Ceramah Master Cheng Yen: Mengasihi Semua Makhluk dengan Cinta Kasih Berkesadaran


“Akibat pandemi Covid-19, selama dua tahun, saya tidak bersumbangsih sebagai relawan di komunitas saya. Saya bersyukur kepada Kakak Ling-yao yang mengundang saya mengikuti Pemberkahan Akhir Tahun di komunitas. Lewat video yang diputar, saya melihat relawan di seluruh dunia tetap mencurahkan perhatian, membawa manfaat bagi orang lain, dan berbuat baik meski pandemi merajalela,”
kata Qiu Xiu-ya Guru kelas lansia.

“Saya mengintrospeksi diri karena tidak mengikuti langkah Master dengan erat dan telah menyia-nyiakan waktu selama dua tahun. Saya berikrar dengan tulus untuk sungguh-sungguh menjadi relawan mulai sekarang dan menjadi murid Master yang baik. Saya akan mengikuti langkah Master dari kehidupan ke kehidupan,” punkgas Qiu Xiu-ya.

“Sejak berusia 8 tahun, saya sudah mengikuti ibu saya bervegetaris. Setelah dewasa, saya bervegetaris di rumah, tetapi memakan apa saja yang hendak saya makan di luar. Dalam kelas, mendengar kisah yang dibagikan Master, saya memahami hukum sebab akibat dan memutuskan untuk sepenuhnya bervegetaris. Di bawah dorongan kakak Ling-yao, saya telah menjadi donatur Tzu Chi dan mulai menjadi relawan komunitas. Saya bersyukur kepada Master yang memberi saya kesempatan untuk bersumbangsih sebagai relawan,” kata Qiu Xian-da Peserta kelas lansia.

Saya sungguh bersyukur dan bersukacita. Ada banyak hal yang membuat saya dipenuhi sukacita dalam Dharma. Saya juga sangat bersyukur pada diri sendiri dan merasa diri sendiri dipenuhi berkah karena memiliki begitu banyak murid. Di setiap tempat, murid-murid saya menunaikan kewajiban mereka. Mereka menjaga tradisi Tzu Chi dan membawa manfaat bagi orang banyak dengan terjun ke tengah masyarakat. Ini sungguh membuat saya sangat bersyukur.


Buddha datang ke dunia demi satu tujuan mulia. Saya merasa bahwa saya datang ke dunia demi bersumbangsih di tengah masyarakat. Saya pun terus memberi tahu para insan Tzu Chi bahwa kita sungguh dipenuhi berkah karena dapat bertemu Dharma di kehidupan sekarang. Bertemu Dharma di kehidupan sekarang bukanlah kebetulan, melainkan karena adanya sebab dari kehidupan lampau.

Pada lebih dari 2.500 tahun lalu, kita mungkin telah menghadiri persamuhan Sutra Teratai. Kita mungkin telah lama menanam benih di dalam kesadaran kita. Jadi, di kehidupan sekarang, benih dalam kesadaran kita telah bertunas.

“Saya sangat bersyukur orang tua saya telah bergabung dengan Tzu Chi saat saya duduk di bangku SMP. Pada usia yang masih muda, saya dapat melihat penderitaan orang-orang karena pernah memperhatikan penerima bantuan bersama ibu saya. Setelah itu, saya baru mengetahui bahwa datang ke dunia ini, kita hendaknya bersumbangsih tanpa pamrih. Pada akhirnya, kekuatan cinta kasih ini akan kembali pada diri sendiri. Saya merasa bahwa ajaran Master bagaikan obat mujarab bagi batin semua orang. Obat ini dapat kita bawa ke mana pun,” kata Lü Jia-lun relawan.

“Saat batin kita tidak sehat, kita dapat menggunakan ajaran Master untuk membasahi batin kita. Ajaran Master dapat membantu kita mengatasi banyak kesulitan dan melihat diri sendiri yang lebih baik. Setelah saya berkeluarga dan berkarier, orang tua saya juga mendorong saya untuk mengajak anak saya ke rumah cerita di Aula Jing Si Bade dan mengikuti kelas pendewasaan agar anak saya dapat menabur benih yang lebih baik dalam ingatan mereka. Dengan demikian, anak saya dapat menapaki jalan yang benar bersama kami di kehidupan sekarang,” pungkas Lü Jia-lun.


Saat ini, kita harus merawat benih di ladang batin kita dengan baik. Kita menabur benih kebajikan dan menggarap ladang batin kita sendiri. Benih yang kita tabur ini telah berbunga dan berbuah. Kita bisa berhimpun di sini berkat adanya jalinan jodoh di masa lampau. Kalian pun sudah sangat senior. Kalian telah memahami Tzu Chi, terlebih Asosiasi Guru Tzu Chi.

Belakangan ini, saya terus mengulas tentang benih ingatan. Kita harus mengenang masa lalu. Ini disebut benih. Sebelum menabur benih dan berbagi pengalaman kita dengan orang lain, kita terlebih dahulu mempelajari kembali sejarah Tzu Chi. Semua itu merupakan pengalaman kita dan kisah nyata di era sekarang. Kita dapat mengenang dan menyaksikannya karena semua itu merupakan kisah nyata yang paling bernilai. Singkat kata, bersumbangsih hingga memperoleh kedamaian batin, itulah sejarah yang terindah. Jika merasa tidak damai saat bersumbangsih, kita harus segera bertobat.

Buddha mengajarkan cara untuk memperbaiki kesalahan. Bagaimana caranya? Bertobat. Bertobat bukan hanya diajarkan oleh agama Buddha, tetapi juga diajarkan oleh agama lain. Dari sini bisa diketahui bahwa bertobat merupakan kebenaran sejati. Jadi, kita sungguh harus berintrospeksi diri setiap waktu. Ini disebut menginventarisasi nilai kehidupan diri sendiri.

Tahun ini, beliau berusia 66 tahun. Saat berusia satu tahun, beliau mulai menderita kontraktur. Yang merawatnya di rumah adalah Shu-zhu. Saat memandikannya, berhubung tahu bahwa postur tubuhnya berbeda dengan lansia pada umumnya, Shu-zhu secara khusus membuat sebuah kursi mandi untuknya. Saat melihatnya, saya sungguh sangat tersentuh. Saya bertanya kepada Kakak Shu-zhu mengapa dia bersedia membantu beliau hingga seperti ini dan dia menjawab bahwa dia hanya mengembangkan kebijaksanaan Master dan menyebarkannya di komunitas. Dapat bekerja di lingkungan Tzu Chi yang begitu baik, saya juga merasa bahwa diri sendiri dipenuhi berkah. Makin menolong orang yang membutuhkan, saya merasa bahwa diri sendiri makin dipenuhi berkah,” kata Lü Huan-yu pengawas petugas perawatan di rumah.


Petugas perawatan di rumah harus memadukan profesi dan misi. Selain menunaikan kewajiban sesuai profesi, yang terpenting, kita juga harus memiliki semangat misi. Kita bertekad dan berikrar untuk bersumbangsih. Kita tidak memperhitungkan jam kerja, hanya bersumbangsih dengan cinta kasih. Demikianlah perpaduan antara profesi dan misi.

Melakukan pekerjaan dengan semangat misi, ini juga dapat menciptakan pahala. Orang-orang dengan keterbatasan membutuhkan cinta kasih yang tulus. Jangan menganggapnya sekadar pekerjaan. Hiburlah mereka dengan cinta kasih yang tulus. Kini, saya sangat berharap para insan Tzu Chi dapat mengasihi semua makhluk. Inilah makhluk berkesadaran yang sesungguhnya.

Bodhisatwa sekalian, memiliki jalinan jodoh seperti ini, hendaklah kita menggenggamnya. Kita sangat beruntung. Berkat adanya Tzu Chi, kita semua dapat berhimpun. Kita bisa mendengar dan melihat penderitaan orang-orang. Karena itulah, kita menyatukan hati untuk menolong mereka dengan cinta kasih. Kekuatan cinta kasih ini menginspirasi banyak orang sehingga kekuatan yang terhimpun pun sangat besar. Masyarakat membutuhkan kita. Kita harus terus berkata pada diri sendiri bahwa masyarakat membutuhkan kita dan kekuatan kita sangat dibutuhkan. Jadi, kita harus menjaga diri sendiri dengan baik.

Saat kesehatan tubuh kita terjaga, barulah jiwa kebijaksanaan kita dapat bertumbuh. Dengan adanya kebijaksanaan dan tubuh yang berguna, barulah kita dapat bersumbangsih di tengah masyarakat. Inilah yang terus saya rasakan belakangan ini. Saya berharap Bodhisatwa sekalian dapat menabur benih. Sebutir benih dapat menumbuhkan jiwa kebijaksanaan yang tak terhingga dan membentuk hutan bodhi.   

Menjaga tradisi Tzu Chi dan menapaki Jalan Bodhi
Menabur benih kebajikan dan giat menggarap ladang batin
Menyucikan hati dan membangun ikrar agung
Mengasihi semua makhluk dengan cinta kasih berkesadaran     
                                      
 
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 17 Desember 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Heryanto
Ditayangkan tanggal 19 Desember 2022
Jika selalu mempunyai keinginan untuk belajar, maka setiap waktu dan tempat adalah kesempatan untuk mendapatkan pendidikan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -