Ceramah Master Cheng Yen: Mengatasi Segala Kesulitan dengan Keyakinan dan Keuletan
Bodhisatwa sekalian, saya bisa melihat kalian dengan tekun dan bersemangat mengikuti ritual namaskara tanpa kendala agama. Pikiran kalian sangat terbuka Ketulusan kalian sungguh membuat orang tersentuh.
Bodhisatwa sekalian, di Indonesia, Tzu Chi telah berdiri selama 23 tahun dan Empat Misi Tzu Chi telah dijalankan secara komplit. Empat Misi Tzu Chi dimulai dari misi amal karena saya melihat penderitaan di dunia ini.
Di dunia ini, banyak orang yang menderita. Yang paling menggerakkan hati saya adalah lansia yang jatuh sakit. Kasus pertama yang kita tangani adalah seorang nenek dari Tiongkok. Berhubung sudah puluhan tahun tidak bertemu dengan suaminya, nenek itu datang ke Taiwan untuk menjalani hidup bersama suaminya. Tidak disangka, setelah tiba di Taiwan, dia mendapati bahwa suaminya telah tiada. Selain itu, dia juga tidak punya tempat tinggal dan properti. Suaminya tidak meninggalkan harta apa pun untuknya. Dia sudah lanjut usia dan tidak bisa pulang ke Tiongkok. Saat itu, misi amal kita baru dimulai dan kasus inilah yang menjadi kasus pertama kita.
Saat itu, saya berkunjung ke rumahnya yang luasnya kurang dari 10 meter persegi. Kondisinya sungguh memilukan hati. Rumahnya sangat gelap sehingga kita tidak bisa melihat wajahnya. Butuh beberapa orang untuk membantunya bangun dari tempat tidur. Tempat tidurnya penuh dengan kotoran. Kita mengangkatnya keluar dan mendudukkannya di sebuah kursi agar bisa membersihkan rumahnya. Sejak saat itu, kita mengupah seorang tetangganya yang berpendapatan rendah dan awalnya akan menjadi penerima bantuan kita untuk merawatnya. Tetangganya juga membangkitkan tekad dan ingin menjadi donatur Tzu Chi. Setiap bulan, dia bisa mendonasikan 5 dolar NT. Berhubung kondisi ekonominya tidak baik, maka kita memintanya untuk membantu merawat nenek itu dan memberinya 300 dolar NT setiap bulan. Dia harus merawat nenek itu secara menyeluruh. Setiap hari, dia harus membersihkan rumah sang nenek, memandikannya, menyiapkan makanan tiga kali dalam sehari, dan memahami kondisi kesehatannya.
Ada seorang dokter, dr. Li, yang tahu bagaimana kita memperhatikan nenek tersebut. Dokter penyakit dalam ini berkata, “Kalian merupakan organisasi Buddhis.” “Ini merupakan salah satu kasus kalian.” “Pemasukan kalian berasal dari donatur yang mendonasikan 5,10, atau 15 dolar NT.” “Harus ada berapa banyak donatur, baru bisa menolong warga kurang mampu dengan 300 dolar NT setiap bulan?” Dokter senior ini berkata, “Jika nenek itu jatuh sakit, hubungilah saya.” “Saya akan mengobatinya di rumahnya.”
Dokter ini bersedia membantu kita merawat nenek itu. Saat kita menerima kasus ini, nenek itu telah berusia 80 tahun lebih. Kita membantunya selama bertahun-tahun. Inilah yang ingin saya bagikan dengan kalian, kasus pertama Tzu Chi yang kita tangani selama bertahun-tahun. Kita juga mulai bertemu dengan dokter yang baik yang bersedia memberikan pelayanan medis bagi penerima bantuan kita. Cinta kasih seperti ini dimiliki oleh setiap orang. Ini telah memperkuat kekuatan cinta kasih saya.
Sejak Tzu Chi didirikan, kita berfokus memberikan bantuan kepada lansia dan orang yang jatuh sakit. Hingga tahun keenam berdirinya Tzu Chi, ibu De Ci menyediakan sebuah rumah bagi Tzu Chi untuk dijadikan klinik pengobatan gratis. Namun, ada sebagian pasien yang harus diantarkan ke rumah sakit untuk didiagnosis agar kita bisa memahami penyakit mereka dan memberikan pengobatan yang tepat. Adakalanya, rumah sakit di Hualien tidak bisa mendiagnosis pasien sehingga pasien harus diantarkan ke Taipei. Ini membutuhkan kerja keras. Saat itu, perjalanan dari Hualien ke Taipei membutuhkan waktu selama 8 jam. Jalan yang ditempuh sangat berbahaya. Alasan-alasan inilah yang membuat saya bertekad untuk mendirikan rumah sakit di Hualien. Kalian pasti merasa heran bagaimana Tzu Chi dengan pemasukan per bulan yang begitu terbatas bisa membangun rumah sakit. Namun, saya selalu memiliki keyakinan terhadap hal yang ingin saya lakukan. Selama sesuatu itu benar, maka lakukan saja. Kita harus memiliki keyakinan.
Saya masih ingat di Guizhou, Tiongkok, sekitar 20 tahun yang lalu, relawan kita selalu memberikan laporan setelah memberikan bantuan bencana. Setelah beberapa kali memberikan bantuan, saya berkata, “Ini bukanlah solusi yang tepat.” “Mereka hidup di pedalaman pegunungan.” “Setiap kali bencana terjadi, sangat sulit bagi kita untuk memberi bantuan.” “Bagaimana jika kita merelokasi mereka untuk memperbaiki kehidupan mereka?” Saat itu, insan Tzu Chi berkata, “Master, ini mustahil.” “Pola pikir mereka sudah bersejarah dan sulit diubah.” Saya berkata, “Sejarah diukir oleh manusia seiring berjalannya waktu.” “Seiring berjalannya waktu, pola pikir manusia menjadi suatu kebiasaan.” “Masa depan tidak harus mengikuti sejarah.” “Kita ingin memperbaiki kehidupan mereka.” “Karena itu, kita harus memiliki keyakinan.” Kini, setelah hampir 20 tahun, kita telah membantu lebih dari 400 anak menuntaskan pendidikan dari perguruan tinggi. Semua anak di sana menerima pendidikan. Kita membangun Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi untuk mereka dan memperbaiki kehidupan mereka.
Bodhisatwa sekalian, dengan cinta kasih, kita bisa memperbaiki kehidupan orang lain dan membebaskan mereka dari kemiskinan. Intinya, semua itu membutuhkan waktu. Kita semua memiliki kesatuan tekad yang dilandasi oleh cinta kasih. Kita harus membina rasa syukur, rasa hormat, dan cinta kasih. Tidak peduli kalian menganut agama apa, saya tetap bersyukur kepada kalian. Saya juga menghormati setiap agama karena semuanya mengajarkan cinta kasih tanpa pamrih yang sama. Jika bisa mempraktikkan rasa syukur, rasa hormat, dan cinta kasih, insan Tzu Chi Indonesia pasti bisa mengemban misi dengan baik.
Tzu Chi Indonesia berkembang pesat
Mengenang nenek yang hidup sebatang kara yang merupakan kasus pertama Tzu Chi
Mengatasi segala kesulitan dengan keyakinan dan keuletan
Menyebarkan cinta kasih dengan rasa syukur dan hormat
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 2 Oktober 2016
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 4 Oktober 2016