Ceramah Master Cheng Yen: Mengatasi Berbagai Kesulitan untuk Menyalurkan Bantuan
Topan Koppu telah menerjang Pulau Luzon, Filipina pada pukul 2.20 dini hari tadi. Kekuatan anginnya terus meningkat. Setelah menerjang Filipina, topan ini sangat berkemungkinan akan mengarah ke Taiwan. Karena itu, kita harus meningkatkan kewaspadaan. Saya harap setiap orang dapat mawas diri dan berhati tulus.
Kita juga melihat krisis pengungsi di dunia internasional. Entah kapan para pengungsi dapat menjalani hidup dengan stabil. Pergolakan di dalam suatu negara menyebabkan masyarakat tidak dapat hidup tenang. Banyak anak yang mengungsi bersama orang tua mereka. Ada anak yang digendong, ada yang dipanggul, ada pula yang dituntun sambil setengah ditarik untuk mengungsi. Anak-anak itu sungguh tak bersalah. Para rakyat tidaklah bersalah. Mengapa mereka harus begitu menderita dan menjalani hidup dengan sulit? Ini semua akibat ulah manusia.
Relawan Tzu Chi dari Taiwan telah tiba di Turki. Saat mereka naik pesawat, ketua kelompok mereka berkata, “Manfaatkan waktu selama di pesawat untuk tidur karena begitu tiba di sana, kita akan segera mulai bekerja.” Dari sini terlihat bahwa mereka sangat menghargai waktu dan menggenggam waktu sebaik mungkin. Mereka memanfaatkan waktu selama di pesawat untuk tidur karena penerbangan mereka memakan waktu selama 13 jam. Mereka memanfaatkan waktu untuk tidur.
Begitu mereka tiba di Turki, karena adanya perbedaan waktu, waktu di sana adalah pagi hari dan mereka harus segera mulai bekerja. Berhubung terdapat perbedaan waktu 5 jam, maka demi menyesuaikan diri dengan waktu setempat, mereka memanfaatkan waktu di pesawat untuk tidur. Setelah turun dari pesawat, mereka segera bersiap-siap untuk melakukan pendataan sesuai dengan jumlah anggota keluarga dan kondisi hidup penerima bantuan.
“Uang ini merupakan kompensasi bagi anak-anak yang mulanya bekerja. Kini kami meminta mereka untuk berhenti bekerja dan datang bersekolah. Kami membuat laporan hasil survei untuk setiap siswa. Kami menetapkan sebuah standar untuk laporan ini. Standar ini meliputi kebutuhan hidup dasar setiap anggota keluarga. Setelah dikurangi pendapatan siswa, kami akan memberikan bantuan dana tunai untuk mereka. Bantuan yang diterima setiap keluarga berbeda,” jelas Hu Guang-zhong, salah satu relawan Tzu Chi. Ada relawan yang menyiapkan bantuan dana tunai, sedangkan relawan lainnya membantu mengemas barang bantuan. Mereka saling membagi tugas.
“Secara keseluruhan, kami membawa hampir 840 kg barang bantuan. Di antaranya meliputi kapur berwarna, pensil, pulpen, frisbee, bola sepak, dodgeball, kotak pensil, dan lain-lain. Semua barang bantuan ini akan dibagikan kepada anak-anak pengungsi. Dengan memberikan barang bantuan ini, kami berharap anak-anak pengungsi dari Suriah dapat berolahraga untuk meluapkan emosi mereka. Selain itu, mereka juga dapat menerima pendidikan karena Master Cheng Yen berkata bahwa pendidikan anak tak dapat ditunda,” ucap Huang Qiu-liang, relawan Tzu Chi lainnya.
Sungguh membuat orang tersentuh melihatnya. Mereka adalah tim bantuan internasional. Setiap kali ada kegiatan penyaluran bantuan internasional, mereka selalu bersedia melakukan perjalanan. Tak peduli ke mana pun tujuannya, mereka selalu bersedia pergi bersumbangsih. Sungguh membuat orang tersentuh.
Di Turki juga ada kisah yang menyentuh hati. Di Turki bagian selatan, ada sepasang anak muda yang merayakan upacara penikahan mereka dengan cara mengundang 4.000 pengungsi untuk menghadiri perjamuan makan mereka. Mereka secara langsung melayani setiap pengungsi yang datang. Pasangan ini sungguh bijaksana. Pernikahan ini paling sedikit menerima doa dari 4.000 orang, belum termasuk keluarga dan teman-teman mereka. Penyelenggaraan upacara pernikahan seperti ini sungguh bijaksana dan patut dipuji. Kita juga hendaknya mendoakan pasangan baru ini.
Kita juga melihat sejarah Tzu Chi pada hari ini. Pada tanggal 18 Oktober 2005, relawan Tzu Chi berangkat ke Pakistan. Pada tanggal 8 Oktober, Pakistan diguncang gempa dahsyat yang menyebabkan kerusakan parah dan menelan lebih dari 80.000 jiwa. Pada saat itu, relawan Tzu Chi Taiwan bergerak untuk menyalurkan bantuan.
Tim bantuan gelombang pertama yang berangkat terdiri atas dr. Chiou Tsrong-Laang dari RS Tzu Chi Hualien, dr. Lee Jun-yi, beserta para staf dan relawan dari Yayasan Tzu Chi. Selain itu, ada pula Relawan Chen Chiou-hwa dari Yordania, Relawan Hu dari Turki, Relawan Lee Choong Hoo dari Penang, Ada pula seorang pria asal Pakistan yang tinggal di Taiwan. Kita juga mengundangnya untuk ikut serta dalam penyaluran bantuan ke Pakistan kali itu untuk membantu sebagai penerjemah.
Pada tanggal 18 Oktober, tim bantuan kita berangkat ke Pakistan. Pada saat itu, tim bantuan kita tidak menginap di hotel, tetapi tinggal di tenda pengungsian. Berhubung tanah di sana tidak rata, mereka mengalasinya dengan batu bata. Meski tidak bisa benar-benar rata, mereka tetap tinggal di sana bersama dengan korban bencana lain. Mereka harus menempuh perjalanan yang sulit, mengarungi perairan, dan mendaki gunung hingga sepatu mereka sobek.
Tim bantuan kedua yang berangkat meliputi dr. Chien dan anggota TIMA kita, dr. Yeh Tian-hao. Mereka juga berangkat ke sana. Saat berada di sana, jika hanya mengandalkan seorang penerjemah saja, sungguh sangat sulit. Karena itu, mereka menggunakan bahasa tubuh untuk bertanya kepada pasien, apakah mereka sakit perut, apakah mereka pilek, apakah mereka menderita diare dan sesak napas. Mereka menggunakan bahasa tubuh pada saat mengadakan baksos kesehatan.
Penyaluran bantuan di Pakistan kali itu sungguh penuh dengan kesulitan. Selain kondisi lingkungan yang buruk, untuk mengirimkan barang bantuan juga tidaklah mudah. Karena itu, Relawan Hu dari Turki mencarter sebuah pesawat kargo untuk mengirimkan barang bantuan dari Turki ke Pakistan. Namun, untuk memuat semua barang bantuan ke dalam pesawat juga sangatlah sulit.
Kisah ini sangatlah panjang dan menarik. Namun, pada saat itu, kita sungguh sangat gugup dan harus menghadapi berbagai kesulitan. Kini, jika dikenang kembali, itu sungguh pengalaman yang mengagumkan. Kini Relawan Hu menghadapi krisis pengungsi di dunia internasional dan berusaha menginspirasi warga lokal untuk turut mencurahkan perhatian. Kini relawan Tzu Chi Taiwan berada di Turki untuk bekerja sama dengan mereka. Jalinan jodoh ini sungguh mengagumkan. Mereka sungguh adalah Bodhisatwa dunia yang sangat mengagumkan dan menggemaskan.
Bencana di dunia terus terjadi tanpa henti
Memanfaatkan setiap detik untuk lebih tekun dan bersemangat
Sepasang pengantin baru mengadakan perjamuan makan untuk para pengungsi
Mengatasi berbagai kesulitan untuk menyalurkan bantuanSumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 18 Oktober 2015
Ditayangkan tanggal 20 Oktober 2015