Ceramah Master Cheng Yen: Mengembangkan Cinta Kasih Tanpa Batas

“(Ini kira-kira porsi untuk berapa orang?) Kira-kira untuk seratus orang.”

“Turunkan sedikit. Mau letakkan di mana? Keluarkan di sana. Bantu saya di belakang.”

“Kalian juga boleh makan. Kami punya kue lobak.” Petikan-petikan dialog dalam suasana pemberian bantuan untuk korban gempa di Hualien.

Pada bencana gempa Hualien kali ini, sejak tanggal 6 Februari, relawan Tzu Chi segera bergerak. Meski barang-barang di rumah mereka mungkin juga berantakan akibat gempa, mereka menyampingkan urusan pribadi untuk meninjau lokasi bencana dan memberi perhatian. Demikianlah insan Tzu Chi selalu melakukan yang harus dilakukan, mempersiapkan yang harus dipersiapkan, menjaga yang harus dijaga, dll. Semua dijalankan dengn teratur.

Kemarin malam, setelah 72 jam berlalu, sebagian dari anggota tim SAR pulang. Para bhiksuni Griya Jing Si menyampaikan terima kasih kepada mereka yang telah berusaha selama berhari-hari dan berlomba dengan waktu di lokasi yang paling berbahaya. Mereka telah bekerja keras, maka kita harus menyampaikan penghormatan. Tentu, mereka juga merasa terharu dan berterima kasih kepada insan Tzu Chi yang terus mendampingi mereka dan memperhatikan segala kebutuhan mereka. Ini juga sangat berkesan bagi mereka. Ini adalah wujud kasih sayang dan kekuatan cinta kasih.

Semua orang memiliki hati yang sama, yaitu hati Buddha atau hati penuh welas asih. Kasih sayang ini sungguh mengharukan. Saya sungguh bersyukur dan berterima kasih atas kekuatan cinta kasih insan Tzu Chi dan pengalaman selama bertahun-tahun yang dijalankan dengan kesatuan hati. Saya juga berterima kasih kepada relawan dari utara dan selatan.

Para relawan terus berdatangan. Dari Taipei, kemarin juga datang sekitar dua ratus relawan ke Hualien. Di Kaohsiung, puluhan relawan menggalang cinta kasih warga setempat. Beberapa perwakilan komisaris kehormatan datang ke Hualien untuk menyampaikan cinta kasih warga ini. Mereka mewakili semua insan Tzu Chi Kaohsiung.

Saya juga sangat terharu. Para relawan dari Taipei juga turut memberi perhatian di lokasi bencana kemarin dan hari ini. Jadi, saya sungguh berterima kasih. Kita juga melihat orang-orang di beberapa negara berdoa bagi Taiwan. Selain itu, Pangeran Hassan dari Yordania juga menulis surat untuk saya. Beberapa negara memberi perhatian yang penuh cinta kasih kepada Taiwan. Selain rasa persahabatan yang dalam, mereka juga memberikan bantuan konkret baik besar maupun kecil.

Setiap orang sama-sama mengembangkan kekuatan cinta kasih yang dimiliki. Saya sangat bersyukur. Inilah kehangatan antarumat manusia. Semua orang benar-benar berpadu dalam cinta kasih. Tema tahun ini adalah "Berpadu dalam cinta kasih untuk menciptakan dunia yang penuh kasih sayang." Dalam setiap sesi Pemberkahan Akhir Tahun, kita menayangkan Kilas Balik Tzu Chi yang berisi tentang apa yang Tzu Chi lakukan selama tahun 2017.

Tzu Chi telah memberi bantuan ke puluhan negara. Tak disangka, pada 6 Februari 2018, Taiwan diguncang gempa bumi yang menyebabkan bencana besar. Saat ini, giliran berbagai negara ini memberi perhatian bagi Taiwan. Kita semua hidup berdampingan di dunia ini. Saya selalu menyerukan bahwa di kolong langit dan di atas bumi, kita semua adalah satu keluarga. Bukankah begitu?

Semua orang adalah satu keluarga. Dahulu kita membantu mereka, kini mereka membantu kita. Jadi, kita harus senantiasa membuka hati kita dan merangkul seluruh dunia dengan cinta kasih. Setiap orang harus memiliki dan mengembangkan cinta kasih untuk sungguh-sungguh memberi perhatian bagi dunia ini. Semoga kita dapat segera menyalurkan kekuatan cinta kasih serta memanfaatkan waktu dan kehidupan yang kita miliki.

Pagi tadi saya menerima kabar meninggalnya Relawan Zhu dari Taichung. Beliau adalah murid saya yang baik. Dia dan istrinya, Ci Jiao atau Lin Yu-yun, sangatlah bersemangat. Mereka menyimpan rekaman ceramah saya dari zaman pita kaset hingga video. Mereka juga menyimpan majalah Tzu Chi. Relawan Zhu memiliki informasi yang lengkap mengenai Tzu Chi. Di dalam pikirannya selalu ada saya.

Setiap kali berkunjung ke Taichung, saya selalu mendengar suaranya yang lantang. Teringat saat saya akan meninggalkan Taichung, beliau belum dirawat di rumah sakit. Beliau masih mengantar saya ke mobil dan berkata, "Master, tenang saja, saya akan menjalani perawatan." Beliau masih menghibur saya. Beliau sama sekali tidak terlihat sedang sakit. Kabarnya, kemarin malam, saat tidur, tiada keganjilan pada dirinya. Beliau pergi tidur seperti biasa, lalu meninggal di tengah tidurnya dalam usia 82 tahun.

 

Saat akan naik ke mobil, saya berkata kepadanya, "Usia spiritualmu baru 30-an tahun." Beliau berkata, "Ya, saya percaya diri." Namun, kini beliau telah pergi dengan tenang untuk selamanya. Bagaimana saya harus menerimanya? Sungguh, kehidupan manusia benar-benar tidak kekal. Kini, saya merasa dia seakan masih ada. Saya percaya istrinya akan meneruskan semangat dan kekuatannya karena hati mereka telah menyatu dengan Dharma.

Usia kebijaksanaan tidak memiliki batas. Semoga kekuatan mereka, hati mereka, dan cinta kasih mereka juga tanpa batas. Hal yang benar, lakukan saja. Dalam kehidupan ini, setiap hari kita menghadapi kebahagiaan dan kesedihan. Ini sungguh sulit diungkapkan dengan kata-kata. Namun, harap kita semua dapat menggenggam setiap detik yang ada untuk mewujudkan kekuatan cinta kasih.

Bersumbangsih dan mengutamakan kepentingan umum

Mendampingi dan menghormati tim penyelamat

Berbagai negara kembali membantu Taiwan

Senantiasa mengembangkan cinta kasih tanpa batas

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 10 Februari 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 12 Februari 2018

Umur kita akan terus berkurang, sedangkan jiwa kebijaksanaan kita justru akan terus bertambah seiring perjalanan waktu.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -