan penuh kesederhanaan, maka kita dapat menciptakan dunia yang sehat dan agung. Kini, setiap orang harus menapaki Jalan Bodhi dengan hati yang sehat dan agung.

Saya yakin inilah cara terbaik untuk mengungkapkan ketulusan kita. Jadi, kita harus senantiasa berhati tulus agar ketulusan kita bisa menjangkau para Buddha, Makhluk Pelindung Dharma, dan Bodhisatwa. Inilah yang harus kita usahakan.

Melakukan antisipasi sebelum badai menerjang

Menghindari tempat-tempat yang berbahaya

Memperbaiki kehidupan dan menumbuhkan rasa syukur

Insan Tzu Chi terus memperhatikan korban bencana di Yancheng

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 7 Juli 2016

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 9 Juli 2016

Jangan takut terlambat, yang seharusnya ditakuti adalah hanya diam di tempat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -