Ceramah Master Cheng Yen:Mengantisipasi Topan dan Bekerja Sama dengan Harmonis
Topan Megi telah perlahan-lahan mendekati Taiwan. Insan Tzu Chi di berbagai wilayah hendaknya mencurahkan perhatian kepada para lansia dan warga kurang mampu di komunitas masing-masing. Yang terpenting, kita harus mengimbau orang-orang untuk membersihkan selokan dan pipa air. Setiap orang hendaknya mawas diri dan berhati tulus. Sungguh, hidup di dunia ini, kita harus senantiasa menjaga pikiran kita. Dalam ceramah pagi setiap hari, bukankah saya selalu mengingatkan kalian?
Belakangan ini, banyak relawan di Taiwan dan dari luar negeri kembali ke Griya Jing Si. Dua hari yang lalu, para relawan dari Indonesia kembali ke Griya Jing Si. Lihatlah, mereka mengikuti ritual namaskara dengan tertib tanpa kendala agama. Buddha mengajarkan kepada kita bahwa kita hendaknya tidak membatasi diri sendiri. Kita harus menghalau noda dan kegelapan batin dengan kebijaksanaan yang tidak terbatas. Tidak peduli agama apa yang kita yakini, kita pasti bisa menumbuhkan jiwa kebijaksanaan.
Agama hanya berbeda pada namanya saja. Yang terpenting adalah ajarannya yang dapat membebaskan hati manusia dari berbagai kendala. Semangat bersatu hati, harmonis, saling mengasihi, dan bergotong royong dapat kita lihat pada relawan Indonesia. Tzu Chi baru berdiri di Indonesia selama 23 tahun. Dalam sekitar 20 tahun, Empat Misi Tzu Chi sudah dijalankan secara komplet. Saya juga menyemangati mereka untuk menggalakkan semangat celengan bambu. Jika mereka bisa menggalang cinta kasih orang-orang, maka masyarakat akan aman, tenteram, dan dipenuhi berkah.
Saat perusahaan berjalan stabil dan orang-orang hidup bahagia, negara akan aman dan tenteram dan masyarakat akan harmonis. Untuk itu, setiap orang harus membangkitkan cinta kasih. Su-mei dan Wen-yu berkata kepada saya bahwa kini perusahaan-perusahaan di Indonesia telah menerima lebih dari 400 ribu buah celengan bambu. Tahun lalu, saat kembali ke Griya Jing Si, Ibu Liliawati Rahardjo berikrar di hadapan saya bahwa dia akan mengambil 50.000 celengan bambu untuk dibagikan. Saya bertanya apakah dia sudah membagikan 50.000 celengan bambu. Su-mei menjawab, “Sudah hampir tercapai.”
Bayangkanlah, satu orang bisa mengambil 50.000 celengan bambu untuk dibagikan. Lima puluh ribu celengan bambu ini dibagikan kepada karyawan dan kliennya. Bayangkanlah, satu orang bisa menginspirasi banyak orang untuk bersumbangsih dengan cinta kasih dengan menyisihkan uang ke dalam celengan bambu. Dengan membina cinta kasih, akan tercipta keharmonisan. Setiap koin yang disumbangkan mengandung cinta kasih yang penuh kelembutan. Karena itulah, Tzu Chi bisa berkembang di Indonesia dengan cepat. Hanya dalam 23 tahun, mereka sudah bisa menjalankan Empat Misi Tzu Chi secara komplet.
Yang lebih menyentuh adalah, meski menganut agama yang berbeda-beda, semua orang bisa berpegang pada keyakinan masing-masing tanpa kemelekatan dan kendala apa pun. Mereka bersatu hati untuk berbuat baik di Tzu Chi. Tidak ada kendala agama di antara mereka.
Hari ini tanggal 26 September. Kita bisa melihat sejarah Tzu Chi di Filipina pada hari ini. Pada tahun 2009, Topan Ketsana mendarat di Manila, Filipina dan mendatangkan bencana besar. Saat tengah dilanda topan dan banjir, terjadi lagi bencana kebakaran yang menghanguskan lebih dari 700 unit rumah. Saat itu, lewat telekonferensi, saya menyarankan untuk menjalankan program bantuan lewat pemberian upah agar para korban bencana dapat menyelamatkan kampung halaman mereka di bawah pendampingan insan Tzu Chi.
Dalam belasan hari, lebih dari 80.000 warga turut berpartisipasi untuk membersihkan lingkungan mereka. Para partisipan menerima upah dan mendapatkan makanan setiap hari. Karena itu, mereka sangat bersedia berpartisipasi. Sejak saat itu, banyak korban bencana di Marikina yang bergabung menjadi relawan Tzu Chi.
Pada bulan September ini, terjadi banyak kebakaran di Filipina. Setiap kali, kebakaran di Filipina selalu membawa dampak bagi ratusan unit rumah warga. Namun, kini di mana pun bencana terjadi, para relawan di Marikina akan segera mengenakan seragam biru putih atau abu-abu putih untuk menyurvei lokasi bencana dan menyiapkan barang bantuan. Biasanya, pakaian dan barang yang terkumpul selalu dicuci hingga sangat bersih dan dipilah dengan jelas. Karena itu, setiap kali bencana terjadi, baik banjir maupun kebakaran, para relawan kita bisa segera memberikan barang bantuan berupa pakaian, selimut, dan makanan.
Mereka memberi bantuan dengan sangat cepat. Inilah jalinan jodoh antara warga Marikina dengan Tzu Chi yang dimulai pada 7 tahun lalu. Sejak saat itu, banyak benih relawan yang bertumbuh di sana. Kini, setiap kali bencana terjadi, mereka bisa segera memberikan bantuan.
Dunia ini membutuhkan Bodhisatwa. Baik orang kaya maupun miskin, semuanya bisa menjadi Bodhisatwa dunia. Orang yang memiliki cinta kasih merupakan orang yang paling kaya batin. Bekerja sama dengan kebijaksanaan dan cinta kasih, inilah yang disebut kerja sama yang harmonis. Tindakan mereka sungguh patut dipuji. Inilah kekuatan Dharma.
Kita harus menyadarkan diri sendiri sekaligus orang lain. Setelah kita tersadarkan, kita juga harus menyadarkan orang lain. Jika hati kita penuh cinta kasih, maka kita bisa menolong orang lain. Jika hati setiap orang penuh cinta kasih, maka setiap orang bisa menolong orang lain. Dengan demikian, barulah masyarakat bisa aman dan tenteram, dan kita bisa menikmati berkah bersama. Inilah yang harus kita lakukan di dunia ini. Jadi, kita harus senantiasa bersungguh hati.
Mengikuti ritual namaskara dengan khidmat tanpa kendala agama
Tzu Chi Indonesia menjalankan Empat Misi Tzu Chi dan menginspirasi cinta kasih
Warga Marikina menjalin jodoh dengan Tzu Chi pascatopan Ketsana
Segera memberikan bantuan dengan kasih sayang Bodhisatwa
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 26 September 2016
Sumber: Lentera Kehidupan- DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 28 September 2016