Ceramah Master Cheng Yen: Mengembangkan Benih Kebajikan demi Menyucikan Dunia
“Dapat menjadi relawan Tzu Chi adalah impian saya. Meski saya sudah tua, saya tetap akan memanfaatkan waktu untuk membantu orang lain. Terima kasih kepada Tzu Chi yang memberi saya kesempatan ini,” ucap Alicia Sablay, relawan Tzu Chi Filipina.
“Mengenakan topi putih dan baju abu-abu mengingatkan bahwa tanggung jawab saya sangat besar, mengingatkan saya untuk terus bersumbangsih,” kata Abraham Ang, relawan Tzu Chi Filipina.
“Saya menjelaskan
kepada warga ajaran Master Cheng Yen bahwa dengan menyisihkan satu Peso setiap
hari, berarti kita membangkitkan niat baik setiap hari. Jika kita menanam cinta
kasih, kita juga akan menuai cinta kasih. Di Tacloban, banyaknya sampah menyebabkan
terjadinya banjir. Jadi, kini setiap keluarga melakukan daur ulang,” ucap
Teresa Ang, relawan Tzu Chi Filipina.
“Kita tidak lagi menjual barang daur ulang untuk kepentingan pribadi karena kami tahu Tzu Chi melakukan perbuatan baik. Kami mendonasikan barang daur ulang ke Tzu Chi,” ucap Alma Olobia, relawan daur ulang.
“Dahulu kami adalah penerima bantuan bencana. Kini kami bisa membantu orang lain. Mentalitas dan kondisi kami sudah berubah. Ini sungguh luar biasa. Saya tak bisa mengungkapkan perasaan ini. Semua rasa bercampur. Saya sangat terharu,” ucap Judith Casco, relawan daur ulang.
Kita melihat di Filipina, Topan Haiyan datang melanda dua tahun lalu. Beruntung, saat itu insan Tzu Chi segera bergerak dan mengubah kota yang luluh lantak hingga kembali pulih dan bergairah. Sejak saat itu, butir demi butir cinta kasih mulai bertunas. Dua tahun kemudian seperti saat ini, mereka mulai mengikuti pelatihan relawan. Hingga saat ini, butir-butir cinta kasih ini telah bertunas. Topan Melor kali ini kembali membawa bencana bagi Filipina. Meski Tacloban selamat dari bencana, tetapi topan ini membawa bencana bagi daerah yang berjarak 100 kilometer di utara Tacloban. Para relawan setempat pun segera bergerak. Daerah bencana, Catarman, letaknya lebih jauh daripada Tacloban, tetapi para relawan juga segera berkumpul dan mengerahkan kekuatan cinta kasih untuk menyurvei kondisi daerah bencana. Demikianlah kekuatan cinta kasih yang dapat memengaruhi dan menggerakkan banyak orang. Topan Koppu juga menerjang wilayah utara Filipina pada Oktober lalu.
Beberapa hari lalu, lingkaran luar Topan Melor juga membawa curah hujan tinggi bagi daerah itu. Akibatnya, tanaman bawang yang ditanam warga dengan benih yang Tzu Chi bagikan pada bulan Oktober lalu juga terendam banjir. Pada bencana kali ini, banjir yang terjadi sangat parah. Para warga yang pada bencana sebelumnya pernah menerima tempat tidur lipat dan selimut dari Tzu Chi, juga harus mengevakuasi diri setelah melihat datangnya air. Yang mereka bawa bersama diri mereka adalah tempat tidur lipat dan selimut Tzu Chi untuk digunakan di posko penampungan. Dapat tinggal dengan aman beberapa hari di posko penampungan, mereka sudah sangat bersyukur. Tempat tidur lipat Tzu Chi mereka terima saat Topan Koppu melanda. Mereka sangat gembira saat menerimanya.
Kita juga pernah melihat relawan lokal Tzu Chi Filipina di Tacloban berbagi pengalaman mereka dengan warga di daerah bencana dan membangkitkan cinta kasih warga setempat. Para relawan lokal ini bukanlah orang-orang yang berada, tetapi pintu hati mereka telah terbuka. Karena mereka turut menggarap ladang berkah, maka mereka menemukan di dalam diri mereka juga ada benih kekayaan batin. Mereka bersedia untuk turut bersumbangsih. Kisah tentang semangat celengan bambu juga para relawan bagikan kepada para warga, dengan memberi contoh nyata himpunan kebajikan di Tacloban. Para relawan juga menceritakan kepada warga bagaimana benih cinta kasih dari Taiwan bisa tersebar di Filipina. Insan Tzu Chi di Filipina telah menjalankan misi selama 10 sampai 20 tahun demi membantu masyarakat setempat. Para relawan membagikan kisah ini kepada warga. Jadi, benih-benih kebajikan ini kini telah terhimpun menjadi sangat banyak. Tetes demi tetes kebajikan setiap orang dapat membentuk lautan kebajikan yang luas yang tidak pernah kering. Inilah tetesan air pahala kebajikan.
Selain itu, para relawan juga memperkenalkan konsep pelestarian lingkungan. Mereka menjelaskan kepada warga bahwa selimut yang para warga terima dibuat dari daur ulang botol plastik. Para relawan juga menekankan pentingnya mendaur ulang dan mengolah sampah plastik agar tidak mencemari bumi. Pada saat pembagian bantuan berikutnya, warga mengumpulkan botol atau sampah plastik untuk disumbangkan kepada Tzu Chi. Inilah keterampilan para relawan lokal. Kemudian, mereka juga memberi bimbingan secara rutin kepada warga tentang cara memilah botol dan sampah plastik. Mereka terus mensosialisasikan konsep pelestarian lingkungan di wilayah setempat. Inilah sumbangsih para relawan dari Tacloban. Mereka kembali menyebarkan semangat dan bimbingan yang telah mereka terima. Ini adalah tindakan yang penuh kemurnian Dharma. Dengan Dharma ini, mereka bersumbangsih tanpa pamrih didasari cinta kasih yang murni tanpa noda. Dengan banyaknya orang yang rela bersumbangsih dan adanya orang yang terinspirasi setelah menerima bantuan, maka kekuatan cinta kasih akan terus bertambah. Dengan demikian, dunia akan penuh harapan.
Kita juga melihat Zimbabwe. Para relawan tengah menerangi kegelapan di sana. Para relawan yang tadinya berseragam abu-abu ini telah mengenakan seragam berwarna biru. Mereka sangat gembira. Inilah bukti bahwa cinta kasih dimiliki semua orang, tidak membedakan kaya atau miskin. Selama seseorang memiliki cinta kasih, maka dia adalah orang yang kaya dan mulia. Kita melihat pelantikan relawan di Zimbabwe. Meski upacaranya sangat sederhana, tetapi semua orang terus bersorak dan sangat gembira. Semua turut bersukacita atas hal yang baik ini. Turut berbahagia atas pencapaian orang lain juga merupakan pahala yang langka.
Kita juga melihat di Taiwan, tepatnya di Keelung, ada seorang pasien yang tinggal di bekas peternakan bebek. Setelah menerima informasi tentang kondisi hidupnya, insan Tzu Chi segera berkunjung ke tempat tinggalnya. Para relawan berusaha membantu memperbaiki tempat tinggalnya agar dia memiliki tempat tinggal yang bersih dan aman. Selain itu, di Nantou juga ada seorang lansia yang tinggal di rumah tradisional. Atap rumahnya rusak akibat diterjang topan. Karena itu, dia harus berlindung dari hujan di ruangan sempit yang atapnya masih ada. Namun, jika hujan turun dengan deras, ruangan itu tetap akan basah. Maka, sekelompok insan Tzu Chi datang membantu memperbaiki rumahnya. Dari sini, kita dapat melihat di Taiwan juga banyak orang yang memiliki cinta kasih murni dan rela bersumbangsih tanpa pamrih. Orang-orang ini mengulurkan cinta kasih untuk membantu warga lansia tersebut. Bukankah ini yang disebut welas asih agung? Baik di Afrika, Filipina, maupun Taiwan, asalkan cinta kasih terbangkitkan, maka tak peduli kaya atau miskin, orang-orang akan memiliki niat baik yang sama.
Bodhisatwa menggarap ladang batin semua makhluk
Benih cinta kasih yang murni mulai bertunas
Turut berbahagia atas pelantikan relawan baru
Cinta kasih yang terbangkitkan membawa harapan
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan di DAAI TV Indonesia tanggal 21 Desember 2015
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 19 Desember 2015