Ceramah Master Cheng Yen: Mengecilkan Ego dan Bersatu Hati untuk Menolong Sesama
Kita dapat melihat relawan Tzu Chi yang tidak saling membeda-bedakan, tidak membedakan agama, ras, dan tidak ada konflik antarsesama. Prinsip kebenaran mengajarkan kepada kita untuk bersumbangsih dengan sepenuh tenaga dan tanpa pamrih. Selain bersumbangsih tanpa pamrih, kita juga harus senantiasa bersyukur.
Ajaran Jing Si adalah giat mempraktikkan Jalan Kebenaran. Ajaran ini mengajarkan kepada kita untuk tekun bersumbangsih dan mempraktikkan ajaran di dalam Sutra dalam kehidupan sehari-hari. Kita harus mempraktikkan ajaran Buddha di dunia. Kita harus mempraktikkan ajaran Buddha di dunia.
Mazhab Tzu Chi adalah Jalan Bodhisatwa di dunia. Jalan Bodhisatwa
ini tidak membedakan kewarganegaraan dan tidak
membedakan agama. Inilah mazhab Tzu Chi. Sutra menunjukkan jalan dan jalan
harus dipraktikkan. Setiap ajaran kebenaran harus kita praktikkan dalam
keseharian.
Kita dapat melihat relawan Tzu Chi mempraktikkan ajaran Buddha di
dunia. Melihatnya, saya sungguh ingin memberi hormat kepada relawan Tzu Chi di
seluruh dunia. Saya sungguh bersyukur dan tersentuh.
Kemarin saya juga sangat tersentuh melihat lebih dari 100 relawan cilik pulang ke Griya Jing Si didampingi oleh orang tua mereka. Anak-anak yang berusia 2 tahun juga mengikuti ritual namaskara. Anak-anak yang berusia mulai dari dua tahun hingga delapan tahun mengikuti ritual namaskara dengan tulus. Mereka juga mementaskan pertunjukan lonceng dan genderang dengan kompak dan teratur. Ini sungguh membuat saya tersentuh.
Saya juga bertemu dengan sekelompok anak yang ingin menjadi Qingxiushi. Saya bertanya kepada mereka,
“Sejak usia berapa kalian bertekad untuk menjadi Qingxiushi? Salah seorang anak menjawab, “Sejak saya berusia 3
tahun.” Saya bertanya, “Bagaimana dengan sekarang?” dan dia menjawab, “Saya
tetap mempertahankan tekad saya. Tekad pelatihan saya tidak mundur.”
Ini adalah perbincangan saya dengan para Bodhisatwa cilik:
Mereka berkat apada saya, “Kakek Guru, kami ingin mendonasikan celengan bambu ini untuk membantu pengungsi Suriah. Kami mengumpulkannya saat berada di kereta. Kini kami memberikannya kepada Kakek Guru.” / “Di kereta? Anak-anak sudah berdonasi semuanya?” (Sudah) “Baik, terima kasih.”
Mereka kemudian berkata lagi, “Kakek Guru sudah menerimanya. Ini untuk membantu pengungsi Suriah, benar?” / “Benar,” jawab saya.
“Kakek Guru, saya bertekad untuk menjadi anggota Tzu Cheng, Qingxiushi, dan dokter. Kakek Guru, selamat ulang tahun. Saya mengasihi Kakek Guru,” ucap satu anak. “Baik. Terima kasih. Bagaimana denganmu? Jangan melupakan tekadmu.”
“Kelak saya juga ingin menjadi dokter untuk membantu banyak orang yang menderita seperti pengungsi Suriah. Saya juga ingin menjadi Qingxiushi.” / “Bagus sekali.” / “Kakek Guru, saya bertekad untuk menjadi dokter dan Qingxiushi. Saya akan mengasihi semua orang yang Kakek Guru kasihi dan merangkul semua orang yang menderita bersama Kakek Guru,” sahut anak lainnya.
“Kakek Guru, saya bertekad untuk menjadi perawat serta membina welas asih dan kesabaran seperti Buddha. Saya juga bertekad untuk menjadi Qingxiushi dan mendengar Dharma setiap hari tanpa bermalas-malasan.” / “Baik. Ming-ting, harus ingat tekadmu untuk menjadi perawat.”
“Saya menabung di rumah untuk membantu orang lain.” / “Apakah kamu juga ingin menjadi Qingxiushi? Anak baik.” / “Kakek Guru, saya mengasihi Kakek Guru. Saya bertekad untuk menjadi Qingxiushi. Saya mengucapkan selamat ulang tahun untuk Kakek Guru.”
“Kakek Guru, sejak kecil, saya sudah bertekad untuk menjadi Qingxiushi dan dokter. Sekarang tekad saya tetap tidak goyah. Kelak saya ingin membantu banyak pengungsi.” / “Zhan-chen, kamu harus mempertahankan tekadmu untuk menjadi Qingxiushi.”
“Setiap
kali ada kegiatan yang diikuti oleh relawan cilik, saya selalu melihat kalian.
Saya ingin melihat kalian dalam setiap kegiatan, bisakah?” (Ya) “Kalian
memiliki tekad yang teguh, benar?” (Ya) “Baik. Saya mendoakan kalian.” /
“Terima kasih, Master.” / “Baik. Terima kasih,
Bodhisatwa cilik.”
Mereka memiliki kekuatan tekad yang jelas. Anak yang lebih besar membimbing anak yang lebih kecil. Apakah saya dapat menunggu hingga mereka beranjak dewasa? Mungkin tidak. Akan tetapi, saya sangat gembira. Kemarin, beberapa pengusaha mengajak pengusaha lain dan anggota komisaris kehormatan untuk mengunjungi saya. Salah seorang anggota komisaris kehormatan, Bapak Tseng sangat terharu. Dia menahan tangis beberapa kali. Dia terus berkata kepada saya, “Saya biasanya tidak seperti ini. Saya tidak tahu mengapa sekarang saya tidak bisa menahannya.” Ini karena dia sangat tersentuh setelah menghadiri konser amal di Kaohsiung. Kemarin, dia mengajak istri dan anaknya ke Griya Jing Si.
Bapak Tseng adalah anggota komisaris kehormatan Tzu Chi. Kini dia juga berdonasi atas nama anak-anaknya dan menantunya untuk menjadi anggota komisaris kehormatan. Ini sungguh membuat saya tersentuh. Dokter Hong dari Nantou juga berkata bahwa dia menghadiri konser amal di Taipei. Dia sangat tersentuh oleh setiap acara di konser itu. Dia juga melihat Relawan Ji Hui yang kembali dari Yordania. Ji Hui juga naik ke atas panggung untuk berbagi tentang kondisi di Yordania dan memberi hormat kepada para penonton di bawah panggung. Semua pemandangan itu sangat menggugah hati. Melihat hal tersebut, dr. Hong berpikir untuk mengadakan konser amal di Nantou. Dia bertekad untuk mengadakan acara konser amal di Nantou.
Acara konser amal di Nantou diselenggarakan oleh anggota komisaris kehormatan Tzu Chi. Semua biaya untuk acara itu ditanggung oleh anggota komisaris kehormatan Tzu Chi. Semua donasi yang terkumpul, baik besar maupun kecil, semuanya didonasikan untuk membantu korban bencana dan pengungsi di seluruh dunia. Banyak kisah yang tak habis saya bagikan. Kuntum-kuntum teratai di dalam hati orang-orang telah bermekaran. Meski dunia ini dipenuhi oleh Lima Kekeruhan, tetapi kuntum teratai di dalam hati orang-orang telah bermekaran.
Lihatlah konser amal di Kaohsiung. Dua kelompok bhiksu berpartisipasi untuk mementaskan semangat Mahabhiksu Jian Zhen yang berangkat ke Jepang demi mewariskan Dharma. Meski menghadapi banyak kesulitan, tetapi Mahabhiksu Jian Zhen tetap bertekad untuk mewariskan Dharma ke Jepang. Saya sangat berterima kasih atas dukungan nyata para bhiksu terhadap sumbangsih Tzu Chi bagi masyarakat. Saya sangat tersentuh.
Kita juga melihat para petugas pantai, polisi, dan anggota komisaris kehormatan Tzu Chi yang sangat agung dan penuh semangat pelatihan diri. Semangat itu sungguh membuat orang tersentuh. Mereka mengecilkan ego demi bersumbangsih bagi semua orang di dunia. Lewat pementasan itu, mereka mendalami prinsip kebenaran. Upaya dan kontribusi mereka sungguh tidak mudah. Mereka melepaskan keakuan dan melapangkan hati untuk bersumbangsih bagi sesama. Ini sungguh tidak mudah. Di konser amal itu, setiap orang sangat bersukacita dan berdoa dengan tulus. Semangat pelatihan diri dan gema doa setiap orang telah menjangkau para Buddha dan Bodhisattva.
Marilah kita berdoa untuk dunia dan Taiwan. Saat melihat penderitaan orang lain, kita harus menyadari berkah. Saat melihat penderitaan orang lain, kita harus menyadari berkah. Kita juga harus membantu orang kurang mampu dan membimbing orang berada untuk menciptakan berkah dan menjalin jodoh baik dengan semua orang di dunia.
Tidak tega melihat penderitaan para pengungsi
Kuntum teratai di dalam hati orang-orang mulai bermekaran
Bersatu hati dan mengecilkan ego untuk menolong semua orang
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 17 April 2017
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 19 April 2017
Editor: Metta Wulandari