Ceramah Master Cheng Yen: Mengatasi Kesulitan untuk Membentangkan Jalan Penuh Cinta Kasih
Kekuatan
alam sangatlah besar. Kita harus sungguh-sungguh meningkatkan kewaspadaan. Selain
meningkatkan kewaspadaan, kita juga harus mawas diri dan berhati tulus. Melihat
karma buruk kolektif semua makhluk, kita harus segera mengintrospeksi diri.
Lihatlah
lokasi banjir di Taiwan baru dibersihkan minggu lalu. Kini kembali dikeluarkan
peringatan tentang sebuah hujan frontal yang akan menyapu Taiwan. Setiap orang harus
meningkatkan kewaspadaan. Kekuatan manusia tidak dapat melawan bencana alam. Meski
lokasi banjir sudah dibersihkan, tetapi melihat kondisi iklim yang tidak
seimbang ini, tidak ada orang yang tahu kapan bencana akan kembali terjadi.
Karena
itu, menyucikan hati manusia sangat penting. Untuk menyucikan hati manusia,
setiap orang harus mengubah tabiat buruk di masa lalu. Ketidaktahuan,
ketamakan, kebencian, dan kebodohan di masa lalu mendorong kita terus
menciptakan karma buruk. Kehidupan manusia tidak kekal.
Lihatlah,
pascabanjir, semua barang pun menjadi sampah. Masalah sampah juga sangat
mengkhawatirkan. Barang yang sangat berharga pun menjadi sampah. Karena itu,
janganlah kita bersikap tamak. Dengan memahami prinsip kebenaran di dunia, baru
kita dapat melangkah di jalan yang benar. Dharma adalah sesuatu yang harus kita
pelajari dalam hidup ini.
Setiap
orang memiliki rasa ego, berpikiran sempit, dan perhitungan dalam segala hal. Semua
itu membawa kerisauan, penderitaan, kejengkelan, dan kekhawatiran bagi diri
sendiri. Kita harus menggunakan Dharma dan menemukan metode untuk membuka pintu
hati. Kita harus melenyapkan rasa ego dan bersikap lapang dada hingga hati kita
dapat merangkul semua makhluk serta dapat turut merasakan penderitaan semua
makhluk.
Beberapa
hari ini, saya terus melihat pemandangan yang menyentuh hati. Ada orang yang begitu
melihat relawan Tzu Chi, mereka ingin memberi rangkulan. Ada pula yang datang
untuk mengucapkan terima kasih. Para warga sangat berterima kasih. Saya sering
berkata bahwa kita harus membentangkan setiap inci jalan dengan penuh cinta
kasih. Kita telah menggunakan cinta kasih untuk membentangkan jalan ini.
Karena
itu, saat melihat sekelompok relawan Tzu Chi di jalan, orang-orang dapat
mengenali mereka. Ketulusan hati relawan Tzu Chi bukan berupa ucapan, melainkan
diungkapkan lewat tindakan nyata. Mereka bersumbangsih dari dalam hati. Cara
mereka dalam bersumbangsih menampilkan kebajikan.
Dengan
semangat seperti itu, meski usai upaya pembersihan tubuh mereka penuh lumpur, tetapi
mereka masih sangat indah. Keindahan itu berasal dari hati mereka. Melihat foto
mereka, saya sungguh berterima kasih kepada mereka dari lubuk hati saya.
Belakangan ini, di saat membahas Sutra Bunga Teratai, saya sering membahas
tentang penghargaan atas jasa. saya sering membahas tentang penghargaan atas
jasa.
Seberapa
banyak sumbangsih kita, sebanyak itulah sukacita yang kita peroleh. Dapat
memperoleh pengakuan dari orang lain, bukankah itu adalah hal yang sangat
indah? Interaksi yang penuh ketulusan seperti itu sungguh membuat orang
tersentuh. Inilah kebenaran, kebajikan, dan keindahan. Di mana kita dapat
menemukannya? Kita dapat menemukannya di tengah Bodhisatwa dunia. Pengakuan
dari orang merupakan penghargaan bagi mereka. Pujian dari orang-orang membawa
dukungan besar bagi mereka.
Kita
dapat melihat di Malaysia. Demi menyucikan hati manusia, relawan kita melakukan
kunjungan dari rumah ke rumah. Karena mendengar imbauan saya untuk merekrut
satu juta Bodhisatwa, mereka melepaskan status diri untuk melakukannya.
“Relawan
baru yang tidak berani mengenalkan Tzu Chi dan tidak berani mengajak donatur, kami
ajak untuk ikut bersama kami. Kami melihat mereka sangat gembira dan belajar
banyak hal. Mereka menyadari bahwa ternyata menggalang cinta kasih bukanlah hal
yang sulit selama kita memiliki niat. Ada beberapa warga yang menolak, ada pula
yang tidak. Kami akan membagikan brosur serta menjelaskan kepada mereka bagaimana
cara melakukan daur ulang,” kata relawan dari Malaysia.
Ada
pemilik rumah begitu membuka pintu dan melihat orang asing, mereka segera
kembali menutup pintu. Kita harus dapat menerima hal ini. Kita harus dapat
menerima sikap mereka, lalu terus berkunjung ke rumah berikutnya. Relawan kita
mengatasi segala kesulitan dan terus melangkah maju. Ketulusan hati mereka dapat
membuat orang tersentuh. Mereka terus berusaha dengan harapan orang-orang dapat
memahami cinta kasih ini.
Di
saat yang bersamaan, mereka juga mencari tahu keluarga yang membutuhkan bantuan
dan mencari orang-orang yang memiliki cinta kasih untuk melakukan kebaikan
bersama kita. Berdonasi satu ringgit per bulan juga bisa. Tzu Chi akan
menghimpun donasi orang-orang dan menggunakannya untuk membantu orang yang
membutuhkan.
“Kami
melihat orang-orang yang menderita. Mereka sungguh tidak dapat keluar rumah
sehingga membutuhkan kita untuk menjangkau mereka. Mereka tidak tahu bagaimana
cara mendapatkan bantuan. Awalnya, kami datang untuk mengajak
mereka menjadi donatur. Namun, kami menemukan bahwa ada banyak keluarga yang
membutuhkan bantuan kita. Contohnya, hari ini kami bertemu dengan seorang pria yang
mengalami luka saat bekerja. Kepalanya terluka dan tubuhnya lumpuh. Istrinya
tidak bekerja dan mereka memiliki tiga orang anak. Saat kami mengetuk pintu, mereka
tidak membukanya karena mereka berpikir kami adalah penipu,” kata relawan.
Ada
beberapa orang yang tidak berani membuka pintu. Bahkan jendela juga tidak
berani dibuka. Jadi, mereka terpisah oleh sebidang tembok. Relawan kita juga
menerima situasi seperti ini. Singkat kata, saat terjadi bencana, kita harus
memberi bantuan. Saat dalam kondisi aman dan tenteram, kita harus menginspirasi
orang-orang. Kita juga harus bisa menerima penolakan. Terjun ke tengah
masyarakat untuk membimbing sesama bukanlah hal yang mudah.
Kita
juga melihat sebuah kamp pelatihan di Aula Jing Si Hualien. Beberapa hari lagi,
di Griya Jing Si juga akan diadakan kamp. Para relawan Tzu Chi dari wilayah
Taiwan tengah kembali untuk merasakan kehidupan di Griya Jing Si. Dahulu mereka
pernah mengikuti kamp di Griya Jing Si. Mereka berpikir usai camp, kita
mengantar selimut ke tempat penatu untuk dicuci. Sesungguhnya, para bhiksuni di
Griya Jing Si yang membukanya satu per satu dan mencucinya.
Seorang
bhiksuni di Griya Jing berkata bahwa di setiap sudut selimut terdapat Empat
Usaha Benar. Dia pun menjelaskan tentang Empat Usaha Benar. Kotoran terlalu
tersimpan di tempat yang tak terlihat orang. Kita harus membersihkan setiap
sudutnya dengan teliti. Intinya, kita harus menggunakan hati penuh sukacita dalam
menerima segala pekerjaan.
Kita
harus menggunakan hati penuh sukacita dalam menerima segala pekerjaan. Meski
sangat bekerja keras, tetapi mereka melakukannya dengan gembira. Mereka merasa
sangat tenang dan gembira meski sibuk bekerja setiap hari. Mereka bekerja
seperti itu setiap hari, mendengar Dharma setiap hari.
Mereka
mempraktikkan Dharma dalam melakukan segala sesuatu. Inilah tempat pelatihan
yang sesungguhnya. Saya sangat gembira melihat setiap orang memperoleh
pemahaman dari Dharma.
Mengubah kebiasaan buruk dan berdoa dengan tulus
Sumbangsih penuh kebajikan menampilan keindahan
Mengatasi segala cobaan untuk membentangkan jalan penuh cinta
kasih
Mempraktikkan Dharma dalam melakukan segala sesuatu
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 10 Juni 2017
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina