Ceramah Master Cheng Yen: Mengasihi dan Melindungi Bumi serta Menyebarkan Keindahan dan Kebajikan
Di seluruh dunia, beberapa negara besar memiliki hutan yang sangat luas. Hutan seharusnya merupakan lingkungan yang sangat menyenangkan karena penuh dengan pepohonan. Rumah di tengah-tengah hutan pasti sangat sejuk dan sangat mewah. Namun, empat unsur alam yang tidak selaras mengakibatkan terjadinya kebakaran hutan yang menghanguskan rumah-rumah itu.
Banyak orang kaya yang sering berkata bahwa mereka tidak pernah merasakan penderitaan yang dikatakan orang-orang di luar sana. Berhubung merupakan orang kaya, mereka tidak menyadari penderitaan di dunia ini dan tidak tahu bahwa hidup manusia penuh dengan penderitaan. Mereka hidup di dunia sendiri dan berbuat sesuka hati demi meraup keuntungan dan menikmati hidup.
Banyak orang yang tenggelam dalam kehidupan seperti ini. Jika dapat memandang ke seluruh dunia, mereka dapat menyadari ketidakkekalan hidup serta melihat kehidupan orang-orang yang begitu kekurangan dan menderita. Jika mereka dapat bersumbangsih sedikit saja maka saya yakin banyak orang akan tertolong. Jika uang yang biasanya mereka boroskan digunakan untuk menolong orang lain maka mereka dapat menolong banyak orang.
Berbuat baik tidaklah sulit, tetapi mereka hidup di dunia sendiri sehingga tidak menyadari ketidakkekalan dan penderitaan di dunia ini. Jika hanya menikmati berkah, maka saat berkah habis, penderitaan pun datang. Saat bencana alam dan bencana akibat ulah manusia terjadi, segala sesuatu berada di luar kendali kita. Pada saat seperti itu, orang kaya juga akan menderita.
Kita bisa melihat banyak orang yang mempertahankan pola hidup mewah. Akibatnya, alam terus terluka. Sesungguhnya, bagaimana cara mengasihi bumi? Kita bisa melihat para relawan daur ulang kita telah memahami bahwa bumi adalah rumah kita. Karena itu, kita harus merawatnya dengan baik. Jika tidak, saat bencana terjadi di suatu tempat, itu bagaikan salah satu sudut rumah kita terbakar. Jadi, kita harus bersungguh hati untuk merawat dan melindungi bumi yang merupakan tempat tinggal kita ini.
Banyak orang yang melindungi bumi, tetapi lebih banyak orang lagi yang memboroskan sumber daya alam. Orang yang merusak bumi masih sangat banyak. Karena itu, kita harus memahami bahwa untuk bersumbangsih dengan cinta kasih, kita cukup membangkitkan sebersit niat baik. Kita harus menghimpun jalinan jodoh baik. Orang kurang mampu juga bisa membangkitkan sebersit niat untuk berbuat baik.
“Pada zaman kakek dan nenek saya, kami sudah memiliki kebiasaan menyisihkan segenggam beras setiap hari. Nenek saya berkata bahwa hasil penjualan beras yang disisihkan bisa digunakan untuk membeli bunga guna memberi persembahan kepada Buddha. Selain untuk memberi persembahan kepada Buddha, Dharma dan Sangha, juga untuk menolong orang yang membutuhkan. Saya selalu mengingat kebiasaan ini, tetapi sudah lama tidak menyisihkan beras. Kini, berkat U San Thein, kami kembali menyisihkan beras,” kata Daw Aye Khine, Warga Desa Shwe Na Gwin.
Kebiasaan leluhur di masa lalu dan seruan Tzu Chi sekarang membuat warga kembali menyisihkan beras untuk menolong sesama. Dari 100 keluarga di desa itu, ada 90 keluarga yang menyisihkan segenggam beras setiap hari.
Lihatlah, meski celengan beras mereka kecil, tetapi setelah dituangkan, terkumpul berkarung-karung beras sehingga mereka bisa menolong orang yang tidak memiliki sawah dan tidak bisa bercocok tanam. Dengan demikian, orang-orang kurang mampu tidak akan kelaparan. Berkat kekuatan cinta kasih, warga setempat bisa menciptakan pahala dengan menyisihkan segenggam beras setiap hari.
Kekuatan cinta kasih bukan hanya digunakan untuk memberi persembahan kepada Buddha, tetapi juga untuk menolong sesama manusia. Ini karena setiap orang merupakan Buddha masa depan. Jadi, mereka bukan hanya memberi persembahan kepada Buddha, tetapi juga menolong orang yang membutuhkan. Sungguh, cinta kasih terdapat di mana-mana. Kita harus menyebarkan cinta kasih ke setiap tempat dan setiap penjuru dunia. Ini juga diulas dalam ajaran Buddha. Asalkan memiliki semangat Bodhisatwa, kita bisa pergi ke mana saja untuk bersumbangsih dengan kekuatan cinta kasih.
Singkat kata, kekuatan cinta kasih bergantung pada pikiran kita. Bagaimana cara membuat setiap waktu menjadi waktu yang baik, setiap tempat menjadi tempat yang baik, dan setiap orang menjadi penyelamat dalam hidup orang lain? Ini semua bergantung pada pikiran. Sungguh, kita harus menjaga pikiran kita setiap waktu dan setiap hari.
Tanggal 26 Juli 2010 juga merupakan hari bersejarah Tzu Chi. Pada tahun 2007, Universitas Nasional Chung Yang di Taiwan menemukan sebuah planet minor yang belum dinamai. Pada tanggal 26 Juli 2010, planet minor ini diberi nama “Tzu Chi”.
“Kami bisa merasakan bahwa di bawah pimpinan Master Cheng Yen, Tzu Chi telah mengembangkan cinta kasih agung yang tidak membeda-bedakan kewarganegaraan, warna kulit, dan sebagainya. Ini membuat orang sangat terkesan, ujar“ Jiang Wei-ning Rektor Universitas Nasional Chung Yang.
Pada bulan Oktober 2010, rektor, wakil rektor, dan professor dari Universitas Nasional Chung Yang, serta ketua dari Observatorium Lulin secara khusus datang ke sini untuk mengantarkan plakat yang menunjukkan posisi planet minor tersebut. Mereka memberikannya pada Tzu Chi secara resmi. Saya sangat bersyukur. Alam semesta begitu luas. Planet minor yang berjarak sekitar 400 juta km dari Bumi ini ditemukan oleh para ilmuwan dan diberi nama “Tzu Chi”.
Di alam semesta yang begitu luas ini, Bumi kita merupakan yang terindah karena terdapat air, pohon, gunung, laut, manusia, hewan, dan makhluk hidup lainnya. Betapa indahnya semua itu. Segala sesuatu di dunia ini mengandung Dharma. Asalkan bersungguh hati, kita akan menyadari bahwa ajaran Buddha terdapat di setiap tempat di dunia ini. Prinsip kebenaran juga terpapar jelas di depan mata setiap orang. Jadi, kita harus bersungguh-sungguh menghargai momen-momen yang indah dan sumber daya alam.
Kebakaran hutan menimbulkan kerusakan
Saat berkah habis, penderitaan pun datang
Mengasihi bumi dengan melakukan daur ulang
Menyebarkan keindahan dan kebajikan di dunia
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 26 Juli 2016
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 28 Juli 2016