Ceramah Master Cheng Yen: Mengecilkan Ego dan Saling Mendukung

“Saya dan suami saya bersiteguh pada tekad kami. Dengan melakukan daur ulang, berarti kita melindungi dan mengasihi Bumi. Kita tidak tega melihat Bumi terluka,” kata Liu Xin, relawan Tzu Chi. Kakak Liu Xin beserta suaminya, Kakak Yu Hesheng, mengikuti kamp 4 in 1 Tzu Chi pada tahun 2019 sehinggamemiliki kesan mendalam terhadap pelestarian lingkungan.

“Tanpa kesulitan, bagaimana kita bisa maju? Kesulitanlah yang membuat kita berkembang,” ujar Yu Hesheng, relawan Tzu Chi.

“Benar, kita bisa melakukan yang sulit dilakukan. Bukankah ini yang selalu dikatakan oleh Master? Melihat apa yang kita lakukan, orang lain akan tersentuh dan terinspirasi. Lalu, dia bisa kembali menginspirasi orang lain. Dengan demikian, bukankah akan ada semakin banyak orang yang terinspirasi untuk mengasihi dan melindungi Bumi?” kata Liu Xin, relawan Tzu Chi.

“Jika kita tidak mengumpulkan, melainkan membuangnya, sampah plastik akan ada di mana-mana. Ini tidak baik untuk kebersihan lingkungan dan kesehatan kita. Saya berterima kasih pada kalian yang merapikan dan membersihkannya demi menjaga kelestarian lingkungan,” kata Ibu Chen, seorang pedagang.

“Saya berharap setiap orang dapat giat berpartisipasi dalam kegiatan daur ulang demi mengasihi Bumi. Menghormati langit dan mengasihi bumi merupakan tanggung jawab dan misi kita sebagai insan Tzu Chi,” harap Liu Xin, relawan Tzu Chi.

 

Sungguh, kita bisa melihat orang yang membangun tekad dan ikrar untuk bersumbangsih sebagai Bodhisatwa. Setelah membangun tekad untuk bersumbangsih secara nyata, mereka dapat melakukan banyak hal. Insan Tzu Chi disebut Bodhisatwa karena memiliki hati Bodhisatwa dan menjalankan praktik Bodhisatwa. Dengan hati Bodhisatwa, kita membawa manfaat bagi diri sendiri dan menumbuhkan jiwa kebijaksanaan.

Dengan praktik Bodhisatwa, kita terjun ke masyarakat untuk melenyapkan penderitaan semua makhluk. Demikianlah Bodhisatwa. Jadi, di dunia ini, sesama manusia hendaklah saling membantu dan mendukung, baru bisa berbuat baik bersama. Jadi, melihat sumbangsih para relawan kita, saya sangat tersentuh.

Intinya, kita hendaknya menyadari dan menghargai berkah. Kita yang hidup tenteram setiap hari hendaklah senantiasa bertekad untuk mewujudkan keharmonisan dan cinta kasih antarmanusia. Ini disebut kebahagiaan. Hidup bahagia berarti bekerja sama dengan harmonis. Semua orang hendaknya saling menyemangati dan saling mendorong untuk berbuat baik agar masyarakat kita tenteram.

Namun, dunia ini penuh dengan penderitaan. Bisakah kita tidak merasa khawatir? Saya merasa khawatir setiap hari. Semua orang hendaklah bermawas diri. Bermawas diri berarti lebih memperhatikan diri sendiri. Memperhatikan apa? Memperhatikan tutur kata dan perilaku diri sendiri. Apakah kita bekerja sama dengan harmonisdengan orang lain? Ini harus kita perhatikan.

 

Jika seseorang terlalu mementingkan diri sendiri dan terus memperbesar keakuan, dia tidak akan bisa menoleransi orang lain. Karena itulah, orang-orang terus bertikai dan bersikap perhitungan satu sama lain sehingga diselimuti oleh noda dan kegelapan batin yang juga memengaruhi kondisi dunia ini. Akibat kegelapan batin dan ketamakan manusia yang tak berujung, dunia ini diselimuti kegelapan batin yang membuat semua makhluk menciptakan karma buruk.

Semua makhluk menciptakan karma buruk, semua makhluk juga yang menerima konsekuensinya. Kebenaran ini sangat mendalam. Apakah saya harus mengulasnya? Bagaimana semua makhluk mengakumulasi karma buruk, itu tidak habis untuk diulas. Buddha mengajarkan kebenaran tentang penderitaan. Kini, kita harus belajar melenyapkan noda batin yang merupakan sebab penderitaan.

Karena adanya keakuan, ketamakan, kebencian, dan kebodohan, orang-orang tidak berintrospeksi diri sehingga tidak menyadari bahwa api kebencian di dalam batin mereka terus membara. Orang-orang terus menciptakan karma buruk, tetapi tidak ada yang menyadarinya. Karena itulah, saya berkata bahwa kita harus bermawas diri.

Hidup di kolong langit dan di atas bumi ini, kita harus senantiasa membina ketulusan. Dunia aman dan tenteram, itulah berkah yang sesungguhnya. Untuk menciptakan berkah bagi dunia, kita harus saling menyemangati untuk membuat setiap hari menjadi hari yang baik dan setiap momen menjadi momen yang baik. Untuk itu, kita harus bertutur kata baik dan membina pikiran baik.

 

Setiap detik, menit, jam, dan hari, kita harus ingat untuk menjadi orang baik dengan bertutur kata dan berbuat baik. Dengan demikian, barulah kita bisa mewujudkan ketenteraman dan kebahagiaan di dunia ini. Semua orang hendaklah saling membantu. Jika tidak, orang-orang akan menciptakan karma buruk dan merugikan orang lain demi keuntungan pribadi.

Karma buruk akan terus terakumulasi. Setiap hari, saya terus menyerukan bahwa saat ini, manusia hendaknya tersadarkan. Setiap orang hendaklah membangkitkan cinta kasih yang tulus, bukan hanya terhadap manusia, melainkan terhadap semua makhluk. Selain mengasihi sesama manusia, kita juga harus mengasihi semua hewan. Inilah yang kita serukan sekarang.

Singkat kata, saat hidup tenteram, kita harus lebih banyak memupuk berkah. Semoga ketenteraman ini bertahan selamanya. Kita harus senantiasa bertekad dan berikrar untuk bersumbangsih bagi orang yang menderita. Tentu saja, kita juga harus berdoa semoga semua orang hidup tenteram. Namun, sesuai hukum sebab akibat yang diajarkan oleh Buddha, di dunia ini pasti ada orang-orang yang menderita. Kita harus sepenuh hati membangun tekad dan ikrar untuk menolong orang yang menderita. Demikianlah hati Bodhisatwa.

Jadi, Bodhisatwa sekalian, kita harus bersumbangsih dengan tulus, baru bisa disebut sebagai Bodhisatwa. Orang lain memanggil kita Bodhisatwa, maka kita harus bertindak bagaikan Bodhisatwa. Jadi, kita harus senantiasa membangun tekad dan ikrar agung serta menggenggam waktu yang ada untuk bersumbangsih.

Menciptakan karma buruk karena diselimuti kegelapan batin
Bermawas diri dan berhati tulus untuk memupuk berkah dan pahala
Mengecilkan ego dan tersadarkan
Saling mendukung untuk melenyapkan penderitaan dan memberi kebahagiaan

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 24 September 2020     
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 26 September 2020
Cara untuk mengarahkan orang lain bukanlah dengan memberi perintah, namun bimbinglah dengan memberi teladan melalui perbuatan nyata.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -