Ceramah Master Cheng Yen: Mengasihi dan Melindungi Sesama Makhluk Hidup
Kita bisa melihat anak-anak di beberapa negara menderita kelaparan karena hidup yang tidak tenteram akibat konflik, perang, bencana alam, dan lain-lain. Penderitaan mereka yang kelaparan sungguh tak terkira. Jumlah anak-anak yang kelaparan mencapai ribuan, bahkan puluhan ribu. Di satu wilayah saja terdapat begitu banyak penderitaan. Pada zaman sekarang, ada banyak orang yang kekurangan bahan pangan dan mengalami malagizi. Betapa menderitanya mereka.
Belakangan ini, kita juga terus melihat ketidakkekalan. Lihatlah, kebakaran di sebuah taman di Brasil terus merambat. Portugal, Amerika Serikat, dan negara lainnya juga terus dilanda kebakaran. Bumi adalah tempat tinggal kita. Semua manusia hidup saling berdampingan di Bumi ini. Meski jarak negara-negara itu jauh dari kita, tetapi tetap berada di Bumi yang sama. Jika kebakaran hutan terus berlangsung, udara akan tercemar.
Singkat kata, Bumi telah terluka. Kehidupan semua makhluk bergantung pada Bumi. Udara yang kita hirup dan tempat tinggal kita, semuanya ada di Bumi. Bisakah kita tidak memperhatikan Bumi? Kita harus memperhatikan dunia ini. Kita harus memiliki kesadaran untuk melindungi bumi dan udara. Ini baru orang yang bijaksana. Setiap orang memiliki tanggung jawab untuk melindungi bumi.
Plastik adalah sampah yang palingmencemari dan merusak bumi. Plastik tidak terurai meski ribuan tahun berlalu. Ada begitu banyak manusia yang menghasilkan sampah. Jika sampah plastik terus dikubur dalam tanah, kelak di mana kita bisa menanam tanaman pangan? Bagaimana jika semua orang mengalami krisis pangan di masa mendatang?
Saya sangat berharap orang-orang bisa mengembangkan kebijaksanaan agar tidak merusak bumi, dapat meningkatkan hasil bahan pangan, dan yang terpenting, tidak mencemari udara. Jadi, kita harus bersungguh hati mengembangkan kebijaksanaan. Namun, untuk menyelaraskan kondisi iklim, kita juga harus menghormati langit dan mengasihi bumi dengan tulus.
Kita bisa melihat insan Tzu Chi Taiwan mengakumulasi sedikit demi sedikit kekuatan cinta kasih dengan tulus. Ada sepasang suami istri yang sangat bekerja keras. Lihatlah, usia mereka masing-masing sudah melebihi 80 tahun. Mereka sungguh mengagumkan. Semua berawal dari sebersit niat baik.
Dengan berpola hidup hemat dan menjual bakpao goreng, mereka telah menyumbangkan belasan juta dolar NT sebagai komisaris kehormatan. Mereka terus bersumbangsih. Tujuan mereka hanyalah berbuat baik.
“Selama masih bisa bekerja, saya bersyukur. Master berkata bahwa hidup aman dan tenteram adalah berkah. Saya menghargai setiap hari yang saya lalui dengan aman dan tenteram. Karena itu, setiap hari saya membuat bakpao goreng, saya sangat berpuas diri”.
“Apa yang membuat saya berpuas diri? Saya dan istri saya sudah berusia 80 tahun lebih, tetapi masih memiliki semangat dan tenaga untuk melakukan begitu banyak pekerjaan setiap hari. Saya merasa bahwa kebijaksanaan dan welas asih Master telah memperkaya batin kami sehingga kami masih penuh tenaga dan semangat,” petikan wawancara Xie Ming-he, relawan Tzu Chi.
Mereka merasa bahwa mereka masih bisa berbuat baik dengan menghasilkan uang lewat berdagang. Anak-anak mereka sudah dewasa sehingga mereka tidak perlu menanggung beban lainnya. Mereka hanya berharap dapat menyumbangkan uang sebagai komisaris kehormatan atas nama anak cucu mereka. Warisan keluarga mereka adalah cinta kasih.
“Mereka berpegang pada ajaran Master Cheng Yen yang tidak tega melihat semua makhluk menderita. Daripada meninggalkan uang untuk anak cucu, lebih baik meninggalkan pahala, inilah prinsip mereka dalam berbuat baik. Setiap ucapan dan tindakan mereka patut menjadi teladan kami,” petikan wawancara Xie Fu-qing, putri Xie Ming-he.
Mereka mulai bekerja sebelum matahari terbit. Mereka bekerja dengan penuh sukacita dan tidak berencana untuk berhenti berdagang. Meski kini usia mereka sudah 80 tahun lebih, tetapi mereka tetap berdagang karena orang-orang sangat menyukai bakpao goreng mereka. Mereka menghasilkan uang bukan demi diri sendiri, melainkan demi menyambut seruan saya untuk bersumbangsih bagi orang-orang yang menderita di seluruh dunia. Itu saja.
Lihatlah, mereka sungguh patut dipuji. Apakah mereka merasa lelah? Mereka dipenuhi suka cita.
“Menolong sesama sangat menyenangkan. Kita bisa memperbaiki kehidupan orang-orang yang kekurangan pangan dan sandang,” petikan wawancara Chen Zhao, relawan Tzu Chi.
“Orang tua saya selalu berhemat. Air yang masih bisa digunakan kembali pasti akan mereka manfaatkan. Saat menonton televisi, mereka biasanya tidak menyalakan lampu, hanya memanfaatkan cahaya dari kedua lampu sembahyang di altar,” petikan wawancara Xie Fu-qing, putri Xie Ming-he.
Mereka sangat hemat, bahkan listrik pun tidak rela diboroskan. Dengan cahaya dari kedua lampu sembahyang, mereka sudah merasa cukup. Lihatlah, pikiran mereka sangat murni. Singkat kata, kita harus bersungguh hati mengakumulasi sedikit demi sedikit kekuatan cinta kasih.
Kita juga bisa melihat gerakan “Kembali pada Semangat Celengan Bambu” dalam sejarah hari ini. Pada tanggal 26 Oktober 2006, insan Tzu Chi Hualien kembali ke Griya Jing Si dengan membawa celengan bambu. Karena itulah, kini kita bisa melihat di berbagai wilayah, diadakan kegiatan penuangan celengan bambu. Penuangan celengan bambu yang dimulai di Hualien pada 11 tahun yang lalu terus dilanjutkan hingga sekarang. Semangat ini tidak pernah terputus.
Kini bukan hanya Taiwan, semangat celengan bambu telah menyebar ke seluruh dunia. Dahulu, insan Tzu Chi AS pernah mengajak orang-orang menyumbangkan lima dolar AS untuk menolong Afrika Selatan. Kini insan Tzu Chi Afrika Selatan juga melakukan hal yang sama. Enam tahun lalu, mereka menerima bantuan. Enam tahun kemudian, mereka juga menggalang dana untuk menolong korban bencana di AS.
Lihatlah, semua orang adalah satu kesatuan. Saat satu wilayah dilanda bencana, bantuan datang dari segala penjuru. Berhubung empat unsur alam tidak selaras, semua orang hendaknya saling membantu dan mendukung. Inilah kehangatan di dunia ini.
Mengenang sejarah Tzu Chi dan melihat apa yang Tzu Chi lakukan sekarang, semuanya membuat orang sangat tersentuh. Sungguh, waktu berlalu dengan sangat cepat. Kisah penuh kekuatan cinta kasih adalah kisah terindah di dunia ini.
Setiap hari, meski banyaknya bencana yang terjadi membuat kita sangat prihatin, tetapi kita juga bisa melihat kemurnian hati dan kekuatan cinta kasih. Jadi, kita harus terus bersumbangsih dengan tekun dan bersemangat.
Berbagai negara dilanda kelaparan dan krisis pangan
Memperhatikan seluruh dunia dan mengurangi pencemaran
Menciptakan banyak berkah dengan membuka usaha kecil
Mengasihi dan melindungi sesama makhluk hidup
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 26 Oktober 2017
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 28 Oktober 2017