Ceramah Master Cheng Yen: Mengemban Tekad Guru dengan Cinta Kasih Tanpa Batas
Para anggota komite dan Tzu Cheng yang baru dilantik, di dada kalian tersemat tulisan "hati Buddha, tekad Guru". Ini adalah pewarisan ajaran Jing Si. Saya bersandar pada ajaran Buddha dan mematuhi nasihat guru saya. Beliau meminta saya berbuat "demi ajaran Buddha, demi semua makhluk". Dalam kehidupan saya ini, enam kata ini sudah saya jalankan lebih dari setengah abad dan belum selesai. Setiap saat, saya berpegang pada hati Buddha dalam menghadapi segala hal di dunia ini.
Hati Buddha ada dalam hati saya. Rasa syukur selalu ada dalam pikiran saya. Saya bersyukur ada Tzu Chi hari ini. Saya melihat selama bertahun-tahun ini, Tzu Chi sudah menolong banyak orang. Saya hendak berterima kasih selama lebih dari lima puluh tahun ini, Empat Misi dan Delapan Jejak Dharma telah kalian wujudkan.
Jalan ini sudah kalian buka dan bentangkan. Mazhab Tzu Chi memerlukan lebih banyak orang untuk bergabung dan bersama-sama melakukan tindakan nyata. Kita berharap ajaran Buddha menyebar ke seluruh dunia bagai sebuah aliran jernih. Inilah harapan saya setiap tahunnya, yaitu menyucikan hati manusia. Untuk menyucikan hati manusia, dibutuhkan sebuah aliran jernih. Dharma bagaikan air.
Semoga orang-orang di setiap negara dapat mengenal ajaran Buddha dan menerapkan kebenaran ini. Di negara mana pun, kita tidak meminta orang untuk berpindah keyakinan. Kita hanya berharap kebenaran universal yang Buddha ajarkan dapat diterapkan. Semoga jalinan jodoh ini dapat terwujud.
Contohnya, kita melihat di Ekuador terjadi gempa besar tiga tahun lalu. Saya berpesan kepada relawan di AS untuk memberi perhatian ke sana. Di sana banyak rumah yang roboh. Lewat telekonferensi, relawan melaporkan bahwa gedung gereja di sana juga roboh. Saat itu saya berpesan bahwa di tengah bencana besar seperti itu, hati warga membutuhkan sebuah sandaran dan penghiburan lewat agama.
Jadi, saya bertanya kapan gedung gereja itu akan dibangun kembali. Seorang relawan menjawab bahwa biarawati setempat juga tidak tahu kapan gedung gereja dapat dibangun kembali. Saya berkata kepada relawan kita, Debbie, untuk sungguh-sungguh mencari informasi karena tempat ibadah amat penting bagi warga.
Di tengah bencana yang begitu besar, sarana untuk beribadah, yakni gedung gereja harus segera dibangun kembali. Jika dibutuhkan, kita bisa membantu. Itulah yang saya katakan. Jadi, anggota komite kita menyampaikan hal ini kepada para biarawati. Kini para biarawati telah pindah ke asrama yang baru. Baksos kesehatan juga diadakan di sana. Sekelompok relawan Tzu Chi di sana juga membantu dalam baksos kesehatan itu.
Singkat kata, kita tidak membeda-bedakan agama. Kita menganggap bahwa agama adalah sumber semangat yang penting. Keyakinan agama membuat orang memiliki sandaran spiritual. Kini gedung gereja di sana telah kembali berdiri. Demikianlah kita tidak membeda-bedakan agama. Setiap kali ada relawan beragama Kristen atau Katolik yang dilantik, saya selalu berkata, "Pertahankan keyakinan agama kalian, tetapi tekun dan bersemangatlah di Tzu Chi. Kalian harus tekun dan bersemangat."
Jalan Bodhisatwa ini adalah jalan penuh cinta kasih dan kesadaran. Ia tidak terbatas pada agama tertentu. Agama Kristen dan Katolik mengajarkan kasih. Ajaran Buddha mengajarkan welas asih. Semua sama-sama berpedoman pada cinta kasih.
Bodhisatwa sekalian, setelah dilantik sebagai anggota komite, kita tetap harus berpegang pada semangat cinta kasih tanpa batas. Kita harus melapangkan hati seluas jagat raya. Inilah hati Buddha. Tekad Guru ialah mempraktikkan Jalan Bodhisatwa. Sebagai Bodhisatwa, kita tidak boleh tersesat. Kita harus memiliki kesadaran dan cinta kasih. Kita harus memandang semua makhluk seperti diri kita sendiri.
Semua makhluk sama dengan diri kita. Planet kita ini disebut Bumi. Kita hidup di kolong langit dan di atas Bumi yang sama. Manusia sangatlah kecil, Bumi sangatlah besar. Jadi, kita semua adalah satu keluarga, apa pun keyakinan agama kita. Dengan kekuatan cinta kasih, kita dapat saling mengasihi.
Inilah hati yang lapang seluas jagat raya, tidak membeda-bedakan negara, agama, dll. Ini berpulang pada ketulusan, kebenaran, keyakinan, dan kesungguhan. Kita harus mengembangkan keyakinan, ikrar, dan praktik. Berlandaskan Empat Ikrar Agung Bodhisatwa, kita bersumbangsih dengan ketulusan, kebenaran, keyakinan, dan kesungguhan. Kita harus memiliki keyakinan dan ikrar serta menjalankan praktik nyata.
Para murid Jing Si di Taiwan Tengah berikrar: dengan ketulusan menyerap Dharma dan mewariskan ajaran Jing Si; dengan kebenaran menjalankan dan menyebarkan mazhab Tzu Chi; dengan keyakinan membina keharmonisan untuk menjaga silsilah Dharma Jing Si; dengan kesungguhan melatih diri dan menjalankan Tzu Chi; satu orang satu kebajikan menanami ladang berkah; menggalang hati dan cinta kasih untuk melindungi bumi; menghimpun jalinan jodoh baik dengan semangat celengan bambu. Semoga Master sehat selalu, senantiasa memutar roda Dharma, dan panjang umur.
Saya sangat tersentuh. Bodhisatwa sekalian, ketulusan, kebenaran, keyakinan, kesungguhan adalah prinsip pelatihan ke dalam diri bagi insan Tzu Chi. Empat Ikrar Agung Bodhisatwa adalah praktik ajaran Buddha di tengah masyarakat, yakni membimbing semua makhluk di dunia. Inilah yang harus kita praktikkan. Terima kasih kepada kalian semua yang selama ini senantiasa bersumbangsih bagi Tzu Chi, bagi orang banyak, dan bagi masyarakat. Terima kasih.
Di tahun yang baru ini, juga di tahun baru Imlek yang akan datang, semoga kita semua berikrar dengan tulus untuk senantiasa melangkah dengan mantap dan pantang mundur di Jalan Bodhisatwa.
Semoga kalian semua mengembangkan berkah dan kebijaksanaan secara bersamaan. Terima kasih.
Menyucikan kekeruhan dunia dengan hati Buddha
Mengemban tekad Guru dengan cinta kasih tanpa batas
Melatih diri dengan ketulusan, kebenaran, keyakinan, dan kesungguhan
Membimbing semua makhluk dengan Empat Ikrar Agung
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 19 Januari 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina
Ditayangkan tanggal 21 Januari 2019