Ceramah Master Cheng Yen: Mengasihi Semua Makhluk dan Mengikuti Kebajikan
“Saya sering melihat tayangan Master Cheng Yen Bercerita. Saya melihat hewan dibunuh. Master pun berkata bahwa hewan juga ingin hidup. Saat akan dibunuh, mereka juga sedih dan menangis. Saat melihat daging, saya akan terpikir hewan yang dibunuh sangat kasihan. Kemudian, saya tidak ingin makan daging lagi,” kata Khin Sandar Soe relawan Tzu Chi.
“Saat hewan akan dibunuh oleh manusia, semuanya mengeluarkan air mata, hanya saja kita tidak tahu. Saya juga baru tahu setelah bergabung dengan Tzu Chi. Jadi, saya sendiri juga tidak berani makan daging lagi. Benar, saya juga tidak bisa makan daging lagi. Saya berbagi ini kepadamu. Jika Kakak tidak bisa bervegetaris setiap hari, boleh coba sehari atau dua hari seminggu. Mulanya mungkin sulit, tetapi lama-kelamaan akan terbiasa. Setelah seminggu atau sepuluh hari akan terbiasa.” ajak Khin Sandar Soe kepada kakaknya melalui telepon.
“Saya mau coba dua hari seminggu. Hanya saja, saya sering berada di luar sehingga ada berbagai faktor yang membuat saya sulit bertahan secara penuh. Saya akan berusaha perlahan-lahan,” jawab kakaknya.
“Dahulu, saat pergi keluar dengan teman, saya juga akan makan daging, tetapi kemudian akhirnya saya tetap bervegetaris. Saya hanya tinggal memesan makanan vegetaris. Ini memang membutuhkan usaha,” lanjut Khin Sandar Soe.
“Baik, terima kasih telah mengingatkan. Saya juga akan berusaha,” tutup kakaknya.
Saya terus membahas tentang kaitan antara hewan dan manusia. Kita terlebih perlu untuk menggunakan kebijaksanaan untuk memahami nilai kehidupan. Nilai kehidupan yang sesungguhnya terletak pada cinta kasih yang tulus. Sebagai umat manusia, hal yang paling berharga ialah dapat mengembangkan kasih sayang untuk melindungi kehidupan manusia dan juga melindungi kehidupan hewan. Inilah nilai dari kelahiran sebagai manusia. Jadi, sebagai manusia, kita harus memahami kebenaran.
Ajaran Buddha selalu mengingatkan kita bahwa kehidupan semua makhluk setara adanya. Semua makhluk hanya berbeda pada cara hidup dan wujud fisiknya saja. Hidup sebagai manusia, tiada yang tidak dapat dilakukan. Anda bisa menyayangi sesama, juga bisa merusak segalanya. Semua ini bergantung pada niat baik dan niat buruk yang terwujud ke dalam tindakan. Menyayangi alam atau merusak alam dapat dilakukan oleh manusia. Karena itu, manusia disebut serba bisa. Jadi, manusia bisa melindungi semua makhluk hidup, juga bisa merusak segala sesuatu. Inilah manusia.
Merusak sesuatu adalah kejahatan. Kehidupan seperti itu amat menakutkan. Orang seperti ini di dunia sungguh mengkhawatirkan. Mereka akan dijauhi. Tidak ada orang yang berani mendekat. Orang yang memiliki cinta kasih akan dikasihi orang lain dan orang lain senang untuk berada di dekatnya. Inilah nilai dari kehidupan. Ini terwujud karena Anda mengembangkan cinta kasih.
“Niat baik harus dihimpun. Master berkata jangan meremehkan kebajikan kecil, lalu enggan melakukannya. Jangan pula meremehkan keburukan kecil, lalu melakukannya. Entah itu bervegetaris atau menyisihkan segenggam beras setiap hari, kebajikan kita yang sangat kecil ini, jika dihimpun, akan menjadi kebajikan yang amat besar. Niat baik semua orang akan terhimpun,” kata Li Jin-lan relawan Tzu Chi.
“Saya mendorong semua orang untuk turut bervegetaris. Bervegetaris membuat tubuh sehat, juga dapat melindungi Bumi, dan mengurangi pengeluaran kita. Lewat kesempatan ini, saya mengajak semuanya untuk menyisihkan segenggam beras setiap hari untuk berbuat baik serta bervegetaris untuk menyayangi kehidupan,” kata U Thein Soe U Kepala Desa Tha Bu Kan.
Jadi, cinta kasih yang tulus dan sempurna dapat merangkul kehidupan semua makhluk dan menganggap semuanya setara dengan manusia. Kita harus mengasihi mereka. Hanya wujudnya saja yang berbeda, semua kehidupan pada hakikatnya sama. Mereka juga ingin hidup dan takut mati. Mereka juga memiliki keluarga. Hanya saja, dalam kehidupan manusia, anggota keluarga seperti orang tua dan saudara, baik yang sebaya, lebih tua, atau lebih muda, hubungannya dapat lebih erat. Manusia adakalanya memikirkan anggota keluarga hingga memiliki kerisauan. Begitulah manusia. Intinya, menjadi manusia juga melelahkan.
Begitulah manusia. Namun, Anda harus menjadi manusia yang hidup penuh makna meski lelah. Untuk itu, kita harus bersumbangsih dengan cinta kasih. Bukan hanya melindungi orang yang kita kasihi, Buddha mengajarkan cinta kasih yang setara. Jangan pilih kasih. Jangan menolak atau membenci siapa pun. Kita harus mengikis kerisauan dan noda batin kita sehingga hati bebas dari kemelekatan dan kebencian. Jangan melekat, juga jangan terus mengingat hal buruk yang dilakukan orang lain terhadap kita. Kita harus berbelas kasih terhadap semua makhluk.
Semua makhluk awam, akibat gejolak dalam batin, seketika dapat menampilkan sikap yang tidak baik. Kita harus memanfaatkannya untuk becermin. Kita harus bersyukur kepada mereka yang bersikap seperti itu. Ini bagaikan sebidang cermin yang merefleksikan kondisi yang ada sehingga kita dapat melihat dengan jelas apakah lingkungan kita baik atau buruk. Kita dapat melihatnya dengan jelas.
Kita juga bisa memilih untuk selalu mengarah kepada yang indah dan penuh ketulusan ataukah memilih yang palsu atau buruk. Kita bisa memilih semua ini. Kita hendaknya memilih dan mengikuti yang baik. Yang tidak baik kita jadikan pelajaran untuk memperbaiki diri.
Dalam pandemi kali ini, setiap hari saya berpesan agar kita mawas diri dan tulus. Obat mujarab untuk kondisi ini ialah harus bervegetaris. Semua orang hendaknya lebih banyak menyosialisasikan vegetarisme.
Selain mawas diri dan tulus, kita juga harus lebih banyak bertobat. Kita bertobat karena sebagai manusia, sulit bagi kita untuk tidak memiliki gejolak pikiran yang terwujud ke dalam tindakan. Manusia tidak luput dari kesalahan. Karena itu, kita harus sering bertobat. Kita bertobat atas "segala karma buruk masa lalu".
Kita sering melantunkan kalimat ini. "Yang berasal dari ketamakan, kebencian, dan kebodohan sejak masa tanpa awal." Kini kita sungguh-sungguh bertobat dengan tulus. Intinya, kita harus bertobat setiap hari.
Saya sampai sekarang juga tetap bertobat setiap hari dan bersyukur setiap hari. Saya bertobat atas masa lalu, bersyukur atas masa kini dan masa depan. Kita harus selalu meningkatkan kewaspadaan.
Terima kasih, Bodhisatwa sekalian.
Sejak dahulu hingga sekarang, saya terus meminta semua orang untuk saling menyemangati bahwa kita harus menyosialisasikan vegetarisme dalam pandemi kali ini. Kita harus memiliki satu tekad yang sama.
Mengasihi semua makhluk dengan cinta kasih yang sempurna
Membuang ketamakan dan mengikuti aliran kebajikan
Tulus bertobat atas segala karma buruk
Bersama-sama menyosialisasikan vegetarisme
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 07 September 2020