Ceramah Master Cheng Yen: Mengawali Langkah Bodhisatwa dengan Giat Melatih Diri

“Setelah menempuh perjalanan jauh, kami akhirnya kembali ke kampung halaman batin untuk bertemu dengan Master. Kali ini, ada 5 relawan dari Gansu yang dilantik. Selama ini, setiap kali mengikuti pelatihan, kami harus pergi ke Aula Jing Si Jintang. Perjalanan pulang pergi dengan kereta api menghabiskan waktu hampir 50 jam. Sebagai anggota keluarga besar Tzu Chi, kami semua menyemangati dan memperhatikan satu sama lain, baru bisa bersama-sama menjalani pelantikan di sini. Terima kasih,” petikan sharing Relawan Tzu Chi, Zhao Hongyan dalam acara ramah tamah insan Tzu Chi Tiongkok di Aula Jing Si Sanchong.

“Selama tiga tahun, mereka berlima tidak pernah sekali pun absen dari pelatihan,” petikan suara MC menanggapi sharing dari Relawan Tzu Chi, Zhao Hongyan.

Mereka begitu tekun dan bersemangat. Mereka tidak terhalangi oleh jauhnya jarak yang harus ditempuh. Dengan sepenuh hati dan tekad, mereka mengatasi segala kesulitan. Kalian telah menyelesaikan pelatihan kalian, tetapi ini bukanlah akhir. Berakhirnya pelatihan relawan merupakan langkah pertama kalian di Jalan Bodhisatwa.

Bodhisatwa adalah makhluk berkesadaran. Setelah mengubah pola pikir dan memahami kebenaran, kita tahu bagaimana berinteraksi dengan sesama, berbakti kepada orang tua, dan menunaikan kewajiban kita. Jika tidak menunaikan kewajiban, bagaimana kita memperoleh kepercayaan orang lain? Kepercayaan adalah sumber segala pahala. Kita harus membangun kepercayaan antarmanusia. Jika kita tidak menunaikan kewajiban kita, kita tidak akan dipercayai oleh orang lain. Sebagai sumber dari segala pahala, kepercayaan sangatlah penting.

doc tzu chi

Mendengar kisah kalian, saya sangat tersentuh dan merasa penuh kehangatan. Di antara relawan yang dilantik kali ini, ada pasangan suami istri, kakak beradik, serta orang tua dan anak. Yang terlebih dahulu mengenal Dharma dapat menumbuhkan jiwa kebijaksanaan. Setelah itu, mereka akan tersadarkan dan bisa membimbing orang tua, saudara, kerabat, ataupun teman mereka. Kita juga mendengar kisah sepasang suami istri.

“Saya pernah menderita depresi berat. Mengapa? Karena suami saya sangat gemar berjudi. Dia sering berjudi sepanjang malam dan tidak pulang ke rumah. Saya tidak bisa tidur karena suasana hati saya sangat buruk. Setiap hari, saya harus meminum obat tidur dalam dosis tinggi, baru bisa tidur. Segala perubahan dimulai dari seorang teman saya yang mengajak saya mengikuti kegiatan bedah buku.”

“Pertama kali melihat Master, saya sangat menyukai Master karena Master membabarkan banyak kebenaran dengan metode yang mudah dipahami. Saya juga membaca Kata Renungan Jing Si yang berbunyi, ‘Agar bayangan dalam cermin tersenyum, kita harus tersenyum terlebih dahulu.’ ‘Suami istri hendaknya bersaing untuk mengasihi, bukan bersaing untuk menakuti.’”

“Jadi, saya mulai mengubah diri sendiri. Seiring perubahan saya, saya mendapati bahwa suami saya juga berubah. Dia lebih jarang berjudi. Kami sering berkumpul bersama keluarga atau teman-temannya. Saya sering berbagi kisah celengan bambu dan filosofi Master dengan mereka. Mereka sangat tergugah mendengarnya. Suatu kali, suami saya berkata, ‘Biar saya yang menceritakannya.’ ‘Saya bisa menceritakannya dengan lebih jelas.’”

“Dia sungguh menceritakan dengan baik bagaimana asal mula berdirinya Tzu Chi dan bagaimana Master menghimpun sedikit demi sedikit cinta kasih. Teman-teman dan keluarganya telah menjadi donatur Tzu Chi. Sekarang saya memiliki 160 donatur dan puluhan donatur di antaranya direkrut oleh suami saya. Terima kasih,” petikan sharing Relawan Tzu Chi, Zeng Youqun dalam Pelatihan relawan Tzu Chi Tiongkok sekaligus acara Pemberkahan Akhir Tahun di Aula Jing Si Sanchong.

doc tzu chi

Kini pasangan suami istri ini hidup harmonis dan bahagia. Kini mereka bukan hanya hidup bahagia, tetapi juga memiliki tekad yang sama. Dahulu, hanya sang istri yang ingin membantu saya. Namun, kini mereka berdua bersama-sama membantu saya. Apakah saya yang mendapat manfaat? (Bukan) Lalu, siapa yang mendapat manfaat? (Diri sendiri) Benar. Mereka membawa manfaat bagi diri sendiri dengan menciptakan berkah bagi masyarakat. Sesungguhnya, bersumbangsih dengan cinta kasih dapat membawa manfaat bagi diri sendiri karena orang-orang akan mengasihi kita.

Jadi, Bodhisatwa sekalian, jika kalian sungguh mengasihi saya, maka wujudkanlah harapan saya dengan mengasihi orang yang saya kasihi. Itu baru sungguh-sungguh mengasihi saya. Dengan menapaki Jalan Bodhisatwa, kita dapat mengasihi orang yang tak terhingga dan juga dikasihi oleh mereka. Namun, sebelum mengasihi orang lain, kita harus memperbaiki tabiat buruk kita.

Bodhisatwa sekalian, dengan melapangkan hati, kita bisa memenuhi dunia ini dengan cinta kasih. Kita harus bersungguh-sungguh mewujudkan hal ini. Kita harus mengawali langkah di Jalan Bodhisatwa dengan cinta kasih. Cinta kasih lebih mudah untuk dipahami.

Dalam ajaran Buddha, kita menyebutnya welas asih. Memiliki hati penuh welas asih saja tidak cukup, kita juga harus bersumbangsih dengan sukacita. Kita harus bersumbangsih di dunia ini dengan penuh sukacita. Kita harus membangkitkan cinta kasih agung tanpa penyesalan dan welas asih agung tanpa keluh kesah. Apa yang disebut dengan cinta kasih? Menciptakan berkah bagi dunia adalah cinta kasih agung.

doc tzu chi

Cinta kasih berarti menciptakan berkah. Ini sama seperti cinta kasih orang tua terhadap anak-anak mereka. Orang tua mana yang tidak berharap anak-anak mereka sukses? Orang tua mana yang tidak berharap anak-anak mereka menempuh jalan yang benar dan menjadi orang yang berguna bagi sesama? Setiap orang tua berharap demikian. Jadi, cinta kasih orang tua setara dengan cinta kasih Bodhisatwa. Inilah cinta kasih agung.

Dengan cinta kasih agung, kita bersumbangsih bagi semua makhluk dengan cinta kasih yang tulus. Demikianlah kita menciptakan berkah bagi dunia. Dengan cinta kasih agung tanpa penyesalan, kalian akan mulai menapaki Jalan Bodhisatwa. Dengan welas asih agung tanpa keluh kesah, kita melenyapkan penderitaan semua makhluk. Inilah yang disebut welas asih agung. Kita dapat turut merasakan kepedihan dan penderitaan orang lain.

Kalian harus ingat bahwa hari ini, kalian akan mengawali perjalanan kalian di Jalan Bodhisatwa. Selain bersumbangsih tanpa penyesalan dan keluh kesah, kalian juga harus senantiasa dipenuhi sukacita. Jika bisa bersabar menghadapi segala kondisi, kita akan dipenuhi sukacita dalam Dharma. Dengan cinta kasih yang tulus, kita bersumbangsih dengan penuh sukacita dan sukarela tanpa penyesalan dan keluh kesah. Tanpa memikirkan lamanya kita bersumbangsih dan bagaimana pendapat orang lain tentang kita, kita bersumbangsih dan menunaikan kewajiban kita. Inilah yang disebut bersumbangsih tanpa pamrih. Apakah kalian paham? (Paham)

Saya yakin kalian bisa melakukannya. Semoga semua orang bisa bekerja sama dengan harmonis, saling membantu, dan saling menyemangati. Saya berharap setiap orang dapat mempraktikkan semangat Bodhisatwa di Jalan Bodhi yang lapang. Jika relawan di setiap wilayah bisa melakukannya, maka kalian bisa menyebarkan cinta kasih dari Tiongkok ke seluruh dunia.

Menempuh perjalanan jauh untuk dilantik dengan penuh tekad dan ikrar
Mengawali langkah Bodhisatwa dengan berpegang pada prinsip kebenaran
Memperbaiki tabiat buruk dan bersumbangsih tanpa penyesalan dan keluh kesah
Giat melatih diri dengan welas asih dan kebijaksanaan

Ceramah Master Cheng Yen tanggal  23 November 2017

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 25 November 2017

Kita harus bisa bersikap rendah hati, namun jangan sampai meremehkan diri sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -