Ceramah Master Cheng Yen: Mengemban Misi dengan Keberanian dan Cinta Kasih Tertulus

Wabah COVID-19 telah berlangsung sangat lama dan menimbulkan ketidakleluasaan di seluruh dunia. Orang-orang harus menjaga jarak fisik dan tidak bisa keluar rumah dengan bebas.

Di Filipina, pemerintah menerapkan penutupan wilayah dengan ketat. Karena itu, insan Tzu Chi Filipina bersungguh hati menjalankan misi. Dengan cinta kasih dan kesungguhan hati, mereka dapat mengatasi kesulitan tanpa melanggar aturan yang berlaku.

Relawan kita menyalurkan barang bantuan berupa APD, seperti pakaian hazmat dan masker. Berhubung banyak staf instansi pemerintah dan tenaga medis yang bekerja di garis depan, kita tentu mendahulukan bantuan bagi mereka. Namun, kelangsungan hidup warga kurang mampu juga harus dijaga. Jadi, pada masa-masa wabah, relawan kita tidak berhenti memberi bantuan, bahkan berencana untuk menambah barang bantuan karena banyak orang yang membutuhkan.

Akibat pandemi kali ini, berbagai sektor industri dan bisnis terhenti. Banyak orang yang kehilangan pekerjaan dan hidup dalam kondisi sulit. Karena itu, para insan Tzu Chi di Filipina terus bersumbangsih.


Barang bantuan yang terus mereka bagikan dalam beberapa tahap mungkin akan melebihi 100.000 paket. Barang bantuan yang dibagikan membawa manfaat besar bagi para penerima bantuan.

Beberapa waktu lalu, Topan Vongfong mendarat di Filipina. Selama lebih dari setengah abad berdirinya Tzu Chi, kita sering melihat penderitaan. Kita mengira seiring berlalunya waktu, orang yang menderita akan berkurang. Kita telah menempuh perjalanan yang jauh dan menjangkau banyak orang. Namun, meski waktu yang berlalu sudah sangat Panjang dan perjalanan yang ditempuh sudah sangat jauh, tetapi sepanjang perjalanan kita, kita tetap melihat banyak orang yang menderita.

Pascatopan Vongfong, insan Tzu Chi Filipina sudah mulai memberikan bantuan darurat. Selain tidak tega melihat kerja keras mereka, saya juga sangat tersentuh oleh ketekunan mereka dalam memberi bantuan. Namun, pandemi COVID-19 telah berlangsung sangat lama dan membuat masyarakat sangat takut.

Selain itu, pemerintah Filipina juga menerapkan batasan usia bagi orang yang keluar rumah. Orang yang berusia di atas 60 tahun tidak boleh keluar rumah, apalagi pergi ke mana-mana untuk memberi bantuan.


Berhubung terdapat batasan usia, para relawan lansia kita tidak bisa keluar. Mereka menggunakan kebijaksanaan, pengalaman, dan pengetahuan mereka untuk membimbing relawan lain bersumbangsih. Sungguh, ini sangatlah penting.

Kita melihat dalam pembagian bantuan, para penerima beasiswa kita juga bergerak untuk membantu, seperti mengangkat beras dan barang bantuan lainnya. Saya sangat gembira melihatnya.

Selama beberapa hari, relawan kita selalu bertanya pada mereka, “Apakah kalian merasa lelah?” Mereka menjawab, “Ya, lelah sekali.”

Saat ditanya apakah mereka akan ikut lagi, mereka berkata bahwa mereka akan mengerahkan segenap tenaga untuk menuntaskan misi. Anak-anak muda itu sangat berani. Mereka tidak takut bekerja keras dan bersiteguh menuntaskan misi. Inilah yang saya lihat dan dengar kemarin.

Upacara Waisak di Filipina tahun ini juga sangat menyentuh. Para partisipan sangat tulus. Sebagian besar warga setempat merupakan umat Katolik. Namun, dalam upacara Waisak tahun ini, mereka menunjukkan ketulusan mereka. Contohnya, mereka merangkai jamur yang mereka tanam sendiri hingga terlihat seperti bunga peony yang sangat indah. Saya sungguh gembira melihatnya. Dengan bijaksana dan terampil, mereka menggunakan jamur dan sayuran untuk menghias altar.


Dalam upacara pemandian rupang Buddha, kisah yang menyentuh sangatlah banyak. Kita juga melihat dua anak yang tidak asing bagi kita. Saat masih kecil, mereka digendong oleh ibu mereka dari Filipina ke Hualien. Kini mereka berdua telah bertumbuh menjadi gadis muda yang jelita. Mereka berdiri di sana dan berbagi tentang bagaimana mereka mengajak orang-orang bervegetaris. Mereka juga mengemban misi Tzu Chi bersama para relawan Tzu Chi. Para relawan kita berbagi bagaimana mereka mengajak orang-orang bervegetaris.

Merespons pandemi kali ini, relawan di setiap negara mendengar seruan saya untuk menggalakkan vegetarisme dan mulai mengajak orang-orang untuk bervegetaris. Para relawan di Filipina juga mulai memperbaiki pola hidup mereka. Mereka yang belum sepenuhnya bervegetaris, kini hendaknya bertekad dan berikrar untuk sepenuhnya bervegetaris serta lebih bersungguh hati mengajak keluarga sendiri dan orang lain bervegetaris.

Pada masa-masa wabah, meski setiap orang merasa takut dan tegang, tetapi sekelompok Bodhisatwa dunia ini sangat berani, tekun, dan bersemangat untuk mengemban tanggung jawab guna membagikan bantuan kepada orang-orang yang menderita. Kini insan Tzu Chi Filipina masih terus membagikan bantuan.

Singkat kata, mereka telah memikul tanggung jawab yang dipercayakan pada mereka dan bersumbangsih dengan cinta kasih tertulus.

Mengemban misi dengan keberanian dan cinta kasih tertulus
Tidak berhenti bersumbangsih sebelum penderitaan berakhir
Mengatasi segala kesulitan dan melatih diri dengan tekun
Membentuk hutan Bodhi untuk meneduhkan dunia

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 03 Juni 2020     
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Stella
Ditayangkan tanggal 05 Juni 2020
Bila sewaktu menyumbangkan tenaga kita memperoleh kegembiraan, inilah yang disebut "rela memberi dengan sukacita".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -