Ceramah Master Cheng Yen: Mengemban Misi Tzu Chi di Era yang Penuh Kekacauan
Kita dapat melihat situasi di Venezuela yang sangat mengkhawatirkan dan memprihatinkan. Belasan tahun lalu, Venezuela pernah dilanda banjir. Pada saat itu, Tzu Chi pernah pergi untuk menyurvei lokasi bencana dan membagikan bantuan di sana. Selama beberapa waktu, relawan kita berada di sana untuk menyediakan alat pemurni air karena pascabanjir, air di sana menjadi kotor. Saya sangat berterima kasih kepada Bapak Wu Dong-xian yang telah membantu Tzu Chi membuat sebuah mobil yang dapat berfungsi untuk memurnikan air. Lalu, kita mengirimkan alat itu dari Taiwan ke Venezuela untuk menyediakan air bersih bagi warga setempat. Namun, karena kurang menguasai tekniknya, alat itu kemudian dikirimkan kembali ke Taiwan. Meski demikian, selama beberapa waktu itu, kita telah menyediakan air minum bersih bagi tidak sedikit orang. Inilah yang terjadi pada saat itu.
Kini, setelah belasan tahun berlalu, kita dapat melihat kondisi masyarakat Venezuela yang telah berubah. Selain itu, krisis ekonomi parah menyebabkan kelangkaan berbagai produk. Kini bahkan di seluruh negara itu kekurangan obat-obatan. Penderita gangguan pada sistem saraf seperti epilepsy juga tidak mendapatkan obat-obatan. Demi mengatasi kelangkaan bahan pangan, pemerintah menetapkan aturan yang mengharuskan para pembuat roti mengalokasikan sebagian besar gandum mereka untuk membuat roti tawar ketimbang kue-kue manis. Semua roti yang dibuat harus habis dijual pada hari yang sama. Demi mencegah penimbunan roti, pemerintah menuntut penjual roti untuk menjual semua roti yang dibuat pada hari yang sama.
Selain itu, mereka juga dilarang untuk
menjual makanan yang terlalu lezat, cukup menjual makanan yang bisa
mengenyangkan perut. Meski memiliki uang untuk membeli makanan, para warga
tetap harus mengantre. Polisi juga diturunkan untuk menjaga ketertiban antrean
di setiap toko. Selain kebijakan-kebijakan yang ketatdan sulitnya untuk
mendapatkan bahan pangan, devaluasi mata uang di negara itu juga membuat banyak
orang hidup kelaparan.
Di Venezuela, ada seorang Nona Wuyang merupakan pemilik pasar swalayan. Sebagai relawan Tzu Chi, dia mengembangkan kekuatan sendiri untuk bersumbangsih. Selain itu, perlahan-lahan dia menyosialisasikan kegiatan daur ulang. Dia juga mengajak para etnis Tionghoa yang memiliki pasar swalayan untuk turut mengumpulkan barang daur ulang. Pendapatan dari penjualan barang daur ulang itu dapat mereka gunakan untuk membantu orang yang membutuhkan. Karena kondisi ekonomi setempat terus memburuk dan kelangkaan bahan pangan juga semakin parah dari tahun ke tahun, orang yang menderita di Venezuela juga kian bertambah. Meski demikian, Nona Wu Ran-yun tetap berpegang teguh pada tekadnya. Dia juga mengajak warga local untuk bersumbangsih bersama Tzu Chi. Perlahan-lahan, ada beberapa warga lokal yang terinspirasi dan ikut bersama Nona Wu untuk melakukan kunjungan kasih, mencurahkan perhatian bagi orang kurang mampu dan lansia. Ini mereka lakukan dalam jangka panjang.
Suatu hari, ada seorang lansia yang
tiba-tiba menghilang. Lansia yang hidup sebatang kara itu tidak diketahui pergi
ke mana. Setelah mencari dalam jangka waktu lama, mereka baru tahu bahwa
ternyata lansia itu tinggal di sebuah tempat yang disediakan oleh kerabatnya. Namun,
mereka masih hidup kekurangan. Perhatian yang dicurahkan relawan Tzu Chi di
sana tidak kalah dengan relawan Tzu Chi di Taiwan. Semakin bersumbangsih,
mereka semakin tersentuh. Hingga kini, ada sekitar belasan relawan yang berpartisipasi
bersama Nona Wu.
Namun, krisis ekonomi yang kian memburuk membuat kehidupan di sana menjadi sangat sulit. Selama beberapa waktu, sering terjadi perampokan di sana. Nona Wu juga pernah dirampok. Meski pernah dirampok, dia tetap berpegang teguh pada tekadnya untuk bersumbangsih. Karena tersentuh olehnya, polisi berinisiatif untuk melindunginya karena segala tindakan Nona Wu sangat membuat orang tersentuh. Meski hidup di tengah kekacauan, dia tetap berpegang teguh pada tekadnya untuk mengemban misi membantu sesama. Sungguh membuat orang tersentuh melihatnya.
Kini sangatlah sulit untuk membantu warga
kurang mampu di Venezuela. Selain itu, pemerintah juga menuntut para pengusaha
untuk menjual semua barang yang masuk di hari yang sama. Demi membantu orang
kurang mampu, begitu barang masuk, dia segera menghubungi para relawan untuk
membagikan barang bantuan kepada pasien penerima bantuan Tzu Chi dalam waktu
satu hari. Begitu masuk barang, mereka segera membagikannya kepada orang yang
membutuhkan di hari yang sama. Untuk melakukan semua itu, dia mengatasi
berbagai kesulitan.
Setiap kali mendengar informasi tentangnya, saya sangat tersentuh. Setiap mendengar kisah tentangnya, saya sangat tersentuh oleh tekadnya yang teguh. Ini sungguh tidak mudah. Kini dia mengalami kesulitan untuk mengelola bisnisnya di pasar swalayan. Meski demikian, dia tetap berpegang teguh pada tekadnya. Berhubung sulit untuk menerima dana bantuan dari luar negeri, dia memanfaatkan sumber daya setempat dan menjalani pola hidup hemat. Dia juga mengajak para relawan untuk mengembangkan kekuatan cinta kasih serta menjalani pola hidup hemat demi membantu sesama. Perlahan-lahan, beberapa pengusaha Tionghoa mulai terinspirasi dan bersedia untuk turut bersumbangsih.
Untuk melakukan kebaikan, bukanlah hal yang mudah, terlebih lagi bagi dia yang tinggal di negara yang tidak stabil. Dalam menghadapi berbagai kondisi yang sulit, dia tetap berpegang teguh pada tekadnya. Saya lebih berterima kasih kepada suaminya yang terus mendukungnya. Ini sungguh tidak mudah. Di tengah kondisi serba sulit, Relawan Wu Ran-yun tetap menginspirasi sekelompok relawan. Ini sungguh tidak mudah. Saya tak kuasa menahan diri untuk memujinya. Saya sungguh berterima kasih kepadanya. Intinya, di mana pun ada kesulitan, di situ pula ada orang yang bersumbangsih dengan penuh kehangatan.
Mengenang bantuan Tzu Chi di Venezuela pada belasan tahun lalu
Krisis ekononi memicu terjadinya kelangkaan produk
Mengemban misi Tzu Chi di era yang penuh kekacauan
Tetap berpegang teguh pada tekad meski mengalami kesulitan
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 6 April 2017
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina