Ceramah Master Cheng Yen: Mengarahkan Pikiran ke Arah Kebajikan yang Murni

Kita melihat dunia penuh penderitaan. Setiap hari hati saya bagaikan terkunci oleh kunci yang besar dan tak berwujud. Kunci ini seakan tidak dapat dibuka.

Saya selalu merasa cemas. Entah apa yang harus dikatakan dan bagaimana mengatakannya. Sepertinya banyak yang ingin dikatakan dan tidak ada habis-habisnya, baik mengenai masa depan maupun masa kini. Namun, kini saya harus berbicara tentang masa depan.

Saya merasakan ganjalan yang sulit terurai. Saya ingin mengatakan sesuatu. Jelas-jelas hal ini perlu dikatakan, tetapi entah bagaimana mengatakannya. Inilah yang saya rasakan setiap saat.

Setiap saat, saya ingin mengatakannya, tetapi sangat sulit. Ya, Buddha ingin mengajarkan kepada kita cara membuka kebijaksanaan. Berhubung kita adalah makhluk awam, sulit untuk segera tersadarkan. Jelas-jelas tahu dan ingin mengatakannya, tetapi merasa sulit untuk mengatakannya. Jadi, saya menjadi risau.

Apakah saya merisaukan diri sendiri? Dengan tegas saya katakan tidak. Namun, saya mengkhawatirkan banyak hal di dunia.


Kita melihat bencana kebakaran hutan. Di dalam hutan itu terdapat banyak satwa. Mereka juga tidak bisa menghindar. Sungguh, dunia ini bagai rumah yang tengah terbakar. Bukankah ini yang dikatakan dalam Sutra Teratai?

Kita semua hendaknya sungguh-sungguh mendengar ulang isi ceramah saya tentang bab Perumpamaan.

Saya terus membahas tentang rumah yang terbakar. Buddha datang ke dunia demi satu tujuan penting. Demi tujuan ini, Beliau datang ke dunia yang penuh kekeruhan ini.

Lebih dari 2.500 tahun yang lalu Buddha telah memprediksi kekeruhan dunia di masa depan bagaikan rumah yang terbakar. Manusia diliputi ketamakan, kebencian, dan kebodohan. Ketamakan menyebabkan bencana air tanpa henti. Air banjir ibarat ketamakan manusia. Ketamakan manusia meluber bagai air. Jadi, ketamakan ini bagaikan air.

Dalamnya air banjir bagaikan ketamakan kita yang tak terbatas. Kebencian ibarat api. Kemarahan bagai api yang membakar batin. Saat pemimpin tidak dapat mengendalikan pikiran, begitu kebenciannya bangkit, dia dapat memicu perang yang memakan banyak korban.

Begitu satu orang pemimpin memiliki pemikiran yang menyimpang, satu perintahnya dapat menyebabkan peperangan. Ini sangat menakutkan. Jadi, saya sering mengatakan bahwa kita harus menyelaraskan batin kita. Semakin memiliki kuasa, orang semakin harus menjaga batinnya, terlebih harus memupuk cinta kasih dan welas asih untuk melindungi semua makhluk. Jadikan cinta kasih sebagai tujuan.


Di dalam Sutra Buddha kita sering menemukan cerita tentang raja yang murah hati. Pemimpin yang penuh cinta kasih disebut raja yang murah hati. Begitulah kehidupan.

Saat semua makhluk memiliki berkah, akan hadir pemimpin yang penuh cinta kasih untuk memimpin. Jika semua makhluk memilih untuk menciptakan karma buruk, mungkin akan mendatangkan bencana. Semua ini bergantung pada sebersit niat. Jadi, jika kita ingin memohon berkah, janganlah kita hanya memohon kepada Buddha, tetapi mohonlah kepada hati kita sendiri.

Mohonlah kepada raja di dalam hati sendiri. Raja yang sesungguhnya ialah pikiran kita. Pikiran kita yang bagaikan raja ini setiap hari hendaknya selalu kita kendalikan dan kita arahkan ke arah yang bajik. Ini sangatlah penting.

Buddha datang ke dunia demi membimbing semua orang memupuk cinta kasih berkesadaran. Buddha ingin menyadarkan kita agar tidak terus tersesat dan terjerumus. Jika terus tersesat, kita akan terjebak di dalam rumah yang terbakar. Kita hanya terus bermain api di sana tanpa menyadari bahwa kitalah yang menyulut api. Kita masih tidak kunjung sadar.

Jika sampai menyebabkan terjadinya bencana, karma buruknya tentu sangat berat. Jadi, saya berharap kita semua sungguh-sungguh meningkatkan kewaspadaan. Jadi, menyucikan hati manusia adalah sesuatu yang mendesak bagi kita. Harap semuanya yakin akan hal ini dan tidak ragu. Jangan lagi diliputi kebimbangan.

 

Kita harus bersungguh hati untuk menggalang Bodhisatwa dunia. Jadi, saya sering memberi tahu kalian agar bercerita tentang Tzu Chi setiap kali bertemu orang dan mengajak mereka untuk bergabung. Dengan bergabung di Tzu Chi dan memahami prinsip kebenaran, barulah mereka dapat mengulurkan tangan untuk membimbing orang lain lagi.

Saat semua orang dapat bergandengan tangan dengan hati yang bertautan dan terhubung dengan hati Bodhsattva, barulah dunia akan damai dan tenteram.

Bodhisatwa sekalian, waktu terus berlalu detik demi detik. Semoga setiap orang dapat mendengarkan ucapan saya. Kita harus yakin bahwa Buddha datang ke dunia demi satu tujuan mulia, yakni membabarkan Dharma di masa yang penuh kekeruhan, di mana api telah berkobar membakar "rumah" ini. Kita harus benar-benar tulus.

Bodhisatwa sekalian, kita tidak bisa menganggap ini tidak ada kaitannya dengan kita. Bumi ini hanya satu. Segala sesuatu di alam semesta saling terhubung. Jadi, kita semua hendaknya membangkitkan ketulusan demi diri sendiri dan orang lain. Ketulusan hati ini harus mendalam.

Kita harus membangkitkan pikiran bajik yang murni dan tulus. Tentu, pada akhirnya saya juga ingin berpesan kepada semua orang untuk menyosialisasikan dan menjalankan vegetarisme. Bervegetaris itu harus. Dengan bervegetaris, kita menunjukkan ketulusan kita. Jadi, kita harus meyakini hal ini dan senantiasa bersungguh hati.

Dunia penuh kekeruhan bagai rumah yang terbakar
Mengarahkan pikiran ke arah kebajikan yang murni
Mengembangkan welas asih dan membangkitkan kebijaksanaan
Tulus melindungi semua makhluk tanpa ragu

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 16 Oktober 2020          
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 18 Oktober 2020
Jika menjalani kehidupan dengan penuh welas asih, maka hasil pelatihan diri akan segera berbuah dengan sendirinya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -